Selamat Datang di Blog Wijaya Kusumah

Untuk Pelayanan Informasi yang Lebih Baik, maka Isi Blog Wijaya Kusumah juga tersedia di blog baru di http://wijayalabs.com

Kamis, 07 Februari 2008

PRIBADI YANG SELALU MEMBANTU

"JADIKANLAH DIRI ANDA PRIBADI YANG BISA MEMBANTU”

Dalam Monday Morning Note, Pak Mario berpesan : Jadikanlah diri Anda pribadi yang bisa membantu.

Membacanya, mengembalikan ingatan saya kepada kisah sewaktu kanak - kanak saya. Pada suatu ketika Ayah dan Ibu mengajak saya dan Adik berjalan - jalan. Di perjalanan pulang saya melihat seekor anak kucing mengeong pilu di rerumputan tepian jalan. Waktu itu saya memang iba terhadap anak kucing tersebut. Saya merasa kasihan memandang mahluk kecil tersebut mengeong nyaring kesepian tanpa induk di sampingnya. Perjalanan kami berlanjut hingga tiba di rumah.

Sesampai di rumah saya kembali teringat akan anak kucing yang kami jumpai di jalan, dan saya menjadi sangat sedih karenanya. Adik saya sekonyong - konyong bercerita dengan kepolosan bocah-nya, bahwa anak kucing tersebut, dialah yang telah menaruhnya di rerumputan pinggir jalan. Adik saya melakukannya karena disuruh orang yang sengaja ingin membuang anak kucing tersebut, dengan imbalan sebuah layang - layang kertas. Mendengar cerita adik saya sontak saya menjadi bertambah sedih dan marah. Saya merengek, dan tangis saya meledak meminta agar anak kucing tersebut dibawa ke rumah untuk saya pelihara. Gagal membujuk saya, akhirnya Pengasuh kami diminta untuk membawa pulang anak kucing tersebut oleh Ibu. Singkat waktu, Pengasuh kami pulang kembali tanpa anak kucing dimaksud. Anak kucing tersebut sudah tidak berada lagi di tempat. Saya sedih sekali dan terus menangis dan marah ke Adik saya. Ayah dan Ibu melerai kami, dan menasehatkan kepada saya bahwa Tuhan mahabaik sudah membimbing induk anak kucing malang itu menemukannya dan membawanya pulang, atau kalau tidak sudah ada orang baik yang mengambilnya untuk dirawat. Mendengar bujukan Ayah / Ibu, saya mulai tenang dan menyisakan isak saya dan setelah itu saya dan adik saling bersalaman disaksikan Ayah, Ibu dan Pengasuh kami.

Para Sahabat terkasih,
Sebuah kisah yang hampir sama, menimpa teman dekat saya. Beberapa waktu lalu di saat kami sedang bersama, saya melihat dia seperti tidak seutuhnya berada bersama saya. Saya bisa merasakan karena dia lebih banyak diam, melamun dan gelisah.
Saya "memaksa" mencari tahu penyebabnya, dan teman saya bercerita bahwa dia dibayangi rasa bersalah terhadap seseorang.

Beberapa waktu berselang, di suatu perjalanan menuju interview pekerjaan, di tengah kebingungan dia mencari alamat tujuan sementara waktu pertemuan semakin mendesak. Di tengah bimbang, kesal dan jengkel di bertemu dengan pedagang sandal keliling yang menwarinya untuk membeli. Dia nyatakan keengganan membeli, namun si pedagang terus saja mengikuti dia sambil tetap menawarkan dagangannya itu sambil merengek belum satupun dagangannya sedari pagi yang laku, dan si pedagang memohon teman saya tadi membeli untuk sekedar membeli makan siang si pedagang yang lapar. Ya karena kesal, teman saya tadi menolak dengan sedikit menghardik. Si pedagang pun berlalu meninggalkannya.

Rupanya kejadian itu terus mengganggu pikiran teman saya. Dia selalu teringat akan wajah kuyu pedagang sandal yang pernah bertemu dengannya. Dia terus saja merasa bersalah kenapa dia bersikap kasar. Dia terus saja menyalahkan dirinya sendiri.
Saya bisa maklum akan kondisi teman saya itu. Setelah teman saya lama tidak berkata - kata, saya minta ijin untuk bicara. Saya tanya pada dia, apa sebenarnya yang paling membuat dia terus merasa bersalah. Teman saya menjawab bahwa dia menyesal telah berlaku kasar, dan dia sebenarnya ingin membantu tapi dia merasa risih jika harus menenteng sandal di saat interview.

"Kamu sebenarnya tidak harus beli sandal itu, kamu bisa saja mengajak dia ke warung buat sekedar mentraktirnya makan siang." kata saya coba menentramkan dia.
Saya lihat teman saya itu manggut pelan, dan saya masih melihat raut wajah yang sama.
Saya melanjutkan, "Ya, sudah. Biar kamu plong, sekarang kita bernadai - andai positif, bahwa setelah pertemuan dengan kamu, si tukang sandal itu dibimbing Tuhan kepada orang yang membutuhkan sandal dan ia mendapatkan rezeki pertama, kedua dan mungkin lebih hari itu.

Saya melihat teman saya mulai tersenyum. Dia berkata kemudian, "Benar juga ya, kenapa tidak terpikir sama aku untuk sekedar memberikan dia uang buat makan ? Atau mendoakan saat itu agar dia mendapatkan rejeki cukup hari itu ?"
Dan dia bercerita juga bahwa pada saat test pun dia tidak tenang dan tidak mampu konsentrasi dalam wawancara hari itu.

Para sahabat terkasih,
Tulisan Pak Mario dalam Monday Morning Note, memang benar adanya.
Anda harus membangun keahlian dalam menjadikan diri Anda mampu, menghasilkan lebih dari kebutuhan Anda, dan menjadikan diri Anda pribadi yang mampu untuk membantu orang lain dengan kelebihan Anda,

Janganlah menghindari sebuah pekerjaan hanya karena pekerjaan itu kelihatan kecil dan tidak penting. Karena, semua hal besar dimulai dari hal-hal kecil yang dilakukan dengan kesungguhan besar.

Lakukanlah pekerjaan-pekerjaan kecil, seolah-olah mereka itu pekerjaan besar. Dan itu akan membebaskan Anda dari perasaan tertekan oleh sesuatu yang berat.
Maka, sibukkanlah diri Anda dengan pekerjaan yang akan menjadikan Anda pribadi yang bisa membantu, bukan pribadi yang harus meminta-minta bantuan.

Dua kejadian / cerita di atas menunjukkan "kesepelean" masalah yang sebenarnya bisa kita lakukan tanpa menunda - nunda. Karena saya menunda untuk memungut anak kucing malang saat perjalanan pulang, saya yakin ayah / ibu saya pun mengijinkannya. Tapi saya tidak take action hingga saya menjadi merasa bersalah dan terbebani.

Begitu pun halnya dengan teman saya, karena dia sedang dikuasai kesal kesulitan menemukan alamat tujuan, membuat dia berpikiran pendek dan tidak bijak. Akibatnya teman saya terus saja diikuti perasaan tertekan.

Kita memang sering menganggap sepele kejadian / pengalaman yang menghampiri kita. Dan tidak jarang pula setelahnya kita menjadi menyesal berkepanjangan karena kehilangan kesempatan besar akan apa yang kita anggap sepele.

Salam Super
Agung Widyatmoko, SM 0932

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar pada blog ini, dan mohon untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan yang benar.