Selamat Datang di Blog Wijaya Kusumah
Untuk Pelayanan Informasi yang Lebih Baik, maka Isi Blog Wijaya Kusumah juga tersedia di blog baru di http://wijayalabs.com
Sabtu, 29 Maret 2008
Sertifikasi Guru
ENAKNYA IKUT DIKLAT PLPG ANGKATAN 3
Betapa bahagianya saya hari ini. Karena pada hari ini, Sabtu, 29 Maret 2008 adalah hari terakhir saya mengikuti Diklat PLPG 3 di FT UNJ Kampus A Rawamangun. Sebagai guru saya merasa bersyukur dapat mengikuti kegiatan ini. Bukan hanya mendapatkan teman baru, Ilmu yang manfaat, dan juga uang transport, tetapi saya mendapatkan lebih dari itu.
Awalnya saya sedih, tapi sekarang saya gembira. Walaupun saya dinyatakan tidak lulus sertifikasi guru, dan harus mengikuti diklat. Mau tahu ceritanya? Sabar ya.... Nanti saya tulis berseri....... Salam....
Wijaya Kusumah
Guru TIK SMP Labschool Jakarta
Jumat, 21 Maret 2008
Bahasa Cinta
Mengajar dengan Bahasa Cinta
Tuhan kirimkanlah aku… guru yang baik hati yang mencintai aku apa
adanya." Itulah sepenggal pelesetan lagu Dewa syarat makna dan
merupakan ungkapan seorang siswa yang sedang merana dalam belajarnya.
Berdasarkan hasil survei kecil-kecilan kepada teman-teman guru di
sekolah kami, ternyata 9 di antara 10 guru pernah mendapat
pengalaman yang tidak menyenangkan ketika mereka masih duduk di
bangku SD, SMP, atau SMA sekitar 20 hingga 30 tahun yang lalu.
Ingatan mereka, termasuk penulis, masih segar ketika mendapat
hukuman spontan dari guru karena divonis melakukan suatu kesalahan.
Misalnya, mengganggu teman, berbicara atau bermain ketika guru
sedang menerangkan, tidak mengerjakan PR, tidak bisa menjawab soal
dengan benar, dan nyontek ketika ulangan.
Berbagai macam hukuman pun segera kami terima, disuruh berdiri di
depan kelas, dijewer bergiliran oleh teman sekelas, dijemur, dan
membersihkan kamar mandi. Bahkan, penulis pernah dimasukkan ke dalam
lemari cukup lama, baru dibuka setelah menangis keras.
Hukuman itu juga dibumbui dengan kata-kata pedas yang melukai hati,
misalnya: "Dasar anak nakal, kerjanya mengganggu teman
terus!", "Dasar bodoh, diterangkan berulang-ulang masih saja tidak
bisa!", "Anak malas kamu, masak PR 10 soal saja tidak
selesai!", "Yang bekerja tangan, bukan mulut!", dan sebagainya.
Kalimat-kalimat seperti itu sering meluncur dari bibir guru dengan
ekspresi seperti tokoh antagonis dalam sinetron. Interaksi
pembelajaran demikian sebenarnya adalah pelajaran mendalam tentang
kebencian dan dendam.
Dengan hukuman dan lontaran kata-kata seperti itu, seorang guru
mengharapkan siswanya akan menjadi lebih baik, tetapi yang terjadi
adalah kebalikannya karena sesungguhnya itu adalah kata-kata yang
menjatuhkan mental atau motivasi belajar anak. Hasil yang didapatkan
dari kata-kata itu adalah "kejatuhan mental" anak,
bukan "kebangkitan mental" anak. Akibatnya, hubungan antara guru dan
siswa menjadi kaku dan suasana belajar pun tidak menyenangkan.
Sebaik apa pun metode pembelajaran yang diterapkan seorang guru,
semuanya akan tetap menjadi sia-sia apabila guru tersebut lupa cara
membangun hubungan yang baik dengan para siswanya. Menurut DePorter
(2007:25), satu hal yang dapat menarik minat siswa untuk belajar
adalah guru membangun hubungan dengan siswanya sebagai manusia yang
memiliki rasa cinta. Oleh karena itu, bahasa cinta adalah salah satu
kunci sukses bagi semua guru untuk membangun sebuah hubungan yang
indah dengan siswa agar tercipta suasana belajar yang menyenangkan.
Memakai perkataan yang baik untuk membangun adalah suatu hal yang
jauh lebih bijaksana daripada memakai perkataan yang kotor. Maxwell
(1999:35) berpendapat bahwa seseorang dapat membangun sebuah
hubungan yang indah dengan orang lain apabila dia sanggup mengatakan:
1. Enam kata terpenting: Saya mengakui telah melakukan kesalahan
besar.
Sosok seorang guru adalah sosok yang dikagumi dan dihormati. Hal ini
terkadang membuat sang guru merasa seperti "diagungkan" sehingga
akan menjadi sangat memalukan baginya untuk mengakui kesalahan yang
mungkin telah dia perbuat kepada para siswanya. Salah satu alasannya
adalah karena takut kehilangan wibawa. Sesungguhnya, mengakui
kesalahan adalah lebih baik daripada menutupi kesalahan karena
wibawa seorang guru akan terlihat dari apa yang telah dia lakukan.
Sikap mengakui kesalahan dan mau minta maaf menunjukkan kebersihan
hati seseorang.
2. Lima kata terpenting: Anda melakukan pekerjaan dengan baik.
Memuji siswa atas keberhasilan yang telah dicapai atau memuji atas
tiap usaha yang telah dia lakukan dalam pembelajaran ternyata mampu
membantu meningkatkan motivasi belajar. Dengan memberikan pujian,
berarti seorang guru sedang menumbuhkan kepercayaan diri pada
siswanya sehingga siswa tersebut dapat mendorong dirinya sendiri
untuk dapat lebih maju dalam meraih kesuksesan belajar. Kegagalan
atau keberhasilan, kemampuan atau ketidakmampuan dilihat sebagai
interpretasi yang berbeda yang sama-sama perlu dihargai.
3. Empat kata terpenting: Bagaimana menurut pendapat Anda?
Bertanya tentang pendapat siswa adalah sebuah hal luar biasa yang
sebaiknya dilakukan oleh guru. Dengan bertanya demikian, seorang
guru memosisikan diri menjadi seorang teman yang membutuhkan
pendapat dan hal ini akan membuat siswa belajar untuk saling
menghargai.
4. Tiga kata terpenting: Jika Anda berkenan...
Menanyakan dan memberikan pilihan-pilihan kepada siswa sehubungan
dengan proses pembelajaran akan membuat siswa berlatih untuk
mengambil keputusannya sendiri tanpa ada unsur pemaksaan. Siswa
terdidik untuk terus berpikir kreatif dalam mencari pemecahan suatu
masalah.
5. Dua kata terpenting: Terima kasih.
Kata-kata "terima kasih" adalah sebuah ungkapan yang bermakna luas.
Ketika seorang siswa mampu mengatakan terima kasih baik kepada teman
atau gurunya, berarti dia memiliki kepekaan bahwa apa yang telah
berhasil dia dapatkan adalah bukan karena kehebatannya sendiri,
melainkan ada orang lain yang turut membantu. Dari sinilah siswa
dapat belajar untuk menyadari bahwa bekerja sama merupakan hal yang
sangat baik untuk dilakukan.
6. Satu kata terpenting: Kita.
Kata "kita" menjadi sangat penting ketika guru mengajak siswanya
untuk masuk dalam proses belajar-mengajar. Kata "kita" mengandung
makna kesatuan dan kebersamaan. Dalam hal ini, kesatuan dan
kebersamaan mutlak diperlukan untuk mencapai sebuah tujuan
belajar. "Bawalah dunia siswa ke dunia kita dan antarkan dunia kita
ke dunia siswa (quantum learning). Semakin jauh Anda memasuki dunia
siswa, semakin jauh pengaruh yang dapat Anda berikan kepada mereka."
(Degeng, 2006).
7. Satu kata paling tidak penting: Saya
Kata "saya" menjadi tidak penting di sini karena kata "saya"
menunjukkan ego yang berkonotasi negatif. Pengagungan terhadap
kemampuan diri sendiri dan tidak memedulikan orang lain menyebabkan
anak memiliki pola pikir yang mengarah pada kepentingan diri
sendiri. Dia akan mencontoh sikap egois yang ditunjukkan sang guru.
8. Satu kata terburuk: Jangan! Dilarang! Awas! Harus!
Kata-kata seperti ini sangat sering dikatakan oleh guru terhadap
siswanya. Segala sesuatu yang dikerjakan oleh siswa harus sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh guru. Tidak ada tempat untuk
mengembangkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran.
9. Satu kata terindah: Silakan..
Setiap orang mendambakan untuk dapat melakukan hal-hal yang sesuai
dengan apa yang dirindukan. Ketika siswa menyatakan kepada guru
tentang kerinduannya menyampaikan suatu keinginan atau melakukan
suatu kegiatan, satu-satunya kata yang diharapkan didengar adalah
kata "silakan".
Sebagai makhluk sosial, manusia merupakan indvidu yang memerlukan
manusia lain untuk dapat hidup di dunia. Oleh karena itu, sudah
sepatutnyalah setiap individu memahami dan menguasai hukum yang
berlaku antarmanusia. Sepuluh hukum hubungan antarmanusia menurut
Maxwell (1999:6: 1) berbicara kepada orang lain, 2) tersenyum kepada
orang lain, 3) memanggil orang lain dengan namanya, 4) bersahabat
dan suka menolong, 5) menjadi orang yang ramah, 6) menunjukkan
ketertarikan yang tulus pada orang lain, 7) mudah memuji, 8)
tenggang rasa terhadap orang lain, 9) terbuka, dan 10) siap
memberikan pelayanan.
Jika guru telah sanggup menjalankan 10 hukum tersebut, akan
terciptalah hubungan yang harmonis sehingga pembelajaran akan
menjadi menyenangkan karena baik guru maupun siswa sejahtera. Bahasa
cinta bukanlah bahasa yang sulit diaplikasikan. Jika telah ada niat
baik ketika berbicara, maka setiap individu pasti sanggup memilih
dan menggunakan kata-kata yang sedap didengar.
Apabila seorang guru telah mampu berkata-kata dalam bahasa cinta
kepada siswanya dan begitu juga sebaliknya, maka akan terjalin
hubungan yang harmonis antara guru dan siswa. Hal inilah yang akan
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Belajar bukan lagi
sebuah hal yang membebani dan menakutkan, tetapi belajar adalah
sesuatu yang menyenangkan, bebas, santai, penuh ketakjuban, dan
menggairahkan.
Dengan bahasa cinta, hubungan yang kaku dan monoton antara guru dan
siswa sudah saatnya diubah menjadi sebuah hubungan yang harmonis dan
penuh kasih sayang sehingga tidak ada lagi kata-kata kotor yang
muncul. Sebagai gantinya, muncul kata-kata terpuji yang bersumber
dari kebersihan hati seorang guru untuk menumbuhkan pribadi-pribadi
unggul. (*)
Oleh: Akhmad Basori
Guru SD Negeri Wonoasih II Kota Probolinggo
Guru Menulis
Iklan TV sebagai Model Belajar Drama
Fathurrofiq
Guru Bahasa Indonesia SMP Al Hikmah
Kompetensi berbahasa adalah tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di jenjang pendidikan menengah. Di jenjang pendidikan menengah, kompetensi berbahasa lebih utama diajarkan daripada teori bahasa (linguistik). Dalam pembelajaran kompetensi berbahasa ada empat kompetensi berbahasa: membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Dalam kurikulum 2004 atau KBK, pembelajaran empat kompetensi berbahasa itu dibingkai dalam dua aspek, yaitu aspek kebahasaan dan aspek kesusasteraan
(Standar Kompetensi Kurikulum 2004 Dinas).
Bisakah komptensi-kompetensi diajarkan secara integral? Menulis dan menampilkan drama adalah caranya. Namun muncul masalah, pembelajaran drama membutuhkan waktu dan persiapan yang panjang dan kompleks mulai dari membuat naskah, latihan, dan tampil. Waktu dan persiapan yang panjang tentu akan menyita waktu dan tenaga hanya untuk materi ini.
Dalam Buku Kumpulan Drama Remaja, Bakdi Soemanto memaparkan petunjuk singkat bermain drama: 1) Menyiapkan pentas, 2) Memilih naskah 3) Menentukan pemain, 4) Dari naskah ke pentas, dan 5) Penyutradaraan. Penulis tergugah untuk mencari cara pembelajaran drama yang bisa dimanfaatkan untuk mengajarkan kompetensi berbahasa: membaca, menulis, menyimak, dan berbicara secara integral dengan waktu yang singkat. Maraknya tayangan iklan di televisi menginspirasi penulis untuk menjadikannya sebagai model pembelajaran drama di pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
Dalam tayangan iklan, cara-cara yang digunakan untuk menyampaikan pesan iklan tesebut banyak yang memenuhi unsur-unsur drama. Ada pemeran, dialog, alur, adegan, dan latar. Inilah beda yang mendasar dengan iklan yang ada di media cetak ada atau poster. Uniknya, drama-drama dalam iklan itu singkat, padat, kominikatif dengan bahasa yang efektif meskipun seringkali bombastis. Ini pula yang membedakan dengan drama-drama biasa, sinetron, film yang panjang.
Tahap pembelajaran
1. Dinamika kelompok
Kelompok dibentuk lalu masing-masing berdiskusi merancang drama. Ketika mereka berunding, sebaiknya guru tidak mengintervensi tetapi hanya mengontrol ketertiban dinamika. Dalam berunding siswa akan berdiskusi, menggali ide, mendengar ide, berbagi ide. Ketika diskusi merencanakan iklan drama itu tengah berlangsung, saat itu juga upaya-upaya penyesuaian peran terjadi. Mereka memikirkan jalan cerita, adegan-adegan yang akan dimainkan sesuai dengan jumlah dan karakter anggota kelompok.
2. Menulis naskah
Ide drama iklan harus ditulis, setiap kelompok diharuskan menaskahkan karya mereka. Agar terjadi pembagian yang merata, artinya tidak dilakukan satu atau dua orang anggota dalam proses penulisan ini, guru secara bisa membantu membagi tugas. Jumlah anggota kelompok adalah lima. Dua anggota menulis, dua anggota yang lain mengedit dan mengoreksi dari berbagai segigi. Satu anggota yang terakhir menyempurnakan naskah yang diedit sampai dalam bentuk print out. Guru yang bijak tentu harus memberi motivasi-motivasi yang persuasif untuk menggugah gairah menulis.
3. Latihan peran
Setelah naskah jadi, dipastikan setiap kelompok memegang satu naskah. Guru meminta setiap anggota kelompok melakukan latihan peran berdasarkan karya sendiri. Mereka akan mudah menyesuasikan dengan naskah, karena naskah itu adalah karya mereka sendiri. Selama mereka berunding tentu mereka juga telah memperkirakan dengan kemampuan kelompok. Dalam latihan ini, kelompok menginventarisir kebutuhan media, kostum bahan untuk tampil.
Dalam menampilkan peran ada situasi-situasi yang berbeda dari situasi yang ada dalam dunia teks, siswa diperkenankan melakukan improvisasi asalkan tidak mengubah maksud drama, mengubah jalan cerita dan mengubah pesan pokok yang ditulis dalam naskah.
4. Penampilan Di sekolah tempat penulis mengajar, jumlah anak didik dalam satu kelas adalah antara 25-30 siswa. Jika dibentuk kelompok yang terdiri dari lima anggota, maka jumlah kelompok adalah lima atau enam. Proses terakhir dalam kegiatan membuat iklan drama bagi siswa adalah menampilkan drama itu. Mereka menampilkan di hadapan teman-teman yang berbeda kelompok dan di hadapan guru untuk dinilai. Tugas guru memberi apresiasi atas performance masing-masing kelompok.
Dengan pembelajaran drama iklan, tentu bukan keterampilan dramanya yang menjadi target utama, tetapi belajar kompetensi-kompetensi berbahasa secara integral yang menjadi target utama pembelajaran sebagaimana amanah kurikulum.
Redaksi Akademia menerima tulisan dari para guru di seluruh Indonesia untuk rubrik Guru Menulis. Tulisan harus disertai foto, belum pernah dimuat, dan ditujukan ke alamat email: akademia.republika@yahoo.com atau lewat surat ke Redaksi Akademia Republika, Jl Buncit Raya 37, Jakarta, 12510 (fax: (021) 7983623).
Fathurrofiq
Guru Bahasa Indonesia SMP Al Hikmah
Kompetensi berbahasa adalah tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di jenjang pendidikan menengah. Di jenjang pendidikan menengah, kompetensi berbahasa lebih utama diajarkan daripada teori bahasa (linguistik). Dalam pembelajaran kompetensi berbahasa ada empat kompetensi berbahasa: membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Dalam kurikulum 2004 atau KBK, pembelajaran empat kompetensi berbahasa itu dibingkai dalam dua aspek, yaitu aspek kebahasaan dan aspek kesusasteraan
(Standar Kompetensi Kurikulum 2004 Dinas).
Bisakah komptensi-kompetensi diajarkan secara integral? Menulis dan menampilkan drama adalah caranya. Namun muncul masalah, pembelajaran drama membutuhkan waktu dan persiapan yang panjang dan kompleks mulai dari membuat naskah, latihan, dan tampil. Waktu dan persiapan yang panjang tentu akan menyita waktu dan tenaga hanya untuk materi ini.
Dalam Buku Kumpulan Drama Remaja, Bakdi Soemanto memaparkan petunjuk singkat bermain drama: 1) Menyiapkan pentas, 2) Memilih naskah 3) Menentukan pemain, 4) Dari naskah ke pentas, dan 5) Penyutradaraan. Penulis tergugah untuk mencari cara pembelajaran drama yang bisa dimanfaatkan untuk mengajarkan kompetensi berbahasa: membaca, menulis, menyimak, dan berbicara secara integral dengan waktu yang singkat. Maraknya tayangan iklan di televisi menginspirasi penulis untuk menjadikannya sebagai model pembelajaran drama di pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
Dalam tayangan iklan, cara-cara yang digunakan untuk menyampaikan pesan iklan tesebut banyak yang memenuhi unsur-unsur drama. Ada pemeran, dialog, alur, adegan, dan latar. Inilah beda yang mendasar dengan iklan yang ada di media cetak ada atau poster. Uniknya, drama-drama dalam iklan itu singkat, padat, kominikatif dengan bahasa yang efektif meskipun seringkali bombastis. Ini pula yang membedakan dengan drama-drama biasa, sinetron, film yang panjang.
Tahap pembelajaran
1. Dinamika kelompok
Kelompok dibentuk lalu masing-masing berdiskusi merancang drama. Ketika mereka berunding, sebaiknya guru tidak mengintervensi tetapi hanya mengontrol ketertiban dinamika. Dalam berunding siswa akan berdiskusi, menggali ide, mendengar ide, berbagi ide. Ketika diskusi merencanakan iklan drama itu tengah berlangsung, saat itu juga upaya-upaya penyesuaian peran terjadi. Mereka memikirkan jalan cerita, adegan-adegan yang akan dimainkan sesuai dengan jumlah dan karakter anggota kelompok.
2. Menulis naskah
Ide drama iklan harus ditulis, setiap kelompok diharuskan menaskahkan karya mereka. Agar terjadi pembagian yang merata, artinya tidak dilakukan satu atau dua orang anggota dalam proses penulisan ini, guru secara bisa membantu membagi tugas. Jumlah anggota kelompok adalah lima. Dua anggota menulis, dua anggota yang lain mengedit dan mengoreksi dari berbagai segigi. Satu anggota yang terakhir menyempurnakan naskah yang diedit sampai dalam bentuk print out. Guru yang bijak tentu harus memberi motivasi-motivasi yang persuasif untuk menggugah gairah menulis.
3. Latihan peran
Setelah naskah jadi, dipastikan setiap kelompok memegang satu naskah. Guru meminta setiap anggota kelompok melakukan latihan peran berdasarkan karya sendiri. Mereka akan mudah menyesuasikan dengan naskah, karena naskah itu adalah karya mereka sendiri. Selama mereka berunding tentu mereka juga telah memperkirakan dengan kemampuan kelompok. Dalam latihan ini, kelompok menginventarisir kebutuhan media, kostum bahan untuk tampil.
Dalam menampilkan peran ada situasi-situasi yang berbeda dari situasi yang ada dalam dunia teks, siswa diperkenankan melakukan improvisasi asalkan tidak mengubah maksud drama, mengubah jalan cerita dan mengubah pesan pokok yang ditulis dalam naskah.
4. Penampilan Di sekolah tempat penulis mengajar, jumlah anak didik dalam satu kelas adalah antara 25-30 siswa. Jika dibentuk kelompok yang terdiri dari lima anggota, maka jumlah kelompok adalah lima atau enam. Proses terakhir dalam kegiatan membuat iklan drama bagi siswa adalah menampilkan drama itu. Mereka menampilkan di hadapan teman-teman yang berbeda kelompok dan di hadapan guru untuk dinilai. Tugas guru memberi apresiasi atas performance masing-masing kelompok.
Dengan pembelajaran drama iklan, tentu bukan keterampilan dramanya yang menjadi target utama, tetapi belajar kompetensi-kompetensi berbahasa secara integral yang menjadi target utama pembelajaran sebagaimana amanah kurikulum.
Redaksi Akademia menerima tulisan dari para guru di seluruh Indonesia untuk rubrik Guru Menulis. Tulisan harus disertai foto, belum pernah dimuat, dan ditujukan ke alamat email: akademia.republika@yahoo.com atau lewat surat ke Redaksi Akademia Republika, Jl Buncit Raya 37, Jakarta, 12510 (fax: (021) 7983623).
Senin, 17 Maret 2008
MENUMBUHKAN KREATIVITAS SISWA UNTUK MENULIS MELALUI BLOG
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya internet yang begitu pesat membuat kita harus kreatif dalam pemanfaatannya. Dampak positif dan negatif dari perkembangan internet telah jelas kita rasakan bersama. Salah satu dampak positif yang kita rasakan dari perkembangan itu adalah menjamurnya tempat membuat blog gratis di internet.
Blog adalah sebuah aplikasi web yang memuat secara periodik tulisan-tulisan (posting) pada sebuah webpage umum. Posting-posting tersebut seringkali dimuat dalam urutan posting secara terbalik, meskipun tidak selamanya demikian. Situs web semacam itu biasanya dapat diakses oleh semua pengguna internet sesuai dengan topik dan tujuan dari si pengguna blog tersebut. Blog menjadi fenomena belakangan ini, apalagi setelah seminar “Blogging, Journalism, and Credibility: Battleground and Common Ground” di Universitas Harvard, AS, pada Januari 2006.
Blog di internet sangat baik sekali manfaatnya untuk kita. Manfaat paling terasa adalah menumbuhkan kreativitas kita dalam keterampilan menulis. Blog ibarat buku tulis atau buku agenda kosong yang siap untuk diisi dengan tulisan-tulisan orisinil kita. Dengan Blog, kita dituntut untuk kreatif membuat tulisan-tulisan kita sendiri yang enak dibaca, memasukkan suara, gambar, film, dan mengundang orang untuk datang mengambil informasi dan membacanya. Kita pun bisa mengambil tulisan orang lain dengan menuliskan sumbernya, sehingga kita tidak dituduh sebagai plagiat.
Blog telah menjadi trend perkembangan TIK berbasis multimedia saat ini. Aplikasi Blog juga terbukti sangat membantu guru dalam mengembangkan program e-learning di sekolah. Dengan blog, guru dapat memasukkan materi pelajarannya, sehingga siswa dapat belajar dari blog yang dibuat guru. Proses pembelajaran akan terjadi, bila blog yang dibuat guru menarik siswa untuk membacanya. Karenanya, guru pun harus dapat mengajarkan siswa membuat blog di internet. Proses kreatif akan muncul dari pembuatan blog yang sangat interaktif. Melalui pembuatan blog akan terlihat kreativitas siswa dan guru.
Kecenderungan yang telah dikembangkan dalam pemanfaatan TIK dalam pembelajaran internet adalah program e-learning. Beragam istilah dan batasan telah dikemukakan oleh para ahli teknologi informasi dan pakar pendidikan. Secara sederhana e-learning dapat dipahami sebagai suatu proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi berupa komputer yang dilengkapi dengan sarana telekomunikasi (internet, intranet, ekstranet) dan multimedia (grafis, audio, video) sebagai media utama dalam penyampaian materi dan interaksi antara pengajar (guru) dan pembelajar (siswa).
Model pembelajaran berbasis TIK dengan menggunakan e-learning berakibat pada perubahan budaya belajar dalam konteks pembelajarannya. Setidaknya ada empat komponen penting dalam membangun budaya belajar dengan menggunakan model e-learning di sekolah. Pertama, siswa dituntut secara mandiri dalam belajar dengan berbagai pendekatan yang sesuai agar siswa mampu mengarahkan, memotivasi, mengatur dirinya sendiri dalam pembelajaran. Kedua, guru mampu mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan, memfasilitasi dalam pembelajaran, memahami belajar dan hal-hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Ketiga tersedianya infrastruktur yang memadai dan yang keempat administrator yang kreatif serta penyiapan infrastrukur dalam memfasilitasi pembelajaran.
Saat ini belum banyak sekolah yang memanfaatkan e-learning sebagai sarana pemanfaatan TIK dalam proses pembelajarannya. Belum banyaknya sekolah yang berkonsentrasi penuh terhadap e-learning membuka lahan penelitian yang terbuka lebar untuk diteliti.
Permasalahan yang dihadapi sekolah saat ini adalah pada tingkat kesiapan peserta belajar, guru, infrastruktur sekolah, pembiayaan, efektifitas pembelajaran, sistem penyelenggaraan dan daya dukung sekolah dalam menyelenggarakan pembelajaran berbasis TIK. Tapi yang lebih penting dari itu adalah kesiapan guru dalam memanfaatkan TIK di sekolah.
SMP Labschool Jakarta adalah sekolah yang pertama kali membuka program kelas akselerasi, yaitu kelas yang melaksanakan program belajar di sekolah hanya dua tahun. Sekarang ini, jumlah kelas akselerasi telah menjamur dan tersebar di seluruh Indonesia. Karena itu perlu dibangun sebuah sistem pembelajaran berbasis TIK yang mengharuskan siswa belajar melalui media online di internet, sehingga siswa tidak hanya belajar melalui tatap muka di kelas, tetapi juga siswa dapat belajar dimana saja dan kapan saja.
Dengan jumlah pertemuan tatap muka yang sedikit di kelas akselerasi, membuka peluang pembelajaran berbasis TIK melalui e-learning agar dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas akselerasi. Karena waktu jam pertemuan yang lebih singkat dari kelas reguler, maka diperlukan media internet yang berupa aplikasi e-learning untuk memasukkan materi-materi esensial yang harus dibaca dan dipelajari siswa akselerasi. Dengan berbantuan media aplikasi berbasis web, diharapkan program akselerasi ini juga bisa tersebar merata dengan kurikulum yang sama di seluruh Indonesia.
Guru dapat membuat Blog yang dapat digunakan sebagai media pembelajarannya.Karena itu guru juga dituntut untuk menunmbuhkan kreativitas siswa dalam menulis melalui blog di internet. Membuat blog mudah, tapi mengisinya tidak semudah membuatnya. Dibutuhkan kreativitas yang tinggi agar blog yang dimuat mempunyai daya tarik untuk dikunjungi.
Blog adalah sebuah aplikasi web yang memuat secara periodik tulisan-tulisan (posting) pada sebuah webpage umum. Posting-posting tersebut seringkali dimuat dalam urutan posting secara terbalik, meskipun tidak selamanya demikian. Situs web semacam itu biasanya dapat diakses oleh semua pengguna internet sesuai dengan topik dan tujuan dari si pengguna blog tersebut. Blog menjadi fenomena belakangan ini, apalagi setelah seminar “Blogging, Journalism, and Credibility: Battleground and Common Ground” di Universitas Harvard, AS, pada Januari 2006.
Blog di internet sangat baik sekali manfaatnya untuk kita. Manfaat paling terasa adalah menumbuhkan kreativitas kita dalam keterampilan menulis. Blog ibarat buku tulis atau buku agenda kosong yang siap untuk diisi dengan tulisan-tulisan orisinil kita. Dengan Blog, kita dituntut untuk kreatif membuat tulisan-tulisan kita sendiri yang enak dibaca, memasukkan suara, gambar, film, dan mengundang orang untuk datang mengambil informasi dan membacanya. Kita pun bisa mengambil tulisan orang lain dengan menuliskan sumbernya, sehingga kita tidak dituduh sebagai plagiat.
Blog telah menjadi trend perkembangan TIK berbasis multimedia saat ini. Aplikasi Blog juga terbukti sangat membantu guru dalam mengembangkan program e-learning di sekolah. Dengan blog, guru dapat memasukkan materi pelajarannya, sehingga siswa dapat belajar dari blog yang dibuat guru. Proses pembelajaran akan terjadi, bila blog yang dibuat guru menarik siswa untuk membacanya. Karenanya, guru pun harus dapat mengajarkan siswa membuat blog di internet. Proses kreatif akan muncul dari pembuatan blog yang sangat interaktif. Melalui pembuatan blog akan terlihat kreativitas siswa dan guru.
Kecenderungan yang telah dikembangkan dalam pemanfaatan TIK dalam pembelajaran internet adalah program e-learning. Beragam istilah dan batasan telah dikemukakan oleh para ahli teknologi informasi dan pakar pendidikan. Secara sederhana e-learning dapat dipahami sebagai suatu proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi berupa komputer yang dilengkapi dengan sarana telekomunikasi (internet, intranet, ekstranet) dan multimedia (grafis, audio, video) sebagai media utama dalam penyampaian materi dan interaksi antara pengajar (guru) dan pembelajar (siswa).
Model pembelajaran berbasis TIK dengan menggunakan e-learning berakibat pada perubahan budaya belajar dalam konteks pembelajarannya. Setidaknya ada empat komponen penting dalam membangun budaya belajar dengan menggunakan model e-learning di sekolah. Pertama, siswa dituntut secara mandiri dalam belajar dengan berbagai pendekatan yang sesuai agar siswa mampu mengarahkan, memotivasi, mengatur dirinya sendiri dalam pembelajaran. Kedua, guru mampu mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan, memfasilitasi dalam pembelajaran, memahami belajar dan hal-hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Ketiga tersedianya infrastruktur yang memadai dan yang keempat administrator yang kreatif serta penyiapan infrastrukur dalam memfasilitasi pembelajaran.
Saat ini belum banyak sekolah yang memanfaatkan e-learning sebagai sarana pemanfaatan TIK dalam proses pembelajarannya. Belum banyaknya sekolah yang berkonsentrasi penuh terhadap e-learning membuka lahan penelitian yang terbuka lebar untuk diteliti.
Permasalahan yang dihadapi sekolah saat ini adalah pada tingkat kesiapan peserta belajar, guru, infrastruktur sekolah, pembiayaan, efektifitas pembelajaran, sistem penyelenggaraan dan daya dukung sekolah dalam menyelenggarakan pembelajaran berbasis TIK. Tapi yang lebih penting dari itu adalah kesiapan guru dalam memanfaatkan TIK di sekolah.
SMP Labschool Jakarta adalah sekolah yang pertama kali membuka program kelas akselerasi, yaitu kelas yang melaksanakan program belajar di sekolah hanya dua tahun. Sekarang ini, jumlah kelas akselerasi telah menjamur dan tersebar di seluruh Indonesia. Karena itu perlu dibangun sebuah sistem pembelajaran berbasis TIK yang mengharuskan siswa belajar melalui media online di internet, sehingga siswa tidak hanya belajar melalui tatap muka di kelas, tetapi juga siswa dapat belajar dimana saja dan kapan saja.
Dengan jumlah pertemuan tatap muka yang sedikit di kelas akselerasi, membuka peluang pembelajaran berbasis TIK melalui e-learning agar dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas akselerasi. Karena waktu jam pertemuan yang lebih singkat dari kelas reguler, maka diperlukan media internet yang berupa aplikasi e-learning untuk memasukkan materi-materi esensial yang harus dibaca dan dipelajari siswa akselerasi. Dengan berbantuan media aplikasi berbasis web, diharapkan program akselerasi ini juga bisa tersebar merata dengan kurikulum yang sama di seluruh Indonesia.
Guru dapat membuat Blog yang dapat digunakan sebagai media pembelajarannya.Karena itu guru juga dituntut untuk menunmbuhkan kreativitas siswa dalam menulis melalui blog di internet. Membuat blog mudah, tapi mengisinya tidak semudah membuatnya. Dibutuhkan kreativitas yang tinggi agar blog yang dimuat mempunyai daya tarik untuk dikunjungi.
Minggu, 02 Maret 2008
MASA DEPAN KITA SEKARANG, BUKAN KEMARIN
Anda merasa sedih dengan kondisi sekarang?, sulit mencari kerja, kondisi keuangan memprihatinkan, relasi tidak ada yang dapat diandalkan, skill yang dibutuhkan di dunia kerja tidak sesuai dengan bidang yang anda geluti. Tuntutan demi tuntutan bila dibuat dalam daftar sudah panjang, sementara jalan keluar belum ada, gelap, menghimpit, buntu tidak ada kejelasan.
Jangan takut, anda tidak sendiri. Hampir semua orang mengalami hal yang sama seperti anda, kecuali mereka yang berasal dari keluarga kaya atau bahkan konglomerat. Malah anda seharusnya bersyukur, karena kebimbangan yang anda hadapi sekarang menandakan otak anda berfungsi dengan baik. Bingung adalah gejala, gejala yang otak berikan atas isyarat ketidakberesan. Sama seperti panas dalam tubuh kita, panas adalah gejala, isyarat yang menandakan bahwa ada sesuatu yang terjadi ditubuh kita.
Zaman sekarang untuk membedakan orang sukses dengan yang orang yang gagal sangat mudah, orang sukses ketika menghadapi gejala ketidakberesan atau kebingungan langsung mencari penawarnya. Mencari jalan keluar, menetapkan langkah-langkah, mempelajari semua yang ada, mencari peluang dengan membuka pikiran bukan membatasi, mencari peluang seluas-luasnya bukan mematikan. Sedangkan orang yang gagal, larut dalam kebimbangan, sedih yang berkepanjangan meratapi nasib, dan akhirnya mencari kambing hitam untuk dijadikan alasan kegagalan dalam hidupnya.
Langkah yang paling konkrit adalah; anda menyendiri, ambil beberapa lembar kertas dan pena, tulis semua yang anda mau dalam jangka pendek, sedang dan panjang pada satu lembar kertas, tanpa dibatasi pikiran negatif anda, – untuk sementara potensi negatif pikiran anda off-kan. Setelah selesai, buat daftar terpisah untuk melaksanakan keinginan anda. Contoh, anda ingin pandai bahasa Inggris. Anda buat daftar yang harus dilaksanakan untuk mampu berbahasa inggris, menghapal 5 kosa kata baru, praktek sehari-hari, mempelajari tata bahasa, membaca literatur berbahasa inggris, konsultasi dengan orang telah mahir berbahasa inggris, mencari lembaga kursus, dan segala hal yang menunjang. Jangan anda batasi dengan usia yang terlalu tua, keuangan yang tidak mendukung, asal daerah yang menyebabkan sulit melafalkan kata-kata dalam bahasa inggris.
Setelah tersusun, jalankan program anda, jangan anda beri peluang untuk evaluasi kecuali untuk membuatnya lebih baik. Ketahuilah, evaluasi yang menghancurkan rencana atau program tidak disebut evaluasi, tapi bunuh diri.
Anda dapat mengembangkan keahlian baru melalui diskusi dengan orang yang ahli dibidangnya, membaca literatur, praktek, dan lain-lain. Bila anda sudah membatasi potensi yang akan anda gali dengan hambatan-hambatan diluar diri anda, seperti keuangan, tidak ada orang yang dapat diajak tukar pikiran, waktu dan kesempatan yang terlalu sedikit. Maka anda telah membuat sekat tebal untuk diri anda sendiri, membuat semakin jauh antara anda dengan keinginan anda.
Menurut Lim How : “Tidak ada orang yang terlahir untuk gagal, setiap orang terlahir untuk sukses. Dan perbedaan yang paling besar antara keduanya adalah keinginan untuk belajar, untuk berubah dan tumbuh”.
Kata terbijak yang pernah penulis temukan untuk ini adalah “Sesungguhnya Allah tidak merubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri”
Bila anda berpikiran lingkungan andalah yang membentuk anda, maka anda adalah orang kemarin, bercerita dengan ungkapan telah, ribuan kisah sudah, kenangan cerita lalu dan kalah. Namun, bila anda yakin andalah yang menentukan hidup anda, maka anda adalah orang sekarang, yang akan bercerita masa depan, jutaan mungkin, dan berkata “dengan izin Allah aku akan merubah hidupku”
Dikutip dari buku “Aku dan pikiranku” karya Abu Umar
PROPOSAL PTK
FORMAT PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)
A. JUDUL PENELITIAN
Judul penelitian hendaknya singkat dan spesifik tetapi cukup jelas mewakili gambaran tentang masalah yang akan diteliti dan tindakan yang dipilih untuk menyelesaikan atau sebagai solusi terhadap masalah yang dihadapi
B. BIDANG ILMU
Tuliskan bidang ilmu (Jurusan) dari Ketua Peneliti.
C. PENDAHULUAN
Penelitian dilakukan untuk memecahkan permasalahan pendidikan dan pembelajaran. Dalam pendahuluan kemukakan:
1. Latar belakang masalah secara jelas dan sistematis, yang meliputi:
a. Uraian tentang kedudukan mata pelajaran dalam kurikulum (semester, mata pelajaran yang ditunjang dan mata pelajaran penunjang);
b. Gambaran umum isi mata pelajaran tsb termasuk pembagian waktunya (lampirkan Analisis Instruksional, RPP, Silabus dari mata pelajaran yang bersangkutan);
c. Metode pembelajaran yg digunakan saat ini.
2. Masalah yang dihadapi ditinjau dari hasil belajar yang dicapai mahasiswa
D. PERUMUSAN MASALAH
Rumuskan masalah penelitian dalam bentuk suatu rumusan penelitian tindakan kelas. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternatif tindakan yang akan diambil dan hasil positif yang diantisipasi.
Kemukakan secara jelas bahwa masalah yang diteliti merupakan sebuah masalah yang nyata terjadi di kelas, penting dan mendesak untuk dipecahkan. Setelah didiagnosis (diidentifikasi) masalah penelitiannya, selanjutnya perlu diidentifikasi dan dideskripsikan akar penyebab dari masalah tersebut.
E. CARA PEMECAHAN MASALAH
Uraikan pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti, sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas (yang meliputi: perencanaan-tindakan-observasi/ evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklus). Cara pemecahan masalah telah menunjukkan akar penyebab permasalahan dan bentuk tindakan (action) yang ditunjang dengan data yang lengkap dan baik.
F. TINJAUAN PUSTAKA
Uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan teori, temuan dan bahan penelitian lain yang dipahami sebagai acuan, yang dijadikan landasan untuk menunjukkan ketepatan tentang tindakan yang akan dilakukan dalam mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi.
G. TUJUAN PENELITIAN
Kemukakan secara singkat tujuan penelitian yang ingin dicapai dengan mendasarkan pada permasalahan yang dikemukakan. Tujuan umum dan khusus diuraikan dengan jelas, sehingga tampak keberhasilannya.
H. KONTRIBUSI HASIL PENELITIAN
Uraikan kontribusi hasil penelitian terhadap kualitas pendidikan dan/atau pembelajaran, sehingga tampak manfaatnya bagi siswa, guru, maupun komponen pendidikan lainnya. Kemukakan inovasi yang akan dihasilkan dari penelitian ini.
I. METODE PENELITIAN
Uraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan obyek, latar waktu dan lokasi penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci dari perencanaan-tindakan-observasi/evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklis. Tunjukkan siklus-siklus kegiatan penelitian dengan menguraikan tingkat keberhasilan yang dicapai dalam satu siklus sebelum pindah ke siklus lainnya. Jumlah siklus disyaratkan lebih dari dua siklus.
J. JADWAL PENELITIAN
Buatlah jadwal kegiatan penelitian yang meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk bar chart. Jadwal kegiatan penelitian disusun selama 10 bulan.
K. PERSONALIA PENELITIAN
Jumlah personalia penelitian maksimal 3 orang. Uraikan peran dan jumlah waktu yang digunakan dalam setiap bentuk kegiatan penelitian yang dilakukan. Rincilah nama peneliti, golongan, pangkat, jabatan, dan lembaga tempat tugas, sama seperti pada Lembar Pengesahan.
Lampiran-lampiran
1. Daftar Pustaka, yang dituliskan secara konsisten menurut model APA, MLA atau Turabian.
2. Riwayat Hidup Ketua Peneliti dan Anggota Peneliti
3. Cantumkan pengalaman penelitian yang relevan telah dihasilkan sampai saat ini
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)
A. JUDUL PENELITIAN
Judul penelitian hendaknya singkat dan spesifik tetapi cukup jelas mewakili gambaran tentang masalah yang akan diteliti dan tindakan yang dipilih untuk menyelesaikan atau sebagai solusi terhadap masalah yang dihadapi
B. BIDANG ILMU
Tuliskan bidang ilmu (Jurusan) dari Ketua Peneliti.
C. PENDAHULUAN
Penelitian dilakukan untuk memecahkan permasalahan pendidikan dan pembelajaran. Dalam pendahuluan kemukakan:
1. Latar belakang masalah secara jelas dan sistematis, yang meliputi:
a. Uraian tentang kedudukan mata pelajaran dalam kurikulum (semester, mata pelajaran yang ditunjang dan mata pelajaran penunjang);
b. Gambaran umum isi mata pelajaran tsb termasuk pembagian waktunya (lampirkan Analisis Instruksional, RPP, Silabus dari mata pelajaran yang bersangkutan);
c. Metode pembelajaran yg digunakan saat ini.
2. Masalah yang dihadapi ditinjau dari hasil belajar yang dicapai mahasiswa
D. PERUMUSAN MASALAH
Rumuskan masalah penelitian dalam bentuk suatu rumusan penelitian tindakan kelas. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternatif tindakan yang akan diambil dan hasil positif yang diantisipasi.
Kemukakan secara jelas bahwa masalah yang diteliti merupakan sebuah masalah yang nyata terjadi di kelas, penting dan mendesak untuk dipecahkan. Setelah didiagnosis (diidentifikasi) masalah penelitiannya, selanjutnya perlu diidentifikasi dan dideskripsikan akar penyebab dari masalah tersebut.
E. CARA PEMECAHAN MASALAH
Uraikan pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti, sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas (yang meliputi: perencanaan-tindakan-observasi/ evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklus). Cara pemecahan masalah telah menunjukkan akar penyebab permasalahan dan bentuk tindakan (action) yang ditunjang dengan data yang lengkap dan baik.
F. TINJAUAN PUSTAKA
Uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan teori, temuan dan bahan penelitian lain yang dipahami sebagai acuan, yang dijadikan landasan untuk menunjukkan ketepatan tentang tindakan yang akan dilakukan dalam mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi.
G. TUJUAN PENELITIAN
Kemukakan secara singkat tujuan penelitian yang ingin dicapai dengan mendasarkan pada permasalahan yang dikemukakan. Tujuan umum dan khusus diuraikan dengan jelas, sehingga tampak keberhasilannya.
H. KONTRIBUSI HASIL PENELITIAN
Uraikan kontribusi hasil penelitian terhadap kualitas pendidikan dan/atau pembelajaran, sehingga tampak manfaatnya bagi siswa, guru, maupun komponen pendidikan lainnya. Kemukakan inovasi yang akan dihasilkan dari penelitian ini.
I. METODE PENELITIAN
Uraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan obyek, latar waktu dan lokasi penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci dari perencanaan-tindakan-observasi/evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklis. Tunjukkan siklus-siklus kegiatan penelitian dengan menguraikan tingkat keberhasilan yang dicapai dalam satu siklus sebelum pindah ke siklus lainnya. Jumlah siklus disyaratkan lebih dari dua siklus.
J. JADWAL PENELITIAN
Buatlah jadwal kegiatan penelitian yang meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk bar chart. Jadwal kegiatan penelitian disusun selama 10 bulan.
K. PERSONALIA PENELITIAN
Jumlah personalia penelitian maksimal 3 orang. Uraikan peran dan jumlah waktu yang digunakan dalam setiap bentuk kegiatan penelitian yang dilakukan. Rincilah nama peneliti, golongan, pangkat, jabatan, dan lembaga tempat tugas, sama seperti pada Lembar Pengesahan.
Lampiran-lampiran
1. Daftar Pustaka, yang dituliskan secara konsisten menurut model APA, MLA atau Turabian.
2. Riwayat Hidup Ketua Peneliti dan Anggota Peneliti
3. Cantumkan pengalaman penelitian yang relevan telah dihasilkan sampai saat ini
Langganan:
Postingan (Atom)