MENGEMBANGKAN BUDAYA LOKAL
Oleh : Wijaya Kusumah
Budaya lokal senantiasa akan bertahan (lestari) apabila sekolah tidak membiarkan budaya (lokal)-nya itu tidak tertindas.Tantangan yang justru dihadapi adalah sampai seberapa jauh kita mampu memadukan perubahan dengan kebudayaan itu? Namun demikian, maksud utamanya adalah bukan dengan menolak kebudayaan global yang sedang mendunia. Di sini dibutuhkan pemahaman dan pengertian kita untuk menerjemahkan perubahan itu sehingga tidak menimbulkan distorsi bagi kepribadian dan kebudayaan yang menggejala. Kekuatannya justru terletak pada diri kita sendiri bahwa apa yang akan kita ambil dan maknai dari perubahan itu, dan seberapa mampukah kita menerjemahkannya ke dalam kebudayaan kita.
Atribut-atribut budaya lokal seolah-olah terancam akibat budaya global seperti masuknya berbagai komoditas global, pengaruh dan tindakan yang dipancarluaskan oleh berbagai media penyampai seperti TV dan media cetak lainnya. Akibatnya kita akan lebih menghargai semua itu dengan waktu dan dengan adanya tuntutan tugas yang mesti dilakukan. Dalam pada itu, situasi dan kondisi dimana budaya lokal akan dipertaruhkan di tengah kancah kebudayaan global, sepertinya melahirkan kontroversi dan paradigma yang berbeda dalam memandang budaya global itu. Sebahagian tidak menginginkan adanya perubahan dalam kelokalan budayanya dan tanpa disadari tindakan yang dilakukan telah merubah keaslian kebudayaan itu. Justru dengan begitu, kita dapat memaknai bahwa perubahan itu akan senantiasa terjadi dan tanpa kita sadari akan meresapi diri kita dan masuk ke dalam pola perilaku dan tindakan kita. Oleh karenanya, kebudayaan akan semakin mantap, bertahan dan lestari. Adakah kita berupaya memajukan kebudayaan kita itu, atau malah membiarkan budaya kita itu terlindas oleh budaya global? Dan sampai sejauh manakah pengakuan kita terhadap kebudayaan kita itu? Oleh karenanya, penting dilakukan kembali kaji ulang terhadap kepribadian kita yakni bukan secara langsung melontarkan bahwa kebudayaan kita itu adalah tidak maju, tidak modern dan miskin dan terbelakang. Jika demikian yang terjadi maka kebudayaan kita itu akan mengalami pendangkalan makna akibat erosi pemerkayaan dan pemajuan budaya lokal itu.
Sistem dan praktik pendidikan berkualitas hanya akan lahir apabila terdapat guru profesional, memiliki kompetensi dan kesejahteraannya terpenuhi. Guru sebagai agen pembelajaran diharapkan memiliki empat kompetensi yakni kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional. kompetensi pedagogik merupakan kemampuan para guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi dimiliknya. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik dan masyarakat sekitar. Selanjutnya kompetensi kepribadian bermakna karakteristik pribadi harus menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan mereka membimbing peserta didik dalam menguasai materi diajarkan.
Keunggulan tidak ditentukan oleh besar kecilnya dana yang tersedia tetapi lebih pada komitmen dan dedikasi. Sering orang berpikir, jika dana tersedia dengan jumlah yang cukup maka semuanya bisa dibuat unggul, hipotesis ini tidak benar sebab menentukan keunggulan adalah komitmen dan dedikasi. Sementara fungsi dana hanya sebagai alat pendukung. Dengan komitmen dan dedikasi yang baik maka dana yang tersedia akan digunakan secara tepat, benar dan jujur. Ketika kepala sekolah, guru, pemerintah, masyarakat kehilangan komitmen dan dedikasi itu maka sia-sialah keinginan mulia itu. Satu orang saja menunjukkan ketidakjujuran pada komitmen dan dedikasi itu maka hilanglah kepercayaan.
Sekarang, kita tidak hanya sulit menemukan orang yang bisa dipercayai melainkan juga sulit sekali menemukan orang yang bisa mempercayai orang lain. Ini semua adalah buah ketidakjujuran selama ini, baik terhadap diri sendiri, orang lain, dunia dan terhadap Tuhan.
Kelas unggulan adalah kelompok belajar yang unggul dalam proses belajar mengajar dan unggul lulusan. Unggulan lulusan terindikasi dari kepribadian dengan karakter positif dengan indikator yaitu minat belajar yang sangat tinggi, penguasaan keterampilan-keterampilan dasar, perolehan prestasi akademik semaksimal mungkin pada semua mata pelajaran dan menunjukkan keberhasilan melalui evaluasi yang sistematis. Lulusan unggul tidak mengalami kesulitan memasuki perguruan tinggi negeri favorit bahkan studi banding ke luar negeri. Unggul proses belajar terindikasi dari dukungan kondisi-kondisi prima baik potensi murid, guru, program pembelajaran, sarana dan prasarana, pengawasan, program ekstra kurikuler, program evaluasi, atmosfir pendidikan, kemitraan, dukungan dana dan pelayanan tata usaha untuk mewujudkan lulusan-lulusan terbaik. Namun apabila dua bulan tidak memenuhi syarat maka siswa yang sudah duduk di kelas unggulan bisa dipindahkan lagi ke kelas biasa digantikan yang lain yang dianggap berprestasi dari kelas biasa.untuk kelas unggulan dimana kepala sekolahnya harus unggul dan mampu berbahasa Inggris, memiliki kemampuan yang kuat, percaya diri, berdisiplin, jujur dan kreatif. Selain itu harus mampu melakukan manajemen bemutu berbasis sekolah, mampu melakukan supervisi, mampu mengevaluasi, menguasai komputer serta internet dan berwibawa serta berkepribadian keteladanan.
Guru juga harus kompeten dalam bidangnya dan menguasai materi pelajaran serta memiliki kesiapan untuk melaksanakan pembelajaran dengan akuntabilitas yang otentik. perubahan paradigma pendidikan dari kuantitas menjadi kualitas yaitu peningkatan mutu pelayanan di bidang pendidikan. Tujuan diciptakannya kelas unggulan diharapkan sebagai wahana tukar pikiran membangun suatu system yang baku dan terencana, bagaimana model kelas unggulan terbaik dengan adanya kelas unggulan jangan hanya muridnya yang unggul tapi gurunya harus lebih unggul.untuk menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan berkualitas di masa datang. Dimana dalam menghadapi globalisasi yang semakin ketat dan perdagangan bebas dituntut SDM yang berkualitas tinggi.dapat bersaing dalam kompetesi global. “Untuk mewujudkan harapan ini, sangatlah diperlukan kerja sama di segala lini, baik di lingkungan guru, siswa dan orang tua siswa maupun masyarakat. Jadi kuncinya adalah team work.Dengan adanya kesadaran akan peran dan tugasnya masing-masing, maka diharapkan terjadi suatu kerjasama yang harmonis. Kemudian disertai dengan perbaikan dan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah, siswa akan termotivasi untuk memanfaatkan sarana tersebut dalam memacu prestasinya
Budaya kerja yaitu, menganggap bahwa sekolah adalah tanggungjawab bersama, mementingkan kualitas, waktu, dan fokus pada pendidikan, bekerjasama dan mengedepankan musyawarah, saling menyayangi, senantiasa memimpim, berfikiran terbuka, dan menilai diri, berusaha meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Akankah kita mampu untuk mengembangkan budaya local dengan bekerja sama?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar pada blog ini, dan mohon untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan yang benar.