Sumpah Pemuda dan Jiwa Kepahlawan di Era Multitasking yang Beretika
Senang sekali saya hari itu. Tepatnya, 28 Oktober 2010. Selain banyak teman yang mengucapkan selamat ulang tahun kepada saya, banyak pula peserta didik saya yang mengucapkan “selamat ultah”.Belum lagi yang mengucapkan ultah di facebook dan twitter. Jumlahnya sampai ratusan. Kebetulan hari itu adalah hari ulang tahun saya yang bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda.
Tiba-tiba ponsel saya berdering, dan diingatkan oleh ketua Komunitas Blogger Bekasi (be-Blog), Mas Aris untuk segera datang ke acara XL yang digelar melalui program CSR Indonesia Berprestasi Award. Acara dimulai pukul 13.00 – 19.00 WIB. Bertempat di Moesioem Kebangkitan Nasional, Jl. Dr. Abdul Rahman Saleh No. 26 Jakarta Pusat, atau yang lebih terkenal dengan nama Gedung STOVIA.
Saya datang agak terlambat sedikit, dan saya lihat temen-teman peserta sedang asyik menikmati acara sambil jempolnya “towel-towel keyped” di ponselnya masing-masing. Inilah generasi multitasking, sambil dengerin materi tetap asyik dengan netizennya. Tetap beretika, dan tidak mengganggu peserta lainnya.
Saya langsung mendatangi ketua be-blog mas Aris yang lagi asyik ngobrol dengan teman barunya dari Ambon. Saya pun berkenalan dengannya. Namun saya lupa lagi namanya. Maklumlah sudah melupa dan menua, hehehehehe.
Mas Aris dan teman-teman yang melihat saya langsung mengucapkan selamat ultah. Alhamdulillah, inilah resiko dari selebritis dunia maya, hehehehe. Banyak ucapan selamat ulang tahun di mana-mana. Dari dunia nyata dan dunia maya. Kita pun telah berada dalam etika cyberspace, dan generasi multitasking. Di sela-sela talkshow masih bisa cipika cipiki. Tetap santun dan tidak menganggu acara. Bahkan masih bisa bernarsis ria seperti Kang hadi dan Mbak Yunika (sebelah kiri), hahahahahaa.
Sebenarnya, istilah etika dan generasi mutitasking baru saja saya dengar dari acara talkshow Sumpah Pemuda 2.0 di Museum Kebangkitan Nasional siang ini. Acara yang dimoderatori mas Jaya Suprana ini menghadirkan pembicara keren seperti Pak Anhar Gonggong, Mas Imam B Prasodjo, Mas Andrie Subono, Mas Sudiyanto, dan mas Iman Brotoseno.
Banyak hal menarik yang dibicarakan dalam talkshow itu, namun karena riuhnya suasana saya tak berhasil menangkap semua materi yang disampaikan. Hanya saja, pak Anhar Gonggong sempat melontarkan sebuah pernyataan, “apapun teknologinya, etika akan tetap terjaga”. Mas Imam Prasodjo pun menambahkan bahwa, ”kita hidup dalam era generasi mutitasking”. Jadi jangan heran kalau banyak blogger, facebooker, dan tweeps yang datang hari itu telinganya mendengar, tetapi mata dan tangannya asyik bermain facebook dan twitter.
Itulah sebenarnya hal yang menarik dari acara talkshow itu dalam pandangan saya. Generasi muda kita saat ini memang berbeda pada saat sumpah pemuda 1928 diucapkan. Jiwa kepahlawanan benar-benar terasa pada saat itu. Mereka ingin bersatu dan membentuk negara sendiri yang bernama Indonesia.
Sumpah pemuda yang diucapkan saat ini tentu berbeda dengan saat itu. Gayanyapun akan mengikuti era digital dimana telah menjadi sumpah pemuda 2.0. Seolah-olah mengikuti jejak teknologi baru web.2.0. Dimana semua orang bisa saling terhubung dengan mudah dan cepat. Kita pun bisa menjadi orang besar seperti mas Amril dan Omjay, hahahahhaha.
Hidup memang benar dalam era multitasking saat ini. Kita sering tidak fokus pada satu masalah saja, tetapi banyak masalah yang dihadapi. Disinilah diperlukan etika dalam menuntaskan masalah demi masalah. Bukan produk yang kita kejar, tetapi proseslah yang harus kita lalui dengan benar. Bila proses yang kita lalui benar, maka di dalam Indonesia merdeka tidak akan ada kemiskinan. Jiwa kepahlawan selalu ada di hati, dimana lebih mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.Demikian benang merah yang saya simpulkan dari paparan pak Anhar Gonggong. Mas Imam parsodjo pun menambahkan untuk menghadapi era multitasking kita harus memiliki bekal sosiologi yang matang dalam mengembangkan kemanusian.
Lain mas Imam, lain pula mas adrie Subono. Seorang pengusaha yang banyak menghadirkan artis dunia, dan menduniakan Indonesia. Baginya, mendatangkan artis kelas dunia merupakan tantangan tersendiri. Melalui dunianya ia ingin mengenalkan Indonesia kepada masyarakat dunia. Oleh karenanya peranan teknologi informasi sangat penting dikuasainya. Beliau cukup ngetweet dan menggunakan facebook untuk mempublikasikan kegiatannya di dunia maya.
Sementara itu pembicara muda yang hadir dalam acara talkshow, mas Iman Brotoseno lebih menyoroti catatan-catatan seorang blogger yang memerlukan etika ngeblog di dalamnya. Era multitasking membuat seorang blogger tak hanya bermain di situs jejaring facebook saja tetapi juga twitter yang terus berkembang dan diminati anak muda jaman sekarang. Sedangkan peraih Indonesia Berprestasi award, mas Sudiyanto lebih menitik beratkan kerja keras dan ketekunan dalam dunia teknologi yang terus berkembang.
Bagi saya secara pribadi, talkshow ini bagus sekali namun sayangnya dibatasi oleh waktu. Acara ini pun membawa semangat satu negeri di era digital yang beretika dan mutitasking. Mari kita berpikir optimis! Jiwa kepahlawanan jelas aharus ada dalam diri kita agar semangat sumpah pemuda terus berada di dalam dada.
Semangat sumpah pemuda dan jiwa kepahlawanan di era Multitasking yang bertika harus terus dilestarikan menjadi budaya bangsa. Kita harus belajar dari sejarah agar bangsa ini tahu perjuangan generasi sebelumnya. Setelah acara Talkshow, para pembicara mendapatkan cinderamata dari XL, dan saya pun mendokumentasikannya dengan cepat peristiwa yang bersejarah ini.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
Menulislah Terus setiap hari, dan buktikan apa yang terjadi
bagus sekali tulisannya pak, kita semua memang merupakan generasi multitasking !!
BalasHapustulisan yang bagus pak, dan selamat ulang tahun! maaf ya pak telat memberi ucapannya.
BalasHapus