Selamat Datang di Blog Wijaya Kusumah

Untuk Pelayanan Informasi yang Lebih Baik, maka Isi Blog Wijaya Kusumah juga tersedia di blog baru di http://wijayalabs.com

Jumat, 21 Maret 2008

Guru Menulis

Iklan TV sebagai Model Belajar Drama

Fathurrofiq
Guru Bahasa Indonesia SMP Al Hikmah


Kompetensi berbahasa adalah tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di jenjang pendidikan menengah. Di jenjang pendidikan menengah, kompetensi berbahasa lebih utama diajarkan daripada teori bahasa (linguistik). Dalam pembelajaran kompetensi berbahasa ada empat kompetensi berbahasa: membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Dalam kurikulum 2004 atau KBK, pembelajaran empat kompetensi berbahasa itu dibingkai dalam dua aspek, yaitu aspek kebahasaan dan aspek kesusasteraan
(Standar Kompetensi Kurikulum 2004 Dinas).


Bisakah komptensi-kompetensi diajarkan secara integral? Menulis dan menampilkan drama adalah caranya. Namun muncul masalah, pembelajaran drama membutuhkan waktu dan persiapan yang panjang dan kompleks mulai dari membuat naskah, latihan, dan tampil. Waktu dan persiapan yang panjang tentu akan menyita waktu dan tenaga hanya untuk materi ini.


Dalam Buku Kumpulan Drama Remaja, Bakdi Soemanto memaparkan petunjuk singkat bermain drama: 1) Menyiapkan pentas, 2) Memilih naskah 3) Menentukan pemain, 4) Dari naskah ke pentas, dan 5) Penyutradaraan. Penulis tergugah untuk mencari cara pembelajaran drama yang bisa dimanfaatkan untuk mengajarkan kompetensi berbahasa: membaca, menulis, menyimak, dan berbicara secara integral dengan waktu yang singkat. Maraknya tayangan iklan di televisi menginspirasi penulis untuk menjadikannya sebagai model pembelajaran drama di pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.


Dalam tayangan iklan, cara-cara yang digunakan untuk menyampaikan pesan iklan tesebut banyak yang memenuhi unsur-unsur drama. Ada pemeran, dialog, alur, adegan, dan latar. Inilah beda yang mendasar dengan iklan yang ada di media cetak ada atau poster. Uniknya, drama-drama dalam iklan itu singkat, padat, kominikatif dengan bahasa yang efektif meskipun seringkali bombastis. Ini pula yang membedakan dengan drama-drama biasa, sinetron, film yang panjang.


Tahap pembelajaran


1. Dinamika kelompok
Kelompok dibentuk lalu masing-masing berdiskusi merancang drama. Ketika mereka berunding, sebaiknya guru tidak mengintervensi tetapi hanya mengontrol ketertiban dinamika. Dalam berunding siswa akan berdiskusi, menggali ide, mendengar ide, berbagi ide. Ketika diskusi merencanakan iklan drama itu tengah berlangsung, saat itu juga upaya-upaya penyesuaian peran terjadi. Mereka memikirkan jalan cerita, adegan-adegan yang akan dimainkan sesuai dengan jumlah dan karakter anggota kelompok.


2. Menulis naskah
Ide drama iklan harus ditulis, setiap kelompok diharuskan menaskahkan karya mereka. Agar terjadi pembagian yang merata, artinya tidak dilakukan satu atau dua orang anggota dalam proses penulisan ini, guru secara bisa membantu membagi tugas. Jumlah anggota kelompok adalah lima. Dua anggota menulis, dua anggota yang lain mengedit dan mengoreksi dari berbagai segigi. Satu anggota yang terakhir menyempurnakan naskah yang diedit sampai dalam bentuk print out. Guru yang bijak tentu harus memberi motivasi-motivasi yang persuasif untuk menggugah gairah menulis.


3. Latihan peran
Setelah naskah jadi, dipastikan setiap kelompok memegang satu naskah. Guru meminta setiap anggota kelompok melakukan latihan peran berdasarkan karya sendiri. Mereka akan mudah menyesuasikan dengan naskah, karena naskah itu adalah karya mereka sendiri. Selama mereka berunding tentu mereka juga telah memperkirakan dengan kemampuan kelompok. Dalam latihan ini, kelompok menginventarisir kebutuhan media, kostum bahan untuk tampil.
Dalam menampilkan peran ada situasi-situasi yang berbeda dari situasi yang ada dalam dunia teks, siswa diperkenankan melakukan improvisasi asalkan tidak mengubah maksud drama, mengubah jalan cerita dan mengubah pesan pokok yang ditulis dalam naskah.


4. Penampilan Di sekolah tempat penulis mengajar, jumlah anak didik dalam satu kelas adalah antara 25-30 siswa. Jika dibentuk kelompok yang terdiri dari lima anggota, maka jumlah kelompok adalah lima atau enam. Proses terakhir dalam kegiatan membuat iklan drama bagi siswa adalah menampilkan drama itu. Mereka menampilkan di hadapan teman-teman yang berbeda kelompok dan di hadapan guru untuk dinilai. Tugas guru memberi apresiasi atas performance masing-masing kelompok.
Dengan pembelajaran drama iklan, tentu bukan keterampilan dramanya yang menjadi target utama, tetapi belajar kompetensi-kompetensi berbahasa secara integral yang menjadi target utama pembelajaran sebagaimana amanah kurikulum.


Redaksi Akademia menerima tulisan dari para guru di seluruh Indonesia untuk rubrik Guru Menulis. Tulisan harus disertai foto, belum pernah dimuat, dan ditujukan ke alamat email: akademia.republika@yahoo.com atau lewat surat ke Redaksi Akademia Republika, Jl Buncit Raya 37, Jakarta, 12510 (fax: (021) 7983623).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar pada blog ini, dan mohon untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan yang benar.