Yth. Bapak Wapres Boediono
Semoga bapak dalam keadaan sehat ketika membaca surat ini. Saya selalu
mendokan agar bapak selalu sehat dalam mendampingi tugas bapak presiden
sby yang tentu banyak menyita pikiran dan waktu bapak.
Saya adalah seorang guru, dan sekaligus
orang tua siswa. Besok Senin, 22 April 2013 anak pertama saya akan
mengikuti ujian nasional. Tentu sebagai orang tua saya memotivasinya
agar rajin belajar sehingga prestasinya bagus. Saya masukkan anak saya
ke dalam bimbingan belajar dan juga pendalaman materi di sekolah.
Harapannya cuma satu, lulus dari SMP dengan nilai terbaik sehingga mudah
masuk SMA yang kelak akan dipilihnya nanti.
Kami sempat stress juga sebagai orang
tua, ketika anak kami jatuh sakit. Belajar terlalu keras juga tak baik
buat kesehatan. Pelajaran itulah yang saya dapatkan dari anak sendiri.
Kesehatan harus dijaga agar mampu mengerjakan soal ujian nasonal dengan
baik.
Begitipun saya sebagai seorang guru.
Hari jumat kemarin saya ditugaskan untuk mengikuti pengarahan pengawas
un di salah satu sekolah negeri di jakarta timur. Intinya, kami sebagai
pengawas, diminta untuk menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.
Bapak Boediono yang saya sayangi dan
kagumi. Sebenarnya ujian nasional ini untuk siapa? Mengapa pemerintah
begitu ngototnya melaksanakan un dengan cara sentralisasi. Semua soal
dikerjakan di pusat. Bukankah akan lebih baik bila soal dikerjakan di
setiap daerah? Bukankah dengan cara desentralisasi soal menjadi lebih
mudah sampai ke daerah-daerah? Nampaknya pemerintah belum terlalu
percaya dengan pemerintah daerah, dan menganggap soal un harus diambil
oleh pusat. Kalau begini cara kerjanya, kejadian un SMA yang tertunda di
beberapa propinsi menjadi pembelajaran yang sangat berharga.
Saran saya secara pribadi, bila
pemerintah masih ngotot un harus dilaksanakan juga setiap tahunnya, maka
lakukanlah evaluasi secara menyeluruh dan terima masukan dengan cara
bijaksana. Usul saya un sebaiknya tak menjadi salah satu alat kelulusan,
un sebaiknya berfungsi sebagai pemetaan saja. Mungkin ini akan
mempermudah kerja pemerintah dan melalukan proses evaluasi dari berbagai
daerah.
Pak wakil presiden Boediono yang saya banggakan. Saya yakin bapak adalah
orang yang mau mendengar derita kami para guru. Sudah lama para guru
belum merdeka. Sebab alat evaluasi siswa tidak sepenuhnya di tangan
guru. Masihkan bapak tidak percaya kepada kami? Sedangkan kami sangat
percaya kepada pemerintah bahwa mutu pendidikan memang menjadi tugas
kita bersama. Pendidikan menjadi kunci pembangunan seperti apa yang
bapak tuliskan di koran kompas beberapa waktu lalu.
Pertanyaannya sekarang, haruskah masih ada ujian nasional? Sementara
kami melihat sarana dan prasarana sekolah belum merata dan sdm guru yang
masih sangat kurang di berbagai daerah. Pemerintah sebaiknya fokus
kepada pelatihan guru dan perbaikan sarana dan prasarana.
Semoga kita bisa saling berdiskusi dengan cara kekeluargaan karena
tujuan kita sebenarnya sama. Hanya saja cara yang kita lakukan sangatlah
berbeda. Semoga ada angin surga yang membuat bapak mendengar lubuk hati
kami yang terdalam. Un sebaiknya direposisi keberadaannya atau
dihapuskan saja dengan mendapatkan masukan yang terbaik dari para pakar
dan praktisi pendidikan. Jangan korbankan anak bangsa demi arogansi
kekuasaan.
Mohon doa dari bapak agar anak kami cepat sembuh dan bisa mengikuti
ujian nasional dengan baik di sekolahnya. Mohon maaf bila saya
mengganggu waktu bapak untuk membaca surat ini. Terima kasih atas
perhatian pak wapres Boediono. Salam sayang dari kami sekeluarga dan
semoga bapak sehat selalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar pada blog ini, dan mohon untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan yang benar.