Selamat Datang di Blog Wijaya Kusumah

Untuk Pelayanan Informasi yang Lebih Baik, maka Isi Blog Wijaya Kusumah juga tersedia di blog baru di http://wijayalabs.com

Sabtu, 31 Oktober 2009

Surat Pemanggilan Calon Pemenang Buku Pengayaan 2009

Omjay Mohon Doa agar Buku Yuk Kita Nge-Blog Menang!

Omjay Mohon Doa agar Buku Yuk Kita Nge-Blog Menang!

Kemarin, saya mendapatkan surat kilat khusus dari pak pos. Begitu saya buka, isinya adalah pemanggilan calon pemenang sayembara penulisan buku Pengayaan tahun 2009, dari pusat perbukaan RI, isinya sebagai berikut:

Yth. Saudara Wijaya Kusumah

Guru Labschool Jakarta

Kami beritahukan bahwa panitia sayembara penulisan naskah buku pengayaan tahun 2009 telah menerima 818 naskah dari 26 propinsi. Berdasarkan hasil penelitian dewan juri, naskah saudara dengan judul Yuk Kita Nge-Blog! dinyatakan sebagai calon pemenang sayembara penulisan naskah buku pengayaan tahun 2009. Untuk itu kami capkan Selamat!.

Kami mengundang saudara untuk hadir pada acara pengumuman dan pemberian hadiah yang akan diselenggarakan di jakarta dari 16 s.d. 19 November 2009. Semua calon pemenag akan ditempatkan di hotel mega anggrek jl. Arjuna selatan no. 4 Palmerah Jakbar telp. 021. 5363044

Saudara diminta melapor ke sekretariat panita sayembara pada:

Hari/ Tanggal: Senin, 16 November 2009

Waktu : Pukul 10.00 s.d.12.00 wib

Tempat: Lobby Hotel Mega Anggrek

Membaca surat itu, hati saya sangat senang dan bahagia sekali sebab tak menyangka buku yang saya susun itu masuk nominasi sayembara penulisan naskah buku pengayaan tahun 2009. Mohon doa dari teman-teman blogger, semoga bisa terpilih menjadi pemenangnya tahun ini.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

Selasa, 27 Oktober 2009

Selamat hari Blogger Indonesia!


Hari ini, Selasa, 27 Oktober adalah hari dimana kita merayakan hari blogger indonesia. Hari dimana para blogger bersuka cita. Hari dimana diresmikannya para blogger untuk lebih kreatif menyebarkan jurnalisme warga dengan penuh rasa tanggungjawab. Waktu itu Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Mohammad Nuh tanpa basa-basi mendeklarasikan tanggal 27 Oktober sebagai Hari Blogger Nasional. Momentumnya dibuat seiring Pesta Blogger 2007. Hal itu dicetuskannya saat memberikan sambutan dalam Pesta Blogger 2007 (PB2007), sebuah acara gathering blogger nasional yang diadakan di Blitz Megaplex, Jakarta, Sabtu (27/10/2007). “Hari ini saya nyatakan sebagai Hari Blogger Nasional!” tukasnya disambut tepuk tangan meriah para penulis blog.


Senin, 26 Oktober 2009

Terancamnya bahasa daerah


Menjelang hari sumpah pemuda ini, ada hal yang selalu kita pikirkan yaitu tentang bersatunya berbagai suku di Indonesia dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Para leluhur kita tentu sangat bangga menggunakan bahasa Indonesia. Namun, sebagai putera daerah yang dilahirkan dari suku sunda, tentu saya harus bisa menguasai bahasa daerah priyangan ini. Selain menggunakan bahasa Indonesia yang telah menjadi bahasa nasional dan wajib di negara kita.

Ternyata, dibalik kebanggaan memiliki bahasa persatuan, saya agak terusik juga ketika istri saya bilang bahwa saya adalah orang sunda yang tidak bisa berbahasa sunda. Saya malu juga disentil oleh istri, apalagi bila saya ikut mudik ke kampung istri di Bandung, Saya hanya diam seribu bahasa mendengarkan kakak ipar dan mertua saya bicara. Bahasa daerah ini benar-benar belum saya kuasai, sehingga sering saya bertanya kepada istri atau kakak ipar apa maksud yang dikatakannya. Apalagi bahasa urang Bandung yang terkenal halus pisan euy! Salah-salah saya bisa dipelototin mertua karena saya dalam berucap.

Apa yang saya alami mungkin juga anda alami. Anda berasal dari suku tertentu di Indonesia, tetapi anda tak mengenal bahasa ibu anda. Anda menjadi orang asing di daerah anda sendiri. Anda boleh hebat berbicara dalam bahasa Inggris, dan juga lancar dalam berbahasa Indonesia, tetapi ketika anda ditanya dari suku mana anda berasal, dan anda diajak berbicara bahasa itu, lalu anda tidak mengerti, tentu betapa malunya anda.

Bahasa daerah kini terancam kepunahan. Saya jadi teringat orasi ilmiah Prof. Dr. Arief Rachman., M.Pd. Di hadapan sidang senat Guru Besar dan ratusan undangan yang hadir dalam acara pengukuhan guru besar, Prof. Dr. Arief Rachman, M.Pd. membacakan orasi ilmiah yang berjudul “Kehadiran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris Memusnakan Bahasa daerah Serta Upaya Penyelamatannya”. Beliau dikukuhkan menjadi guru besar bidang Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris pada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta.

Orasi yang diselingi dengan penggunaan bahasa daerah oleh pak arief, yang ditegaskan kembali oleh beliau kini semakin punah, memberikan kesadaran dan pemahaman kepada undangan dan sidang senat untuk tetap melestarikan bahasa daerahnya walaupun dunia global tetap mewajibkan bahasa inggris harus di kuasai sebagai bahasa internasional dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

Dari orasi ilmiah pak Arief itulah saya tersulut untuk mempelajari bahasa dimana orang tua saya berasal. Oleh karena itu, kepada kedua orang anak saya, intan dan berlian, saya ajarkan sedikit demi sedikit bahasa daerah. Saya ingatkan istri saya, apabila di rumah supaya lebih sering menggunakan bahasa sunda selain bahasa Indonesia. Biar mereka terbiasa mempraktikkannya. Sebab bahasa harus sering dipakai karena merupakan alat komunikasi.

Memang agak lucu juga yah! Ketika saya melihat raport kedua anak saya yang masih di SD. Mereka mendapatkan nilai bagus dalam bahasa Inggris, lalu kemudian bahasa Indonesianya. Tetapi ketika masuk kepada nilai bahasa daerah, nilai raport pelajaran ini lebih kecil daripada nilai pelajaran bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Ketika saya tanyakan kenapa bisa begitu kepada kedua putri saya, mereka hanya mengatakan bahwa bahasa daerah yang disampaikan oleh guru di sekolah kurang bisa dipahami dengan mudah. Kata mereka, justru guru yang menyampaikan itu kurang bisa menguasai materinya dengan baik sehingga membuat mereka menjadi kurang tertarik.

Saya terkejut juga dengan ucapan anak-anak saya itu, tetapi setelah saya komparasi dengan teman-teman anak saya, ternyata mereka pun merasakan hal yang sama. Saya menjadi cukup prihatin dengan keadaan ini. Bahasa daerah menjadi terancam, bahkan mungkin sudah punah. Hal ini telah kita saksikan dimana-mana bahwa bahasa daerah mengalami kepunahan.

Dari website kantor berita antara saya pernah membaca beberapa bahasa daerah seperti di Papua dan Maluku telah punah dan terdapat kekhawatiran bahwa 746 bahasa daerah di Indonesia akan terus berkurang. Bahasa yang mengalami kepunahan itu penyebabnya adalah tidak lagi digunakan masyarakat pendukungnya, baik sebagai sarana pengungkap maupun komunikasi seperti apa yang pernah disampaikan Kepala Pusat Bahasa Jakarta, Dendy Sugono di bandar lampung pada bulan Mei 2008. Menurut prediksi para peneliti bahasa, dalam kurun waktu 100 tahun ke depan jumlah bahasa-bahasa di dunia hanya tersisa 50 persen. Lainnya akan punah akibat kuatnya pengaruh bahasa-bahasa utama dalam kehidupan global.

Melihat kenyataan itu, solusi yang harus kita siapkan adalah memperbanyak guru-guru yang mengajarkan bahasa daerah. Mentraining mereka sehingga apa yang mereka sampaikan kepada peserta didik menjadi menarik. Bukan hanya menguasai materi, tetapi mereka juga mampu menguasai metode dan strategi pembelajaran.

Terancamnya bahasa daerah membuat kita harus waspada bahwa dinamika perkembangan bahasa internasional dan nasional jangan sampai menggusur bahasa daerah. Oleh karena itu, pendidikan muatan lokal harus menjadi tambahan pelajaran di setiap daerah di Indonesia. Berbagai keragaman bahasa yang ada di Indonesia harus kita lestarikan seiring dengan tetap eksisnya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Tetap menguasai bahasa internasional agar kita tak terkucil dalam dunia global.

Penguasaan bahasa daerah harus tetap ada dalam diri setiap anak negeri. Mereka harus menyadari dari mana asal-usul mereka dan menguasai bahasa daerahnya, sehingga ketika ada orang yang sekampung atau serumpun, kita bisa saling berbicara dengan bahasa daerahnya masing-masing. Seperti apa yang pernah saya alami ketika berada di Istambul Turki. Saya bertemu dengan orang Bandung yang sudah lama menetap di Istambul,dan mereka langsung berbicara dengan bahasa sunda, “Kumaha damang?” Lalu jawab saya, “Abdi pangestu”.

Salam Blogger persahabatan

omjay

Penguasaan Materi Guru Kurang

Penguasaan Materi Guru Kurang
Ilustrasi: Sugimun, Guru Matematika SMPN I Lumbis, Kabupaten Nunukan, punya cara jitu agar siswanya tertarik dan mudah mengerti pelajaran matematikanya. Salah satunya, Sugimun mengajak siswa bermain gaple atau lebih akrab disebut domino.
Senin, 26 Oktober 2009 | 20:17 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketidaklayakan menjadi guru profesional pada banyak pendidik saat ini bukan hanya karena kualifikasi pendidikan yang umumnya belum sarjana. Kondisi guru saat ini masih banyak yang kurang menguasai materi bidang yang diajarnya serta kemampuan mengajar yang lemah.

Berdasarkan pengujian yang pernah dilakukan Departemen Pendidikan Nasional tahun 2004 guna mengetahui tingkat kelayakan dan kompetensi guru, penguasaan materi guru di tingkat pendidikan dasar dan menengah maupun untuk bidang studi sangat rendah. Kemampuan guru untuk menjawab soal-soal penguasaan materi secara umum maupun sesuai bidang studi rata-rata di bawah 50 persen.

Hasil tes umum untuk guru TK/SD rata-rata 34,26, sedangkan tes serupa untuk guru lainnya rata-rata 40,15. Nilai untuk penguasaan materi Matematika dan Sains sangat rendah rata-rata berkisar 13,24 hingga 22,33.

Ketua Umum Klub Guru Indonesia, Satria Dharma di Jakarta, Senin (26/10), mengatakan persoalan yang dihadapi guru cukup kompleks. Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang memproduksi guru belum memiliki kualitas yang memuaskan untuk menghasilkan guru yang dibutuhkan masyarakat. "Kondisi itu diperparah dengan tidak adanya pelatihan dan pendidikan untuk meng-update pengetahuan para guru secara keilmuan maupun metode pembelajaran dari sekolah dan pemerintah. Apalagi di lapangan, banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya," kata Satria.

Menurut Satria, para guru banyak yang terjebak pada metode pembelajaran konvensional. Padahal, kemajuan teknologi seperti internet bisa jadi sumber belajar yang menolong guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. "Kita mesti dorong guru-guru untuk bisa memacu dirinya untuk maju. Jika selalu mengharapkan pemerintah memang sulit. Sebab, pemerintah sendiri sering bersikap top-down dalam pendidikan guru, yang akhirnya tidak sesuai dengan kebutuhan guru yang sebenarnya," ujar Satria.

Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, mengatakan ketidaksesuaian keilmuan guru dengan bidang yang mesti diajarnya menyebabkan banyak kompetensi profesional guru dipertanyakan. Kenyataan itu banyak terjadi pada guru di berbagai sekolah dan daerah.

"Untuk guru-guru yang mismatch itu, bisa saja difokuskan lagi penguasaan materi untuk bidang yang diajarnya. Bisa saja LPTK membantu dengan membuat program paket yang dibutuhkan guru itu, sesuai kondisinya saat ini," kata Rochmat.


ELN

Editor: made

Sabtu, 24 Oktober 2009

Mutu Pendidik Harus Tidak mengecewakan

Diklat PLPG di FT UNJ
Diklat PLPG di FT UNJ tahun 2008

Hari ini, sabtu 24 Oktober 2009, saya membeli koran kompas cetak sambil menunggu dijemput oleh panitia pelatihan PTK di Tol Jatibening. Ketika membaca kolom opini halaman 6 ada sebuah judul yang menarik. Judulnya, Mutu pendidik yang mengecewakan. Tulisan itu ditulis oleh bapak Ali Khomsan, guru besar fakultas Ekologi Manusia IPB yang dapat anda baca secara lengkap di sini. (http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/24/05203623/mutu.pendidik.yang.mengecewakan)

Dalam tulisannya beliau menuliskan bahwa Kinerja guru tampak meningkat saat mengurus sertifikasi guru. Namun, setelah itu, mereka kembali bertugas seperti semula, tak ada perbaikan performans. Karena itu, guru yang baik, yang telah maupun belum mendapatkan sertifikasi, perlu terus mendapatkan pelatihan, aktif mengikuti seminar atau lokarya untuk mendapatkan wawasan tambahan guna memperbaiki kinerjanya di sekolah.

Di halaman lain, dikolom humaniora dituliskan banyak guru tak pantas jadi guru. Anda bisa melihatnya di http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/24/04173953/banyak.guru.tak.pantas.jadi.guru.

Terus terang, setelah membaca kedua tulisan di atas, sebagai seorang guru yang berprofesi sebagai pendidik membuat saya terpacu untuk menjadi guru yang tidak mengecewakan civitas akademika. Mengecewakan peserta didik, orang tua dan sekolah. Oleh karena itu, saya harus selalu meng-upgrade kemampuan yang saya miliki agar dapat dikatakan sebagai guru profesional. Guru yang mampu melayani peserta didiknya dengan baik. Mutu pendidik harus menjadi tidak mengecewakan.

Agar mutu pendidik tidak mengecewakan, maka guru yang bersangkutan harus bisa meneliti, menulis sendiri Rencana program pembelajarannya dan menyiapkan segala perangkat pembelajaran. Sebab biar bagaimanapun, sistem penilailan kinerja guru sampai saat ini masih menggunakan sistem portofolio, dimana guru dituntut untuk mengumpulkan berkas portofolionya sebanyak-banyaknya. Memenuhi persayaratan jumlah point 850 point agar bisa lulus sertifikasi guru dalam jabatan.

Memang sungguh menyedihkan, apa yang telah dicanangkan oleh pemerintah agar guru sejahtera dan bermartabat melalui sertifikasi guru belum berjalan lancar. Apalagi bila kita melihat prosesnya masih amburadul dan menuai kritik. Tidak jelas dana itu sebenarnya ada dimana, di pemerintah pusata atau sudah di daerah, sebab pencairannya terkesan diperlambat. Mungkin bisa juga ditabungkan agar bunganya bisa masuk ke kantong pejabat. Saya tidak tahu, tapi Allah maha tahu. Sebab ketika saya tanya langsung kepada kedua belah pihak, yang dari pusat mengatakan bahwa dana itu sudah turun ke daerah, sedangkan dari daerah mengatakan dana dari pusat belum cair. Mana yang benar saya tidak tahu. Mungkin terjadi mis manajemen, mungkin juga administrasinya yang tidak profesional, seperti apa yang saya alami dan juga banyak teman guru yang mengalaminya. Berkas portofolio saya hilang.

Saya sendiri mengalami, bagaimana sulitnya menemukan berkas portofolio saya yang hilang itu, dan entah kemana keselipnya. Saya sudah menyusur mulai dari dinas pendidikan setempat sampai direktorat jenderal peningkatan mutu pendidik dan tenaga pendidikan (PMPTK) tingakat pusat di depdiknas Senayan. Untunglah saya masih bisa diikutsertakan dalam PLPG, dan pada akhirnya saya mendapatkan sertifikat pendidik sebagai guru profesional di bidang TIK SMP.

Sertifikasi guru memang sungguh melelahkan. Sangatlah wajar apabila pada saat penilaian sertifikasi guru, banyak kinerja guru yang naik dan terkesan meningkat. Hal ini berkaitan dengan jumah point yang harus mereka penuhi. Bila tak mencapai itu maka mereka dinyatakan tak lulus sertifikasi guru. jadilah para guru menjadi seorang pemburu dan bukan pendidik. Mereka tanpa sadar telah menjadi pemburu sertifikat, mengikuti seminar dan workshop ini dan itu agar bisa lulus sertifikasi guru.

Proses sertifikasi guru memang tak semudah sertifikasi dosen, guru benar-benar diminta menyerahkan arsip portofolionya dari apa yang telah dilakukannya selama ini sebagai guru. Sebagai guru yang ingin lulus sertifikasi guru dalam jabatan tentu saya ingin lulus murni. Tidak mengurangi atau menambah jam mengajar yang diminta agar sampai 24jam sesuai dengan ketentuan dari pemerintah. Oleh karena itu saya melengkapinya dengan tambahan karya tulis saya yang telah beberapa kali masuk final di tingkat nasional.

Namun apa mau di kata, untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak, saya di telpon oleh panitia dari pemda jaktim agar segera mengirimkan berkas kembali dan mengikuti PLPG diFT UNJ. Awalnya saya bersedih hati karena tak lulus murni dalam sertifikasi guru, namun mendengar teman saya yang pernah menjadi guru berprestasi tingkat nasional juga harus ikut PLPG, membuat saya kembali bersemangat. Batin saya mengatakan, guru yang sudah salaman sama pak SBY saja dinyatakan tidak lulus dan harus mengikuti PLPG. apalagi saya, yang belum bersalaman sama pak SBY, hehehehe.

Ternyata, setelah mengikuti PLPG, saya justru bersyukur kepada Allah, karena banyak ilmu yang saya dapat, banyak teman baru yang saya kenal, dan ada tambahan uang saku dari panitia. Di dalam PLPG itu kami diberikan pelatihan bagaimana mengelola pembelajaran yang baik, memanfaatkan media pembelajaran, membuat RPP yang benar dan tidak sekedar copy and paste serta dibimbing bagaimana melaksanakan PTK dan lesson study. Terus terang saya sangat bersyukur sekali mendapatkan pelatihan ini. Membuat saya semakin refresh dan saya pun menjadi tahu kelemahan saya dalam menyampaikan materi pelajaran, karena di Pelatihan PLPG ini kita diberikan masukan tentang gaya mengajar kita oleh para asesor yang baik hatinya. Ada juga dari mereka yang dulunya adalah dosen saya sewaktu S1.

Saya justru megusulkan kepada pemerintah. Mereka-mereka yang sudah lulus sertifikasi ini dikumpulkan dan diberikan tambahan pengetahuan tentang ilmu pembelajaran yang saat ini telah berkembang pesat. Tapi agaknya, rencaa ini sulit dilakukan karena minimnya anggaran pemeritah. Untuk sertifikasi guru saja, pemerintah masih menganggarkan alokasi dana yang tidak sedikit, apalagi harus mengumpulkan kembali mereka-mereka yang sudah lulus sertifikasi guru.

Oleh karenanya agar mutu pendidik tidak mengecewakan, maka harus ada kesadaran dari para penddik itu, baik guru maupun dosen untuk senantiasa belajar sepanjang hayat. Memperbaiki kualitas pembelajarannya melalui penelitian tindakan kelas (PTK) dan melaporkannya dalam bentuk laporan karya tulis ilmiah (KTI). Bukankah banyak guru yang masih belum mampu membuat KTI?

Bila budaya atau tradisi meneliti dan menulis KTI telah menjadi budaya sekolah dan selalu dilaksanakan oleh para guru, maka mutu pendidik kita tak akan pernah mengecewakan. Sebab mereka selalu melakukan instropeksi diri dengan melakukan PTK yang benar, dimana mereka dapat memisahkan antara tindakan dengan penelitian. Di dalam PTK itulah para guru menemukan potensi unik siswa dan mengembangkan karakter peserta didik agar menjadi orang yang berbudi luhur dan bertakwa. Bukan orang pintar yang licik, tetapi orang pintar yang bijaksana, mampu merendahkan dirinya seperti ilmu padi kian berisi kian merunduk.

Akhirnya, guru-guru di sekolah kita harus pantas menjadi guru dan tidak mengecewakan stake holder yang ada di dalamnya. Menjalankan profesinya dengan penuh tanggungjawab dan sanggup menjadi agen pembelajaran. Guru harus menjadi orang pintar yang beruntung bukan orang bodoh yang beruntung seperti apa yang dituliskan oleh gde prama di http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/24/05180036/orang.bodoh.yang.beruntung. Mari kita terus bekerja, belajar, dan berdoa agar kita menjadi orang yang bijaksana dan tidak mengecewakan orang lain.

Salam blogger Kompasiana

Omjay

http://wijayalabs.wordpress.com

Belajar dan berbagi Ilmu PTK di Al Bayan islamic school tangerang

Foto Bersama dengan Peserta PTK Putri di Al Bayan
Foto Bersama dengan Peserta PTK Putri di Al Bayan

Sabtu, 24 Oktober 2009 saya diminta oleh Kepala Divisi Pengembangan Mutu Sekolah Al Bayan Islamic School, ibu Diah Alfaningtias, S.Pd untuk memberikan materi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kepada 50 orang guru di sekolah Al Bayan islamic school. Senang sekali bisa berbagi dengan teman-teman guru di sekolah ini. Selain mereka masih muda-muda, mereka pun memiliki minat yang tinggi untuk meneliti. Hal ini terlihat setelah saya selesai memberikan materi, banyak sekali di antara mereka yang telah memiliki judul PTK yang sangat menarik dan bermanfaat untuk memperbaiki kinerja mereka sebagai guru. Mereka nampak bersemangat membuat proposal PTKnya.

Foto Bersama dengan Peserta PTK Putra di Al Bayan
Foto Bersama dengan Peserta PTK Putra di Al Bayan

Sekolah Al-Bayan yang baru berdiri sekitar 5 tahunan ini terdiri dari sekolah Kelompok Bermain (KB), Taman kanak-kanak (TK), dan Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT). Sekolah yang terletak di Jl. Basoka Raya No. 96 Komp. Mesjid At-Tawwab, Larangan Kota Tangerang Banten dengan telp. 021. 7333182 ini, memiliki budaya sekolah yang unggul dan unik.

Terus terang saya merasa nyaman di dalamnya. Selain fasilitas pembelajaran yang lengkap, sekolah ini juga telah memenuhi 8 standar nasional pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Oleh karenanya tidak salah bila banyak masyarakat sekitar yang menyekolahkan anaknya di sekolah ini. Mereka sangat percaya dengan keunggulan yang diberikan Al Bayan Islamic school dalam memberikan pelayanan terbaik terhadap anak didiknya. Wajar saja, bila para orang tua murid berani mengeluarkan 'kocek' yang tidak sedikit jumlahnya, karena sekolah ini terakreditasi dengan baik.

Peserta PTK Putra di Al Bayan sedang Menyimak Materi PTK
Peserta PTK Putra di Al Bayan sedang Menyimak Materi PTK

Mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dalam belajar dan berbagi ilmu PTK di sekolah ini membuat saya terpacu untuk membuat sekolah sendiri kelak. Berusaha mandiri dalam melayani kebutuhan masyarakat di bidang pendidikan. Membangun sekolah unggul dan berkualitas yang keberadaannya sangat dinantikan.

Peserta PTK Putra di Al Bayan sedang Menyimak Materi PTK
Peserta PTK Putra di Al Bayan sedang Menyimak Materi PTK

Dalam memberikan materi pelatihan PTK di sekolah ini saya sungguh senang. Sebab respon peserta pelatihan yang terdiri dari guru KB-TK, dan SD ini sangat luar biasa. Mereka rata-rata memiliki motivasi yang tinggi dalam meneliti. Bahkan ada guru di sini yang telah menjadi guru berprestasi di tingkat nasional, dan juga menjadi finalis lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran (LKGDP) 2008 yang baru lalu. Karya tulis ilmiah mereka sangat menarik, dan mereka mampu melakukan inovasi baru dalam menemukan metode dan model-model pembelajaran di KB-TK, dan SD.

Peserta PTK di Al Bayan Sangat Serius Menyimak Materi PTK
Peserta PTK di Al Bayan Sangat Serius Menyimak Materi PTK

Belajar dan berbagi ilmu PTK di Al Bayan islamic school membuat saya serasa mendapat studi banding gratis yang nantinya bisa saya terapkan di sekolah tempat saya mengabdikan diri. Al Bayan mampu untuk terus menerus memperbaiki kualitas pembelajarannya, dan semua itu telah menjadi program divisi pengembangan Mutu Sekolah Al Bayan islamic school.

Omjay Memberikan tanda tangan pada Buku PTK
Omjay Memberikan tanda tangan pada Buku PTK

Hari ini, saya mendapatkan pengalaman baru yang saya sharingkan dengan teman-teman dunia maya dalam blog ini. Ternyata kolaborasi dan saling membantu diantara sesama guru dapat melahirkan sebuah karya tulis ilmiah yang sangat bermanfaat untuk sekolah, guru, dan murid. Bila itu telah terdengar oleh masyarakat, maka PTK yang dilakukan akan bermanfaat juga untuk masyarakat sekitarnya. Hal ini telah terbukti, sekolah Al bayan yang baru sekitar 5 tahunan berdiri telah mampu membangun pencitraan yang baik di mata masyarakat. Mereka mampu mempertahankannya dengan terus menerus melakukan perbaikan kualitas pembelajaran melalui PTK.

PTK adalah salah satu solusi untuk meningkatkan mutu pendidik agar tidak mengecewakan di mata masyarakat. Guru sekarang harus mampu meneliti, apalagi sertifikasi guru mempersyaratkan itu agar menjadi guru profesional.

Semoga PTK yang dilakukan oleh teman-teman guru dapat membuat teman-teman guru meningkatkan kinerjanya sebagai guru. Selalu tidak puas dengan pelayanan yang diberikan, dan melakukan instropeksi diri dalam proses pembelajarannya melalui PTK di sekolah.

Ingatlah! dengan melakukan PTK, guru dapat meningkatkan mutu pembelajarannya di sekolah. Semua itu dimulai dari perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan Refleksi diri dalam beberapa siklus yang dirasakan sendiri oleh guru yang bersangkutan.Bila guru berhasil melaksanakan dan melaporkan PTK, maka mutu pembelajaran akan meningkat.

Ketika mutu pembelajaran di sekolah meningkat, maka akan banyak prestasi yang dihasilkan dan dicapai oleh para peserta didik. Ketika prestasi peserta didik meningkat, maka sekolah tersebut akan menjadi sekolah favorit dan unggul di masyarakat, seperti sekolah Al Bayan Islamic School ini.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

Jumat, 23 Oktober 2009

Kartu Nama omjay

Membangun School Cultre Melalui Olahraga

Membangun School Culture melalui Olahraga.

Para siswa Berbaris rapi di lapangan
Para siswa Berbaris rapi di lapangan

Setiap hari Jum'at Pagi di sekolah kami selalu diadakan kegiatan olahraga lari pagi. Kegiatan ini telah menjadi budaya sekolah (School Culture) di tempat kami. Sebelum berlari, biasanya kami dikumpulkan dulu dalam sebuah barisan besar di lapangan upacara layaknya apel pagi. Setelah kami berbaris rapi, biasanya kami mendapatkan arahan dari pimpinan sekolah dulu, berdoa, dan baru kemudian berlari.

Sebelum berlari pagi mengelilingi kampus UNJ yang berdekatan dengan sekolah, kami berdoa terlebih dahulu. Berharap kepada Tuhan Yang Maha Esa agar merestui lari pagi dan tidak ada diantara kami yang cedera akibat terjatuh atau kecelakaan pada hari ini. Doa dipimpin oleh salah satu guru, dan setiap guru yang bertugas sebagai wali kelas diwajibkan mendampingi kelasnya masing-masing dalam berlari pagi.

Para Siswa Berdoa Sebelum Lari Pagi
Para Siswa Berdoa Sebelum Lari Pagi

Olahraga lari pagi di SMP labschool Jakarta, adalah kegiatan yang sudah menjadi tradisi sejak 40 tahun lalu. Olahraga ini sangat murah dan nyaris tanpa biaya. Sangat menyehatkan karena siswa berlari mengelilingi kampus UNJ yang asri. Meski kampus UNJ tak- se asri dan se-alami dulu, namun �lari pagi tetap memberikan kebermanfaatan tersendiri buat kami civitas akademika SMP Labschool Jakarta. manfaat yang paling terasa dari olahraga adalah tubuh menjadi sehat dan segar kembali. Itulah yang kita tanamkan kepada anak didik kami di sekolah.

Di hari itulah saatnya kita mengendurkan otak syaraf dari banyaknya mata pelajaran dengan berjoging ria. Mengeluarkan keringat dengan deras setelah berolahraga.� Maklumlah, sekolah kami adalah sekolah yang ber-AC jadi kami jarang berkeringat, terkecuali bila AC itu mati. Di situlah pentingnya kita berolahraga. Menghirup udara segar alami di pagi hari dan bersama-sama mengelilingi kampus UNJ yang masih sepi dan berharap menghirup udara pagi yang masih terasa segar.

Membangun School Culture Melalui Olahraga
Membangun School Culture Melalui Olahraga

Olahraga jum'at pagi telah membuat kami menciptakan budaya sekolah yang tetap eksis dan semakin disempurnakan. Di jum'at itulah para guru biasanya melakukan evaluasi diri dari apa yang telah kami lakukan selama minggu ini. Para guru melakukan refleksi diri dan mensharingkannya kepada para siswa. �Labschool telah berhasil Membangun School Culture melalui Olahraga.

Berlari Mengelilingi Kampus UNJ
Berlari Mengelilingi Kampus UNJ

Salam Blogger Kompasiana

Omjay

Rabu, 14 Oktober 2009

Kenapa Guru di di daerah Sulit Meneliti?


Saya termenung dan pikiran saya menerawang jauh setelah mendapatkan komentar dari teman saya seprofesi, bapak Sigit Mukriyadi di Madiun. Dalam komentarnya beliau menuliskan kenapa guru di daerah sulit untuk melakukan penelitian? Berikut ini komentar beliau yang saya ambil dari blog pribadi saya di sini.

Salam kenal pak wijaya.

Thanks fo sharing sir.

Disini saya hanya mau menyampaikan kondisi realitas sebenarnya yang kemudian saya hadapkan pada statement :

“Untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik, guru yang sudah memperoleh sertifikasi dan tunjangan guru akan tetap dipantau. Pemantauan termasuk juga pemberian pelatihan metode pengajaran, materi pengajaran, dan melakukan penelitian.”

Statement itu sangat baik sekali guna meningkatkan kualitas guru dengan memberikan pelatihan metode pengajaran ataupun dengan melakukan penelitian tindakan kelas dan saya sangat nenyetujui hal itu. akan tetapi alangkah baik lagi jika itu diterapkan pada guru-guru yang telah berstatus PNS dan guru yang berstatus Bersertifikasi karena kebutuhan ekonomi mereka tercukupi saat ini, dan mohon jangan sampai diterapkan pada guru bantu/honorer baik sekolah swasta/negeri .

Dan alangkah senangnya jika pelatihan-pelatihan tersebut gratis dan berlaku untuk semua guru baik guru PNS, guru bersertifikasi, ataupun guru bantu/ honorer agar dapat dinikmati & dirasakan bersama hasil pelatihan-pelatihan itu karena status kita adalah sama-sama berstatus guru, hanya kesejahteraan perekonomian yang berbeda.

Meskipun saya lulusan AKTA IV tetapi saya adalah orang yang selalu bersemangat untuk selalu belajar dalam keadaan apapun, setiap kali saya mengajar selalu menggunakan model-model pembelajaran yang berubah-berubah sesuai kondisi/ keadaan siswa beserta waktu yang cukup tersedia, baik STAD, TGT, problem solving dll yang intinya terus berusaha menciptakan suasana Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif sekaligus Menyenangkan untuk saya pribadi selaku guru maupun anak-anak didik saya, yang kemudian sering pula saya menganalisis dan mengevaluasinya.

intinya, setiap kali mengajar saya selalu merencanakan, menerapkan, menganalisis serta mengevaluasi atas metode & materi yang telah saya implementasikan guna mengetahui sejauh mana keberhasilan dalam membimbing anak didik saya. berarti saya telah melakukan Penelitian Tindakan Kelas setiap kali mengajar, hanya saja tidak dituangkan kedalam tinta hitam diatas putih (dibukukan).

Sebabnya:
Kebetulan sekali saya adalah T.U salah satu SD Negeri di madiun dan merangkap sebagai guru bantu/honorer salahsatu SMP swasta di madiun yang setiap hari kerjanya terbagi 2 waktu.

Gaji guru swasta perbulan yang saya terima kurang dari Rp. 200.ooo perbulan (dua ratus ribu rupiah perbulan) tepatnya Rp. 185.000,-. mari kita kakulasi gaji tersebut untuk menuangkan atas apa yang telah saya terapkan dikelas kemudian peraturan-peraturan baru memaksa untuk menuangkannya kedalam kertas sehingga menjadi sebuah buku berupa PTK.

  1. Kertas 1 Rem merk Sinar Dunia 70gram Rp 45.000,-
  2. Tinta untuk printer merk Rainbow Rp. 30.000 ,-
  3. Jika sewa rental komputer untuk ngetik perjam Rp. 2.500 (3 jam saja tidak cukup untuk mengetik sebuah PTK ), belum lagi ngeprintnya dirental yang perlembernya Rp. 500 (bayangkan jika PTK tebalnya 60 lembar, kalikan saja Rp. 500, sudah Rp. 30.000 tidak termasuk lama jam sewa rentalnya). jika beli komputer + printernya berapa juta tuh -D
  4. Belum lagi Menjilid dan mengcover kemudian menggandakan (silahkan tanyakan harganya ke toko fotocopy).

Usai itu anda hitung total biaya yang harus dikeluarkan untuk sebuah PTK.

Akibatnya:
Naaah gaji Rp. 185.000,- perbulan cukupkah??? Lalu Anak, Istri saya membeli sembako, sabun, perlengkapan mandi dapat uang darimana??? Mau menabung uang darimana jika selalu gaji habis karena hal diatas??? lalu transportasi untuk esok harinya berangkat ke sekolah untuk bertugas membimbing anak-anak didik saya yang jaraknya sekitar 10km dari rumah??? (jalan kaki karena tidak punya uang untuk beli bensin??? -D 10km jalan kaki??? berapa jam tuh tiba disekolah?), kemudian, Pendidikan anak saya harus bayar pakai uang darimana, katanya sekolah sekarang gratiiiisss ada dimana-mana tapi kenyataannya sekolah-sekolah masih memungut biaya dengan cara melakukan mengumpulkan orang tua wali murid kemudian meminta pungutan dengan dalih sumbangan untuk kelengkapan administrasi sekolah dengan hukum sumbangan wajib (sumbangan kok wajib -D jika anda tidak percaya, silahkan anda survey lapangan dengan menyamar (seperti intel polisi) lalu datang kesekolah contohnya disekolah pinggiran kota madiun bukan dikota madiunnya tapi pinggiran kota).

Berarti saya harus kerja sampingan untuk mencukupi kebutuhan keluarga, Naaah waktu lagi khaaan yang berbenturan antara waktu untuk menyusun sebuah PTK dengan mencari uang lewat kerja sampingan, lalu kapan rampungnya sebuah PTK itu jika setiap bulan harus mencukupi kebutuhan keluarga guna mencari tambahan pendapatan dari Rp. 185.000,- perbulan itu.

Bagaimana mau meningkatkan kualitas guru jika gizi guru dan keluarganya tidak tercukupi??? “jika gizi tercukupi maka akan menghasilkan otak yang sehat, apabila otak telah menjadi sehat maka otak akan mampu menerima transfer ilmu”.

Renungkanlah…

Monggo dengan senang hati dan sangat gembira jika peraturan di pendidikan diperkuat guna kemajuan pendidikan agar masyarakat kita tidak tertinggal dengan negara-negara lain, tetapi jangan hanya peraturan saja yang diperkuat , kesejahteraan guru yang belum PNS pun harus diperkuat, jangan asal cekik sana cekik sini.

Setiap kali pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang pendidikan, semua pihak baik negeri maupun swasta mendapatkan dampaknya pula karena sekolah-sekolah swasta yang ada di indonesia bernaung dibawah departemen-departemen pemerintah.

Walau bagaimanapun dan apapun kebijakan pemerintah, saya tetap setia pada negara tercinta ini karena saya orang yang taat pada pemerintah dan saya orang yang takut sekaligus tidak rela apabila dibodohi oleh negara-negara lain.

Mohon dukungan dari rekan-rekan senior dan semoga guru bantu/ honorer tidak diwajibkan untuk menuangkannya kedalam buku kecuali pemerintah mau memberikan tunjangan untuk penelitian dan kesejahteraan yang sesuai terkhusus guru bantu/ honorer. Amin amin yaa rabbal ‘alamin…

Demikianlah komentar panjang yang saya dapatkan dari teman saya bapak Sigit Mukriyadi di Madiun. Saya terharu membacanya. Dengan gaji Rp.185.000,- guru dituntut harus kreatif dalam penelitian dan melaporkan hasil PTKnya. Pertanyaannya adalah apakah penelitian sederhana di kelas harus menggunakan dana? Apakah dana yang minim lalu membuat kita menjadi tidak kreatif? Coba mari kita renungkan!.

Saya jadi teringat dengan teman saya dari Aceh (saya lupa namanya) yang menjadi finalis LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) tingkat nasional bidang IMTAK di tahun 2005. Waktu itu beliau menjadi teman sekamar saya, karena sama-sama menjadi finalis LKTI tingkat nasional di Jakarta. Saya bertanya pada beliau, apa yang menyebabkan karya tulisnya bisa masuk final di tingkat nasional. Motivasi apa yang membuatnya sanggup menulis karya tulisnya? Bukankah Aceh baru saja terkena Tsunami? Beliau lalu bercerita panjang pada saya, semoga menjadi motivasi bagi teman-teman guru lainnya di seluruh Indonesia.

Sambil bercucuran air mata beliau bercerita. Setelah pasca tsunami, sekolahnya hancur porak poranda. Pada saat itu yang tersisa hanyalah satu buah komputer tua pentium 486. Sebagai sekolah yang berstatus swasta dan dengan jumlah siswa yang tidak banyak serta gaji yang minim pula, membuat teman saya itu tak pernah menyerah dengan keadaan. Beliau selalu memperbaiki kualitas pembelajarannya melalui penelitian kecil di kelasnya sendiri. Beliau rajin menuliskan apa-apa yang telah dikerjakannya. Beliau melakukan penelitian sederhana, dan nyaris tanpa biaya. Komputer yang hanya satu-satunya di sekolah itu, beliau pergunakan di sore hari setelah mengajar. Apa yang beliau tuliskan, di catatan kecil kemudan beliau ketik sendiri dengan menggunakan komputer tua itu.

Namun, ketika semua tulisannya jadi, tak ada printer di sekolah itu. Beliau pergi ke kabupaten yang jaraknya sekitar 50 km dari sekolah. Di sewa rental itulah beliau mencetak karya tulisnya. Lalu mengirimkan hasil penelitiannya ke panitia karya tulis di Jakarta. Beliau yakin dan sangat yakin, bila motivasi kita kuat, dan niat kita karena Allah pasti di dalam kesulitan itu ada kemudahan.

Gajinya yang kecil tak membuatnya pasrah dengan keadaan, beliau bekerja keras mencari tambahan penghasilan untuk bisa sewa printer dan biaya pengiriman KTI ke Jakarta.

Beberapa bulan kemudian, ada surat dari panita lomba KTI Jakarta. Karya tulis beliau terpilih masuk dalam final lomba karya tulis ilmiah tingkat nasional. Seluruh biaya transportasi dan akomodasi di tanggung oleh panitia. Beliau bersyukur kepada Allah karena telah diberikan kesempatan mewakili Aceh dan mengalahkan ribuan karya tulis lainnya. Beliau berangkatdari Aceh dengan pesawat terbang, dan baru kali itulah beliau bisa menikmati perjalanan ke jakarta dengan pesawat terbang. Gratis pula!.

Dari cerita teman saya di Aceh itu, saya menjadi termotivasi untuk selalu meneliti di kelas saya sendiri. Persoalan biaya tak pernah saya pikirkan. Sebab yang dibutuhkan guru dalam meneliti adalah semangat untuk memperbaiki diri dan semangat instropeksi diri untuk memperbaiki kualitas pembelajarannya di kelas. Manfaat yang bisa dipetik dari hasil penelitian itu jelas diri guru itu sendiri, dan juga peserta didik yang menjadi asuhannya. Persoalan dana, janganlah jadi kendala. Sebab, bila motivasi kita tinggi, persoalan dana itu pasti bisa kita atasi asalkan kita kreatif dan tidak pernah menyerah serta berputus asa.

Semoga para guru kita mau meneliti di kelasnya sendiri, dan tidak terus menerus mengeluh merenungi nasibnya yang bergaji guru Oemar Bakri. Guru harus menjadi motivator bagi para anak didiknya.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

Kamis, 08 Oktober 2009

Kamis, 01 Oktober 2009

Halal Bi Halal Labschool


Spanduk Halal Bi Halal
Spanduk Halal Bi Halal

Kamis, 1 Oktober 2009 di Masjid Baitul Ilmi Labschool telah dilaksanakan kegiatan halal bi halal keluarga besar Labschool. Tema halal bi halal tahun ini adalah "Kembali ke Fitrah Diri Menuju Muslim Sejati (Rabbaniyiin)".