Selamat Datang di Blog Wijaya Kusumah

Untuk Pelayanan Informasi yang Lebih Baik, maka Isi Blog Wijaya Kusumah juga tersedia di blog baru di http://wijayalabs.com

Minggu, 08 Agustus 2010

Guru Kok Narsis?

Banyak teman saya bilang kalau saya ada dimana-mana. Kalau buka internet dan cari-cari artikel tentang pendidikan, pastilah ada wajah saya yang imut dan gendut disitu. Cari tentang humor, eh ada juga foto omjay disitu. lalu teman saya berkata, “Guru kok narsis?”

Guru sekarang memang harus narsis.Dia harus mampu menulis. Menulis apa saja yang dikuasainya dan disukainya. Menyebarkan pengetahuan dan pengalamannya menjadi seorang pendidik.

Paradigma guru harus dirubah. Kalau guru zaman dulu, kerjanya cuma mencari indormasi alias baca buku doang. Tetapi sekarang, di tengah arus informasi dan era gombalisasi eh salah globalisasi guru harus kreatif dalam menciptakan informasi.

Agar bisa menciptakan informasi, guru tentu harus bisa menulis. Dengan banyak menulis guru pun akan menjadi narsis. Dengan narsis, guru menjadi selebritis di dunia maya. Saya pun tak heran bila banyak tulisan saya yang di “copas” oleh para netter yang bejibun itu. Bukankah dengan begitu kita pun dipublikasikan secara gratis tanpa harsu eh harus membayar kolom iklan?

Sewaktu pikiran saya masih mencari informasi, pekerjaan saya di internet hanya searching, and browsing. Cuma sekedar mencari informasi apa yang saya butuhkan. Namun, seiring dengan bertambahnya waktu, saya tak hanya mencari informasi, tetapi juga menciptakan informasi. Bagaimana caranya???

Langkah awal saya adalah menjadi seorang blogger. Saya benar-benar belajar autodidak menjadi seorang blogger. saya belajar bagaimana membaut eh membuat blog pribadi. Banyak sekali informasi di internet bagaimana membuat dan mengelola blog. Informasi yang bermanfaat itu langsung saya praktikkan, dan saya memiliki 3 buah blog yang servernya di luar negeri. Ketiga blog itu adalah:

  1. http://wijayalabs.blogspot.com
  2. http://wijayalabs.wordpress.com
  3. http://wijayalabs.multiply.com
Ketiga blog itu saya update terus sampai saat ini, dan ketiganya saya link dalam blog profesional saya di http://wijayalabs.com. Sebuah blog yang saya dedikasikan untuk kemajuan dunia pendidikan di Indonesia. Itu semua berkat saran dari seorang blogger hebat yang bernama mas Vavai dengan blognya yang terkenal http://vavai.com.

Dari mas vavai itulah, saya terinspirasi untuk menjadi guru narsis. Seorang guru yang selalu menulis setiap hari di blog, dan menjadikan menulis sebagai sebuah kebutuhan. Menulis yang awalnya alamiah menjadi ilmiah. Berusaha dengan sekuat tenaga untuk menulis sebelum tidur.

Adanya blog di dalam negeri yang begitu menggoda, membuat saya ikut-ikutan juga bergabung dalam blog itu. Blog-blog yang saya kelola sampai saat ini adalah:
  1. http://wijayalabs.blogdetik.com
  2. http://politikana.com/wijayalabs
  3. http://kompasiana.com/wijayalabs
  4. ada juga sih yang lain, tapi lupa alamatnya saking banyaknya, hehhehehe
Dari blog-blog itulah saya berusaha untuk mengelolanya dengan baik. Namun, entah kenapa saya jatuh cinta dengan sebuah blog keroyokan yang bernama KOMPASIANA. Dalam blog kompasiana ini begitu ajaib. Begitu saya menulis, sudah ada beberapa teman yang langsung memberikan tanggapan. Hal ini berbeda jauh dari blog saya lainnya. Belum lagi, di blog kompasiana saya mendapatkan banyak kawan baru yang tidak hanya akrab dalam dunia maya, tetapi juga menjadi akrab dalam dunia nyata.

Adaya blog di tanah air yang semakin banyak, membuat saya harus fokus dalam satu blog besar yang saya harus konsisten dan komitmen menulis di dalamnya. Terus belajar dari 20 gaya postingan dari mas Romi satria wahono, saya pun mengikhlaskan diri untuk menulis setiap harinya di rumah sehat KOMPASIANA. Rumah sehat kita semua para blogger handal di era global.

Jadi guru memang harus narsis. Dengan kenarsisan itu kita menjadi kreatif untuk terus memberikan informasi seputar pendidikan. Jangan biarkan orang luar mencibir bahwa guru Indonesia malas menulis dan membaca. Menulislah terus setiap hari, dan buktikan apa yang terjadi.

Alhamdulillah, berkat ngeblog, tahun 2008 saya berhasil menjadi finalis lomba keberhasilan guru dlam pembelajaran tingkat nasional, lalu tahun 2009 blog saya terpilih sebagai juara pertama lomba blog tingkat nasional dari pusat bahasa, dan pada tahun 2009 itu pula saya membuat sebuah buku pengayaan yang berjudul yuk kita ngeblog! Buku itu mendapat juara pertama di tingkat nasional pula, dan saya mendapatkan hadiah berupa uang dari pusat perbukuan.

Saya pun percaya, ngeblog di internet bukan hanya sekedar narsis, tetapi gurupun menjadi suka menulis dan memberikan keteladanan kepada para peserta didiknya. Saling membuat link diantara blog guru dan blog siswa, sehingga terjadi interaksi dalam dunia maya.

Kalau para peserta didik kita tak suka menulis, itu karena para gurunya banyak yang tak suka menulis. Padahal, banyak hal yang guru bisa lakukan dalam belantara internet yang tak pernah tidur.
Bila Para guru Senang menulis

Bila Para guru Senang menulis

Bila banyak guru kreatif dalam menulis, maka jangan kaget bila banyak orang mengenal para guru kreatif melalui dunia maya. Seperti apa yang saya alami sendiri dalam kegiatan simposium hasil penelitian yang baru lalu di hotel Bidakara. Banyak penggemar tulisan saya yang meminta berfoto dengan saya. Padahal baru hari itu, saya kenal mereka secara langsung.

Jadi guru memang harus narsis, agar bisa memberikan keteladanan dalam menulis kepada peserta didik yang kian menipis. Bila guru banyak menulis, maka akan banyak konten-konten kreatif bertebaran dan membuat peserta didik sibuk dengan banyak membaca tulisan para gurunya yang kreatif itu. Kalau sudah begitu, budaya membaca dan menulis akan terasakan dalam dunia pendidikan kita.

Kenapa para guru tak mencoba menjadi guru narsis?


Salam Blogger Persahabatan
Omjay


Sabtu, 07 Agustus 2010

Senang Meneliti Membawa Saya ke Simposium Hasil Penelitian Nasional

Rasanya seperti bermimpi berada di hotel Bidakara selama tiga hari lamanya. Sebab, beberapa waktu yang lalu anak pertama saya Intan pernah berkata, "ayah pasti akan bisa menginap di hotel ini", ketika kami menghadiri resepsi pernikahan teman mengajar di Bidakara beberapa waktu lalu. Kini impian itu menjadi nyata. Saya telah berada di hotel ini dari tanggal 3 s.d. 5 Agustus 2010 dalam rangka menghadiri Simposium hasil penelitian dan Inovasi Pendidikan tahun 2010 di Jakarta.

Bagi saya secara pribadi, pertemuan ilmiah ini adalah pertemuan para peneliti yang makalahnya telah dinyatakan lolos untuk dipresentasikan dalam kegiatan simposium hasil penelitian dan inovasi pendidikan 2010. Tentu merupakan sebuah kebanggaan bagi saya, guru yang suka meneliti. Sebab hasil kerja keras dalam meneliti selama ini telah membuahkan hasil, dan hasil penelitian itu terbaca oleh orang banyak, dan telah dibukukan hasilnya dalam kumpulan presentasi makalah hasil penelitian.

Ketika surat panggilan itu datang ke sekolah, saya gembira sekali menerimanya. Apalagi setelah mendapatkan tanda tangan dari kepala sekolah, dan mendapatkan surat tugas untuk mengikuti simposium hasil penelitian ini.

Dari berbagai materi yang disampaikan oleh para pemakalah kunci, saya tertarik sekali dengan pemaparan dari bapak Sumantri Hadi Suseno. Beliau memaparkan akan pentingnya sebuah dokumen hasil penelitian yang terintegarasi secara nasional. Presentasi beliau yang berjudul National Education Research Library menjadi agenda besar yang harus dikerjakan oleh pusat penelitian dan pengembangan kemendiknas. Sebab kemendiknas yang merupakan lembaga pemerintah, sampai saat ini belum membuat system yang terdokumentasi dalam menyimpan hasil-hasil penelitian. Untuk mewujudkan itu harus ada kolaborasi antara pemerintah, peneliti, dan masyarakat.

Hasil penelitian dan pengembangan pendidikan yang berkualitas menjadi suatu keharusan, mengingat hasil penelitian dan pengembangan akan dimanfaatkan oleh stakeholders dalam merumuskan kebijakan pendidikan dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Demikian pernyataan yang disampaikan oleh Prof. Mansyur Ramly, kepala badan penelitian dan pengembangan, kemendiknas dalam makalahnya.

Selama tiga hari di hotel bidakara, banyak hal yang sebenarnya ingin saya sharingkan. Namun karena kesibukan yang padat, maka saya publish saja foto-foto kegiatan ilmiah ini untuk mendukung laporan saya di sini.

Semoga bermanfaat buat pembaca yang ingin ikut tahun depan. Semoga kita bisa bertemu juga.


Salam

Omjay

http://wijayalabs.com/



Rabu, 04 Agustus 2010

facebook Masil Menjadi Idola Pengguna Internet

Selasa, 3 Agustus 2010, Wakil Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. dr. Fasli Djalal membuka kegiatan simposium nasional hasil penelitian dan inovasi pendidikan 2010 di ruang Birawa Assembly Hall Hotel Bidakara Jakarta. Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap tahunnya oleh Balitbang Kemendiknas.

Dalam sambutannya, pak Fasli mengatakan bahwa para peneliti hendaknya fokus untuk memberikan masukan kepada kemendiknas dalam penelitian kebijakan. Beliaupun memberikan data tentang hasil penelitian kebijakan di 12 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa belum meratanya penyebaran guru dan kurangnya pemanfaatan ICT dalam pembelajaran.

Setelah memberikan sambutan, Wakil mendiknas ini langsung melayani para wartawan dalam press conference tentang hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan kemendiknas, termasuk sertifikasi guru yang banyak menarik perhatian itu.

Setelah sambutan pak Fasli, dimulailah kegiatan pemaparan materi kunci yang disampaikan oleh bapak Sumantri Hadi Suseno, S.Pd, M.Kom dengan judul makalah National Education Research Library (collaboration Through Research).

Makalah yang disampaikan oleh pak Sumantri ini sangat menarik, dimana diperlukan sebuah media informasi penelitian untuk mengukur kapasitas kemampuan riset sebagai media berbagi informasi untuk para peneliti untuk saling berkolaborasi dan menghindari duplikasi. Oleh karena itu diperlukan sebuah media informasi bagi pemerintah untuk dapat mempelajari database riset untuk melihat nilai potensi dan nilai strategis bagi Negara. Sehingga dapat digunakan sebagai referensi ilmiah dalam pengambilan keputusan.

Menurut pak Sumantri, riset, thesis, dan disertasi yang terdokumentasikan secara terstruktur dalam sebuah database adalah merupakan asset Negara yang memiliki efek signifikan pada posisi/strata sebuah Negara pada segmentasi keilmuan.

Dalam pemaparan makalahnya, pak Sumantri mengatakan bahwa facebook masih menjadi idola para pengguna internet di Indonesia yang berjumlah lebih dari 30 juta. Oleh karena itu, mau atau tidak mau para peneliti harus bisa memanfaatkan facebook sebagai media sosial dalam berinteraksi dan bertukar informasi antar sesama peneliti.

Data http://www.alexa.com/topsites/countries/ID, 10 website yang sering dibuka oleh para pengguna internet di Indonesia menunjukkan bahwa traffic penggunaan internet masih didominasi oleh:

  1. Facebook.com
  2. Google.co.id
  3. Google.com
  4. Yahoo.com
  5. Blogger.com
  6. Kaskus.us
  7. Youtube.com
  8. Wordpress.com
  9. Detik.com
  10. Twitter.com

Dari data itu, dapatlah diketahui bahwa facebook untuk saat ini masih menjadi idola para pengguna internet di tanah air.

Sebagai Negara dengan 5 besar pengguna internet di Asia, seharusnya pemerintah telah memiliki nasional education research Library sehingga hasil penelitian yang telah dilakukan terdokumentasikan dengan baik dan mengurangi budaya plagiarisme.

Demikianlah laporan singkat dari Hotel Bidakara, semoga bermanfaat.

salam Blogger Persahabatan

Omjay

http://wijayalabs.com