“Seseorang yang menulis hari ini, sedang menciptakan keabadian esok hari.”
– Omjay, Guru Blogger Indonesia
Pendahuluan: Menulis, Antara Mau dan Tidak Mau
Banyak orang berkata, "Aku ingin menulis, tapi bingung mau mulai dari mana."
Sebagian lagi berkata, "Aku nggak punya ide, jadi malas menulis."
Ada pula yang merasa, "Tulisan aku jelek. Takut dibaca orang."
Tapi satu hal yang pasti: Menulis itu bukan soal bakat. Menulis adalah keberanian untuk memulai.
Keberanian untuk menuangkan pikiran ke dalam kata-kata, meski masih belepotan.
Jadi, bagaimana sih caranya mulai bisa menulis?
1. Tulis Apa yang Kamu Pikirkan, Jangan Tunggu Hebat Dulu
Menulis itu seperti belajar naik sepeda.
Awalnya goyah, jatuh, malu. Tapi semakin sering mencoba, tangan dan hati kita akan terlatih.
Cobalah mulai dengan hal paling sederhana:
Apa yang kamu alami hari ini?
Apa yang kamu pikirkan tentang berita kemarin?
Siapa tokoh yang menginspirasi hidupmu?
Tulislah, meski hanya 3 paragraf.
Tulislah, meski hanya untuk dirimu sendiri.
Yang penting: tuliskan dulu.
2. Jangan Takut Jelek, Semua Penulis Besar Juga Pernah Cupu
J.K. Rowling ditolak belasan penerbit.
Tere Liye bahkan tidak pernah muncul di TV.
Omjay, Guru Blogger Indonesia, mulai dari ngeblog setiap hari. Awalnya tulisannya biasa saja, tapi sekarang beliau jadi panutan banyak guru penulis di Indonesia.
Apa rahasianya? Konsisten menulis.
Mereka tidak menunggu jadi ahli dulu baru menulis.
Mereka menulis dulu, sambil belajar menjadi lebih baik.
3. Gunakan Ponselmu Sebagai Pena
Hari ini, semua orang punya ponsel. Tapi berapa banyak yang menggunakannya untuk menulis, bukan hanya scroll media sosial?
Cobalah:
Buka aplikasi catatan.
Tulis satu paragraf setiap pagi.
Kalau semangat, lanjut jadi satu halaman.
Kalau mau lebih serius, buka blog seperti Kompasiana, Medium, atau WordPress.
Tulis, unggah, dan biarkan orang lain ikut membaca pikiranmu.
4. Bergabung dengan Komunitas Menulis
Sendiri memang bisa, tapi bareng-bareng itu lebih seru.
Bergabunglah dengan komunitas menulis, seperti:
Komunitas Sejuta Guru Ngeblog (Omjay)
Komunitas One Day One Post
Grup WA penulis lokal di kotamu
Di sana kamu bisa mendapat semangat, saran, bahkan tantangan menulis rutin.
5. Jadikan Menulis sebagai Rutinitas, Bukan Beban
Menulis bukan tugas sekolah. Menulis adalah cara bernapas pikiranmu.
Coba jadwalkan 15 menit tiap hari hanya untuk menulis. Pagi sebelum aktivitas, atau malam sebelum tidur.
Konsistensi kecil akan menumbuhkan keajaiban besar.
Tulisanmu akan semakin jernih, ide semakin tajam, dan percaya dirimu akan tumbuh.
Penutup: Menulislah Hari Ini, Lihat Apa yang Terjadi Besok
Menulis bukan soal banyaknya like, bukan soal viral atau tidak.
Menulis adalah cara untuk mendengarkan dirimu sendiri, dan siapa tahu, juga menyentuh hati orang lain.
Seperti kata Omjay:
“Menulislah setiap hari, dan buktikan apa yang terjadi.”
Buktikanlah. Mulailah hari ini.
Bukan besok, bukan lusa. Tapi sekarang.
Ingin dikembangkan ke artikel siap unggah, penambahan kisah inspiratif, atau versi PDF? Tinggal beri tahu, ya!
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
http://wijayalabs.com
Menulislah Terus setiap hari, dan buktikan apa yang terjadi
Menulis Tanpa Ide: Antara Kebuntuan dan Keberanian Berkarya
"Saya ingin menulis, tapi tidak punya ide."
Kalimat itu mungkin terdengar akrab di telinga para penulis, terutama mereka yang sedang menghadapi kebuntuan kreativitas. Fenomena ini dikenal sebagai writer’s block, dan hampir setiap penulis pasti pernah mengalaminya. Menariknya, justru di saat tidak ada ide, kita bisa menemukan jati diri sebagai penulis sejati.
Ketika Kepala Kosong, Hati Bisa Bicara
Menulis bukan hanya soal gagasan besar atau ide-ide brilian. Kadang, ketika kepala terasa kosong, justru hati bisa mulai bicara. Kita bisa menulis tentang apa yang kita rasakan, bukan hanya tentang apa yang kita pikirkan.
Menulis tanpa ide bisa dimulai dengan menggambarkan suasana hati:
Sedang jenuh? Tulis tentang kejenuhan.
Sedang bingung? Ceritakan kebingunganmu.
Sedang patah semangat? Ungkapkan perasaan itu.
Ini bukan kelemahan. Ini justru kekuatan. Karena tulisan yang jujur, meski tanpa "ide besar", sering kali lebih menyentuh.
Menulis Itu Kebiasaan, Bukan Keajaiban
Banyak orang menunggu “ide brilian” datang seperti petir di siang bolong. Sayangnya, itu jarang terjadi. Menulis adalah kebiasaan, bukan keajaiban. Seperti orang berolahraga, semakin sering dilakukan, otot kreatif pun semakin kuat.
Kuncinya: tulis saja.
Menulis tanpa ide adalah latihan untuk menerima ketidaksempurnaan. Tulisan hari ini mungkin jelek. Tapi tulisan besok bisa lebih baik. Kita tidak akan pernah tahu kalau tidak mulai menulis dari sekarang.
Tips Menulis Saat Tak Punya Ide
Tulis tentang hari ini.
Apa yang kamu alami sejak pagi? Ada kejadian unik? Ada obrolan yang menggelitik?
Gunakan foto sebagai pemicu.
Ambil satu foto di galeri ponselmu. Lalu ceritakan kisah di baliknya.
Tanya pada diri sendiri.
Apa hal yang akhir-akhir ini mengganggumu? Atau apa yang membuatmu bahagia? Jawab lewat tulisan.
Gunakan teknik “Freewriting”.
Tulis apa saja selama 10 menit tanpa berhenti. Jangan pikirkan ejaan, struktur, atau tema. Biarkan kata-kata mengalir.
Baca tulisan orang lain.
Kadang, ide muncul bukan dari dalam, tapi dari luar. Menyerap tulisan orang lain bisa membangkitkan ide kita sendiri.
Omjay: “Menulis Itu Soal Disiplin dan Keberanian”
Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd atau yang akrab disapa Omjay, seorang guru blogger Indonesia, pernah mengatakan:
“Banyak orang gagal menulis bukan karena tidak punya ide, tapi karena terlalu banyak alasan.”
Sebagai guru dan blogger aktif, Omjay membuktikan bahwa menulis setiap hari adalah cara terbaik melawan kebuntuan. Menulis bukan karena sedang berlimpah ide, tapi karena memilih untuk tetap menulis meski tanpa ide.
Jangan Takut Kosong, Kosong Pun Bisa Diisi
Ketika tidak ada ide, bukan berarti tidak ada harapan. Seperti gelas kosong yang siap diisi air, pikiran kosong adalah ruang luas untuk menampung apapun: cerita, perasaan, renungan, bahkan keheningan itu sendiri.
Tulisan bukan hanya milik orang yang penuh inspirasi. Tulisan juga milik orang yang berani jujur pada kekosongan dirinya.
Penutup: Menulislah, Maka Ide Akan Datang
Jangan tunggu ide baru menulis. Menulislah, maka ide akan datang di tengah proses. Kadang, satu paragraf awal yang kita tulis tanpa arah akan membawa kita pada sebuah pesan yang utuh. Seperti jalan yang tampak buntu, namun saat kita melangkah, ternyata ada celah yang mengantar kita ke arah yang tak terduga.
Jadi, jika hari ini kamu merasa tidak punya ide, buka laptopmu, ambil kertas, atau aktifkan notes di ponselmu. Tulis saja satu kalimat. Lalu lanjutkan satu kalimat lagi. Lalu satu paragraf. Sampai akhirnya kamu menyadari: kamu tidak kehabisan ide—kamu hanya perlu memulai.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
http://wijayalabs.com
Menulislah Terus setiap hari, dan buktikan apa yang terjadi
Mengapa Coding dan AI Ada dan Diajarkan di Tingkat SMP?
LATAR BELAKANG: Mengapa Coding dan AI di Tingkat SMP?
Mengapa di SMP?
Usia SMP adalah masa emas perkembangan logika dan kreativitas. Dalam fase ini, siswa:
Mampu memahami pola dan algoritma sederhana.
Mulai tertarik pada teknologi
Suka eksplorasi dan eksperimen
Labschool Jakarta ingin mengisi fase krusial ini dengan pembelajaran teknologi yang: Bermakna
Relevan dengan kehidupan mereka
Tidak hanya fokus pada akademik, tapi juga pada skill masa depan
Pembelajaran coding dan kecerdasan buatan (AI) sudah menjadi kebutuhan di abad ke-21. Dunia kerja dan kehidupan masyarakat kini sangat bergantung pada sistem digital dan otomatisasi. Oleh karena itu, anak-anak sejak SMP perlu mengenal, memahami, dan memanfaatkan teknologi bukan hanya sebagai pengguna pasif, tetapi sebagai pencipta (creator).
Menurut World Economic Forum, kemampuan seperti computational thinking, problem solving, dan digital literacy sudah menjadi bagian dari kompetensi dasar abad ini, sejajar dengan membaca dan menulis.
๐งฉ STRUKTUR PEMBELAJARAN DI SMP LABSCHOOL: Mengikuti Progres Kognitif Siswa
๐ 1. Kurikulum Terintegrasi
Materi coding dan AI tidak berdiri sendiri, tetapi terintegrasi ke dalam:
Mata pelajaran TIK
Proyek lintas mata pelajaran (IPS, IPA, Matematika)
Ekstrakurikuler
Kegiatan tematik dan pameran karya siswa
๐ 2. Berdasarkan Tahapan Kognitif
Kelas
Fokus Materi
Tools Digunakan
7
Logika & Algoritma Dasar
Scratch, Blockly, Code.org
8
Bahasa Pemrograman Dasar
Python (via Thonny, Replit), MIT App Inventor
9
AI Sederhana & Proyek Terapan
Teachable Machine, Google Colab, Machine Learning for Kids
๐ก Catatan: Pendekatan spiral dilakukan agar siswa tidak hanya belajar satu kali, tetapi bertahap dan berulang untuk memperdalam pemahaman.
Kompetensi yang Dibangun
Jenis Kompetensi
Penjelasan
Kognitif
Logika, algoritma, matematika, analisis masalah
Afektif
Kolaborasi, etika digital, rasa ingin tahu
Psikomotorik
Mengetik, menyusun kode, merancang UI/UX
Digital Skill
Literasi data, penggunaan tools AI, keamanan digital
Karakter
Disiplin, tanggung jawab, kepemimpinan proyek
SMP Labschool Jakarta menyusun kurikulum coding dan AI berbasis pada perkembangan berpikir siswa. Pendekatan ini dikenal sebagai spiral curriculum, di mana konsep diperkenalkan secara bertahap dan semakin kompleks seiring naiknya tingkat kelas.
๐น Kelas 7 – Fundamental Thinking with Visual Code
Menggunakan Scratch dan Blockly untuk mengenalkan struktur algoritmik.
Fokus pada keterampilan seperti: membuat urutan perintah, kondisi (if/else), dan loop.
Tujuannya bukan langsung jadi “coder profesional”, tapi melatih pola pikir algoritmik.
๐น Kelas 8 – Transition to Real Code (Text-Based Programming)
Siswa mulai menggunakan Python, bahasa pemrograman populer yang digunakan di universitas dan industri.
Mereka belajar variabel, input/output, fungsi, dan membuat mini program.
Didorong untuk membuat program nyata, seperti kuis, game, dan kalkulator.
๐น Kelas 9 – AI in Practice
Dikenalkan pada konsep machine learning, dataset, dan model AI sederhana.
Menggunakan tools seperti:
Teachable Machine (Google) untuk klasifikasi gambar.
Google Colab untuk pemrograman Python berbasis cloud.
MIT App Inventor untuk membuat aplikasi Android berbasis AI sederhana.
๐ค APA ITU CODING & AI, DAN APA YANG DIAJARKAN DI SMP?
Apa itu Coding?
Coding, atau pemrograman komputer, adalah proses menulis instruksi (kode) dalam bahasa tertentu agar komputer dapat menjalankan tugas. Bahasa pemrograman seperti Scratch, Python, HTML, dan JavaScript digunakan untuk membuat:
Aplikasi
Game
Website
Program kecerdasan buatan (AI)
Coding mengajarkan logika berpikir, problem solving, dan berpikir sistematis. Ini adalah pondasi literasi digital abad 21.
AI atau Artificial Intelligence adalah kemampuan mesin untuk meniru proses berpikir manusia, seperti mengenali gambar, memahami suara, atau mengambil keputusan.
Namun, tentu di tingkat SMP, pembelajaran AI tidak masuk ke ranah teknis mendalam seperti neural networks atau algoritma kompleks. Sebaliknya, pendekatan Labschool bersifat:
Eksploratif dan eksperimental (belajar dari percobaan, bukan teori berat),
Kontekstual, seperti mengklasifikasikan ekspresi wajah (senang, sedih), atau mengenali objek di sekitar.
Etis, dengan diskusi soal privasi, data, dan dampak sosial AI.
Tujuan akhirnya adalah menumbuhkan kesadaran akan potensi dan risiko AI, serta membentuk sikap yang bijak terhadap penggunaannya.
๐งช PENDEKATAN PEMBELAJARAN CODING DAN AI
Pendekatan pembelajaran Coding dan Artificial Intelligence (AI) dalam konteks pendidikan, khususnya di tingkat SMP seperti di SMP Labschool Jakarta, menggunakan berbagai metode agar siswa dapat memahami konsep teknis secara bertahap, menyenangkan, dan bermakna. Berikut adalah beberapa pendekatan pembelajaran yang umum dan efektif digunakan:
✅ 1. Project-Based Learning (PBL)
Pembelajaran berbasis proyek.
Ciri-ciri:
Siswa membuat produk nyata (misalnya: game, chatbot, aplikasi AI sederhana).
Masalah dunia nyata dijadikan tantangan proyek.
Belajar sambil bekerja dalam tim.
Contoh:
Siswa membuat sistem presensi otomatis berbasis pengenalan wajah (AI) atau aplikasi kalkulator sampah plastik.
✅ 2. Inquiry-Based Learning
Pembelajaran berbasis pertanyaan dan eksplorasi.
Ciri-ciri:
Guru tidak langsung memberi jawaban.
Siswa diajak bertanya, menyelidiki, dan mencari solusi sendiri.
Cocok untuk mengenalkan konsep AI secara konseptual.
Contoh:
“Bagaimana komputer bisa tahu wajah kita?”
→ siswa mencoba Teachable Machine dan membuktikan sendiri cara kerja AI.
✅ 3. Blended Learning
Perpaduan antara pembelajaran tatap muka dan daring.
Ciri-ciri:
Gunakan platform online (Replit, Scratch Online, Google Colab).
Siswa bisa belajar mandiri di rumah.
Memperkuat akses belajar tanpa batas ruang dan waktu.
Contoh:
Guru menjelaskan logika “If-Else” di kelas → siswa latihan coding di rumah menggunakan Scratch.
✅ 4. Gamification
Pembelajaran melalui elemen permainan.
Ciri-ciri:
Membuat proses belajar lebih menyenangkan.
Bisa melalui platform seperti Code.org, Tynker, Grasshopper.
Menyisipkan misi, poin, atau badge untuk memotivasi.
Contoh:
Siswa menyelesaikan level permainan coding untuk belajar perulangan (looping).
✅ 5. Computational Thinking Approach
Pendekatan dengan fokus pada cara berpikir ala komputer.
Empat langkah utamanya:
Decomposition – memecah masalah menjadi bagian kecil
Untuk membuat chatbot, siswa harus mengidentifikasi langkah-langkah tanya jawab → menyusunnya dalam logika if-then.
✅ 6. Contextual Learning (CTL)
Mengaitkan materi dengan konteks kehidupan nyata siswa.
Ciri-ciri:
Siswa merasa pembelajaran “nyambung” dengan kehidupan sehari-hari.
Cocok untuk mengenalkan dampak AI di dunia nyata (sosial, etika, budaya).
Contoh:
Diskusi bagaimana AI di TikTok bekerja → dilanjutkan dengan eksperimen membuat AI pengenal ekspresi wajah.
✅ 7. Collaborative Learning
Belajar dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas bersama.
Ciri-ciri:
Mengasah soft skills: komunikasi, kerja tim, kepemimpinan.
Cocok untuk proyek AI yang kompleks.
Contoh:
Satu tim siswa membuat simulasi chatbot bimbingan belajar yang bisa menjawab pertanyaan pelajaran.
✅ 8. Design Thinking
Pendekatan pembelajaran berbasis pemecahan masalah kreatif.
Tahapan:
Empathize: memahami masalah
Define: merumuskan tantangan
Ideate: menciptakan ide
Prototype: membuat model awal
Test: menguji dan memperbaiki
Contoh:
Siswa mendesain aplikasi untuk membantu teman tunanetra menggunakan AI pengenal suara.
✅ 9. STEAM Approach
Menggabungkan Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics.
Ciri-ciri:
Coding dan AI dikaitkan dengan seni (desain UI), IPA (sensor), matematika (logika), dan rekayasa (robotik).
Interdisipliner.
Contoh:
Proyek AI yang bisa menggambar secara otomatis berdasarkan perintah suara.
Kesimpulan:
Pendekatan
Tujuan Utama
Project-Based
Menghasilkan karya nyata
Inquiry-Based
Melatih rasa ingin tahu dan eksplorasi
Blended
Memperluas ruang belajar
Gamification
Membuat belajar lebih menarik
Computational Thinking
Melatih berpikir sistematis
Contextual
Mengaitkan pelajaran dengan kehidupan nyata
Collaborative
Membangun kerja sama dan empati
Design Thinking
Menyelesaikan masalah dengan inovasi
STEAM
Belajar lintas bidang dengan pendekatan kreatif
๐ง๐ซ DUKUNGAN STRUKTURAL DAN PEMBINAAN GURU
Keberhasilan program tidak lepas dari:
Pelatihan guru secara berkala (update materi, metode, dan platform teknologi terbaru).
Kolaborasi lintas guru mata pelajaran, misalnya coding digabungkan dengan matematika atau IPS dalam proyek interdisipliner.
Fasilitas lengkap, seperti laboratorium komputer, jaringan internet cepat, dan akses ke platform coding daring.
Kemitraan dengan universitas dan industri teknologi, untuk memberikan mentoring atau peluang showcase karya siswa.
๐ KONTEKS GLOBAL: Labschool dalam Peta Pendidikan Digital Dunia
Program seperti ini sejalan dengan tren internasional. Negara-negara seperti:
Finlandia sudah mengajarkan AI dasar sejak sekolah dasar.
Singapura menerapkan “Code for Fun” pada semua sekolah menengah.
Jepang dan Korea Selatan mengintegrasikan AI dalam kurikulum nasional mereka.
Dengan adanya inisiatif ini, SMP Labschool Jakarta bukan hanya mengikuti tren global, tapi menjadi pelopor di Indonesia — terutama untuk jenjang SMP yang masih jarang menerapkan pembelajaran AI secara terstruktur.
Signifikansi Global dan Nasional
Program coding dan AI Labschool:
Sejalan dengan profil pelajar Pancasila: kreatif, bernalar kritis, beriman, bergotong royong.
Mendukung program Digital Talent Scholarship dan Merdeka Belajar.
Selevel dengan negara-negara maju yang sudah menerapkan coding sejak SD.
Dengan demikian, SMP Labschool Jakarta tidak hanya adaptif terhadap teknologi, tetapi juga memimpin transformasi pendidikan digital Indonesia.
SMP Labschool Jakarta berhasil memadukan antara:
Kecanggihan teknologi (coding & AI)
Nilai-nilai karakter dan kebangsaan
Pendekatan pembelajaran aktif dan menyenangkan
๐ Ini bukan sekadar mengajarkan "bahasa kode", tetapi menanamkan visi hidup digital yang etis, kritis, dan kreatif.
5. Komentar Para Tokoh dan Praktisi Pendidikan
๐ Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd. (Om Jay)
Guru Blogger Indonesia & Penggerak Literasi Digital
“Coding dan AI bukan sekadar tren, tapi kebutuhan zaman. Saya bangga Labschool Jakarta mampu memberikan ruang bagi siswa untuk berpikir logis, kreatif, dan solutif melalui teknologi. Menulis dan ngoding itu mirip: sama-sama melatih imajinasi dan ketekunan. Mari kita dorong anak-anak untuk terus belajar dan berbagi lewat teknologi.”
๐ Dr. Yati Suwartini, M.Pd.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMP Labschool Jakarta
“Program ini adalah bagian dari komitmen kami membentuk profil pelajar Pancasila yang adaptif dan literat digital. Melalui coding dan AI, siswa diajak belajar tak hanya memahami, tapi mencipta. Mereka bukan hanya pengguna teknologi, tetapi pembuat solusi.”
๐ Prof. Dr. Arief Rachman, M.Pd.
Tokoh Pendidikan Nasional & Pembina Yayasan Pendidikan UNJ
“Integrasi coding dan AI di SMP adalah lompatan besar. Ini selaras dengan upaya membangun generasi pembelajar seumur hidup yang melek teknologi dan bermoral. Labschool Jakarta memberi contoh nyata bahwa pendidikan harus bertransformasi.”
๐ Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed.
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah & Guru Besar Pendidikan
“Kecerdasan buatan harus diimbangi dengan kecerdasan spiritual dan sosial. Saya mengapresiasi SMP Labschool Jakarta karena tidak hanya mengajarkan AI dan coding, tetapi juga menanamkan nilai etika dan kolaborasi dalam prosesnya.”
๐ Komentar Gibran Rakabuming Raka – Wakil Presiden Republik Indonesia
Sebagai tokoh muda yang kini menjabat Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming sering menekankan pentingnya literasi digital dan keterampilan teknologi bagi anak-anak dan remaja Indonesia. Dalam beberapa kesempatan, terutama saat masih menjabat Wali Kota Surakarta dan saat masa kampanye Pilpres 2024, Gibran menyampaikan:
“Coding dan AI bukan lagi pelajaran masa depan. Ini adalah kebutuhan masa kini. Anak-anak harus kita ajak bukan hanya jadi pengguna teknologi, tapi pencipta teknologi.”
Dalam pidatonya di acara edukasi digital untuk pelajar, Gibran juga mengatakan:
“Kalau sejak SMP atau bahkan SD anak-anak sudah belajar coding, membuat aplikasi, atau memahami AI, kita bisa punya jutaan talenta digital Indonesia dalam waktu dekat. Sekolah-sekolah seperti SMP Labschool Jakarta patut jadi contoh.”
Beliau menambahkan bahwa pembelajaran coding dan AI adalah bagian penting dari transformasi pendidikan nasional menuju Indonesia Emas 2045:
“Kita perlu generasi muda yang bukan cuma pintar secara akademik, tapi juga melek teknologi dan punya kreativitas tinggi. Coding dan AI adalah pintu menuju ke sana.”
6. Suara Para Siswa: Antusiasme dari Generasi Alpha
๐ฆ Rahardhiya Hanif Faeyza
“Awalnya saya pikir coding itu susah, tapi ternyata seru banget. Kami belajar bikin game dan proyek AI yang bisa mengenali wajah! Jadi termotivasi banget buat terus belajar teknologi dan mungkin nanti bisa bikin startup sendiri.”
๐ฆ Maskachitto Raffa Hidayat
“Coding dan AI ngajarin kita cara berpikir logis dan kreatif. Serunya, kita bisa kerja kelompok bikin chatbot yang bisa menjawab pertanyaan. Belajarnya fun banget karena langsung praktik dan hasilnya bisa langsung kita coba.”
๐ฆ Fawwaz Muhammad Arifin
“Menurut saya, belajar AI itu membuka wawasan baru. Kita jadi tahu gimana teknologi kayak Siri atau Google bisa bekerja. Ini bikin saya ingin belajar lebih dalam soal teknologi dan komputer.”
๐ DAMPAK LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG BAGI SISWA
Dampak Langsung:
Meningkatnya kemampuan berpikir logis dan kreatif.
Ketertarikan tinggi terhadap bidang STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics).
Proyek siswa diakui dan dipresentasikan dalam forum nasional.
Dampak Tidak Langsung:
Siswa lebih percaya diri berbicara di depan umum (karena presentasi proyek).
Meningkatnya literasi digital dan kesadaran terhadap keamanan data.
Terbentuknya kebiasaan belajar mandiri dan kolaboratif.
๐งฑ TANTANGAN IMPLEMENTASI DAN STRATEGI MENGATASINYA
Tentu, tidak semua berjalan mulus. Beberapa tantangan yang dihadapi:
Tidak semua siswa punya laptop di rumah.
Solusi: Lab komputer dibuka setelah jam pelajaran; tersedia pinjaman laptop sekolah.
Masih ada kesenjangan literasi digital di kalangan orang tua.
Solusi: Diadakan seminar literasi digital untuk orang tua siswa.
๐ PENUTUP: Menuju Generasi Cerdas Teknologi yang Humanis
Dengan berbagai pendekatan, kegiatan, dan dukungan multi-pihak, SMP Labschool Jakarta telah membuktikan bahwa pembelajaran teknologi bisa dimulai sejak dini — asalkan disertai nilai, kreativitas, dan tujuan edukatif yang kuat.
“Teknologi tanpa nilai hanya akan melahirkan generasi yang canggih tapi tak bijak. Labschool tidak hanya mengajarkan koding, tapi juga karakter.” – (Kesimpulan Redaksi)
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
http://wijayalabs.com
Menulislah Terus setiap hari, dan buktikan apa yang terjadi
AI = Kemampuan mesin untuk “berpikir” seperti manusia
Contoh: Google Translate, Siri, atau chatbot
AI belajar dari data dan pengalaman
๐๐จ AI tidak menggantikan guru, tapi membantu pekerjaan manusia
Slide 5: Kenapa Penting Dikenalkan di SD?
Anak SD adalah digital native
Membiasakan berpikir logis & kreatif sejak dini
Mempersiapkan mereka menghadapi masa depan teknologi
Menghindari anak hanya jadi “konsumen teknologi”
Slide 6: Contoh Aktivitas Coding untuk SD
Menggunakan Scratch Jr (drag and drop block coding)
Menggerakkan karakter (sprite)
Membuat animasi atau game sederhana
Menyusun cerita interaktif
๐ก Belajar coding = Belajar bercerita dengan cara baru!
Slide 7: Contoh Aktivitas AI untuk SD
Menggunakan Teachable Machine (Google)
Permainan tebak ekspresi wajah
Diskusi: Apakah robot bisa merasa?
Slide 8: Peran Guru dalam Pembelajaran Coding & AI
Sebagai fasilitator, bukan harus ahli
Memicu rasa ingin tahu dan kreativitas siswa
Mengintegrasikan dengan pelajaran tematik, matematika, bahasa
Slide 9: Tips Memulai
✅ Mulai dari yang sederhana
✅ Gunakan alat visual (gambar, video, simulasi)
✅ Kolaborasi antarguru dan siswa
✅ Gunakan platform gratis dan ramah anak
Slide 10: Penutup & Tanya Jawab
๐ฏ "Coding dan AI bukan soal teknologi, tapi tentang membentuk cara berpikir generasi masa depan."
๐ข Ada pertanyaan?
Jika Anda ingin, saya juga bisa buatkan file Word yang siap dicetak sebagai naskah pendamping presentasi. Ingin saya bantu sekarang?
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
http://wijayalabs.com
Menulislah Terus setiap hari, dan buktikan apa yang terjadi