Selamat Datang di Blog Wijaya Kusumah

Untuk Pelayanan Informasi yang Lebih Baik, maka Isi Blog Wijaya Kusumah juga tersedia di blog baru di http://wijayalabs.com

Rabu, 23 Juli 2025

Mengapa Coding dan AI Ada dan Diajarkan di Tingkat SMP?



Mengapa Coding dan AI Ada dan Diajarkan di Tingkat SMP?

LATAR BELAKANG: Mengapa Coding dan AI di Tingkat SMP?

Mengapa di SMP?
Usia SMP adalah masa emas perkembangan logika dan kreativitas. Dalam fase ini, siswa:
Mampu memahami pola dan algoritma sederhana.
  • Mulai tertarik pada teknologi
  • Suka eksplorasi dan eksperimen
  • Labschool Jakarta ingin mengisi fase krusial ini dengan pembelajaran teknologi yang: Bermakna
  • Relevan dengan kehidupan mereka
  • Tidak hanya fokus pada akademik, tapi juga pada skill masa depan
Pembelajaran coding dan kecerdasan buatan (AI) sudah menjadi kebutuhan di abad ke-21. Dunia kerja dan kehidupan masyarakat kini sangat bergantung pada sistem digital dan otomatisasi. Oleh karena itu, anak-anak sejak SMP perlu mengenal, memahami, dan memanfaatkan teknologi bukan hanya sebagai pengguna pasif, tetapi sebagai pencipta (creator).
Menurut World Economic Forum, kemampuan seperti computational thinking, problem solving, dan digital literacy sudah menjadi bagian dari kompetensi dasar abad ini, sejajar dengan membaca dan menulis.




๐Ÿงฉ STRUKTUR PEMBELAJARAN DI SMP LABSCHOOL: Mengikuti Progres Kognitif Siswa

๐Ÿ“Œ 1. Kurikulum Terintegrasi
Materi coding dan AI tidak berdiri sendiri, tetapi terintegrasi ke dalam:
Mata pelajaran TIK


Proyek lintas mata pelajaran (IPS, IPA, Matematika)


Ekstrakurikuler


Kegiatan tematik dan pameran karya siswa


๐Ÿ“Œ 2. Berdasarkan Tahapan Kognitif
Kelas
Fokus Materi
Tools Digunakan
7
Logika & Algoritma Dasar
Scratch, Blockly, Code.org
8
Bahasa Pemrograman Dasar
Python (via Thonny, Replit), MIT App Inventor
9
AI Sederhana & Proyek Terapan
Teachable Machine, Google Colab, Machine Learning for Kids

๐Ÿ’ก Catatan: Pendekatan spiral dilakukan agar siswa tidak hanya belajar satu kali, tetapi bertahap dan berulang untuk memperdalam pemahaman.
 Kompetensi yang Dibangun
Jenis Kompetensi
Penjelasan
Kognitif
Logika, algoritma, matematika, analisis masalah
Afektif
Kolaborasi, etika digital, rasa ingin tahu
Psikomotorik
Mengetik, menyusun kode, merancang UI/UX
Digital Skill
Literasi data, penggunaan tools AI, keamanan digital
Karakter
Disiplin, tanggung jawab, kepemimpinan proyek


SMP Labschool Jakarta menyusun kurikulum coding dan AI berbasis pada perkembangan berpikir siswa. Pendekatan ini dikenal sebagai spiral curriculum, di mana konsep diperkenalkan secara bertahap dan semakin kompleks seiring naiknya tingkat kelas.



๐Ÿ”น Kelas 7 – Fundamental Thinking with Visual Code
Menggunakan Scratch dan Blockly untuk mengenalkan struktur algoritmik.


Fokus pada keterampilan seperti: membuat urutan perintah, kondisi (if/else), dan loop.


Tujuannya bukan langsung jadi “coder profesional”, tapi melatih pola pikir algoritmik.


๐Ÿ”น Kelas 8 – Transition to Real Code (Text-Based Programming)
Siswa mulai menggunakan Python, bahasa pemrograman populer yang digunakan di universitas dan industri.


Mereka belajar variabel, input/output, fungsi, dan membuat mini program.


Didorong untuk membuat program nyata, seperti kuis, game, dan kalkulator.


๐Ÿ”น Kelas 9 – AI in Practice
Dikenalkan pada konsep machine learning, dataset, dan model AI sederhana.


Menggunakan tools seperti:


Teachable Machine (Google) untuk klasifikasi gambar.


Google Colab untuk pemrograman Python berbasis cloud.


MIT App Inventor untuk membuat aplikasi Android berbasis AI sederhana.







๐Ÿค– APA ITU CODING & AI, DAN APA YANG DIAJARKAN DI SMP?
Apa itu Coding?
Coding, atau pemrograman komputer, adalah proses menulis instruksi (kode) dalam bahasa tertentu agar komputer dapat menjalankan tugas. Bahasa pemrograman seperti Scratch, Python, HTML, dan JavaScript digunakan untuk membuat:
Aplikasi


Game


Website


Program kecerdasan buatan (AI)


Coding mengajarkan logika berpikir, problem solving, dan berpikir sistematis. Ini adalah pondasi literasi digital abad 21.

AI atau Artificial Intelligence adalah kemampuan mesin untuk meniru proses berpikir manusia, seperti mengenali gambar, memahami suara, atau mengambil keputusan.
Namun, tentu di tingkat SMP, pembelajaran AI tidak masuk ke ranah teknis mendalam seperti neural networks atau algoritma kompleks. Sebaliknya, pendekatan Labschool bersifat:
Eksploratif dan eksperimental (belajar dari percobaan, bukan teori berat),


Kontekstual, seperti mengklasifikasikan ekspresi wajah (senang, sedih), atau mengenali objek di sekitar.


Etis, dengan diskusi soal privasi, data, dan dampak sosial AI.


Tujuan akhirnya adalah menumbuhkan kesadaran akan potensi dan risiko AI, serta membentuk sikap yang bijak terhadap penggunaannya.


๐Ÿงช PENDEKATAN PEMBELAJARAN CODING DAN AI
Pendekatan pembelajaran Coding dan Artificial Intelligence (AI) dalam konteks pendidikan, khususnya di tingkat SMP seperti di SMP Labschool Jakarta, menggunakan berbagai metode agar siswa dapat memahami konsep teknis secara bertahap, menyenangkan, dan bermakna. Berikut adalah beberapa pendekatan pembelajaran yang umum dan efektif digunakan:

✅ 1. Project-Based Learning (PBL)
Pembelajaran berbasis proyek.
Ciri-ciri:
Siswa membuat produk nyata (misalnya: game, chatbot, aplikasi AI sederhana).


Masalah dunia nyata dijadikan tantangan proyek.


Belajar sambil bekerja dalam tim.


Contoh:
Siswa membuat sistem presensi otomatis berbasis pengenalan wajah (AI) atau aplikasi kalkulator sampah plastik.

✅ 2. Inquiry-Based Learning
Pembelajaran berbasis pertanyaan dan eksplorasi.
Ciri-ciri:
Guru tidak langsung memberi jawaban.


Siswa diajak bertanya, menyelidiki, dan mencari solusi sendiri.


Cocok untuk mengenalkan konsep AI secara konseptual.


Contoh:
“Bagaimana komputer bisa tahu wajah kita?”
 → siswa mencoba Teachable Machine dan membuktikan sendiri cara kerja AI.

✅ 3. Blended Learning
Perpaduan antara pembelajaran tatap muka dan daring.
Ciri-ciri:
Gunakan platform online (Replit, Scratch Online, Google Colab).


Siswa bisa belajar mandiri di rumah.


Memperkuat akses belajar tanpa batas ruang dan waktu.


Contoh:
Guru menjelaskan logika “If-Else” di kelas → siswa latihan coding di rumah menggunakan Scratch.

✅ 4. Gamification
Pembelajaran melalui elemen permainan.
Ciri-ciri:
Membuat proses belajar lebih menyenangkan.


Bisa melalui platform seperti Code.org, Tynker, Grasshopper.


Menyisipkan misi, poin, atau badge untuk memotivasi.


Contoh:
Siswa menyelesaikan level permainan coding untuk belajar perulangan (looping).

✅ 5. Computational Thinking Approach
Pendekatan dengan fokus pada cara berpikir ala komputer.
Empat langkah utamanya:
Decomposition – memecah masalah menjadi bagian kecil


Pattern Recognition – mengenali pola


Abstraction – menyaring informasi penting


Algorithm Design – menyusun langkah-langkah solusi


Contoh:
Untuk membuat chatbot, siswa harus mengidentifikasi langkah-langkah tanya jawab → menyusunnya dalam logika if-then.

✅ 6. Contextual Learning (CTL)
Mengaitkan materi dengan konteks kehidupan nyata siswa.
Ciri-ciri:
Siswa merasa pembelajaran “nyambung” dengan kehidupan sehari-hari.


Cocok untuk mengenalkan dampak AI di dunia nyata (sosial, etika, budaya).


Contoh:
Diskusi bagaimana AI di TikTok bekerja → dilanjutkan dengan eksperimen membuat AI pengenal ekspresi wajah.




✅ 7. Collaborative Learning
Belajar dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas bersama.
Ciri-ciri:
Mengasah soft skills: komunikasi, kerja tim, kepemimpinan.


Cocok untuk proyek AI yang kompleks.


Contoh:
Satu tim siswa membuat simulasi chatbot bimbingan belajar yang bisa menjawab pertanyaan pelajaran.

✅ 8. Design Thinking
Pendekatan pembelajaran berbasis pemecahan masalah kreatif.
Tahapan:
Empathize: memahami masalah


Define: merumuskan tantangan


Ideate: menciptakan ide


Prototype: membuat model awal


Test: menguji dan memperbaiki


Contoh:
Siswa mendesain aplikasi untuk membantu teman tunanetra menggunakan AI pengenal suara.



✅ 9. STEAM Approach
Menggabungkan Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics.
Ciri-ciri:
Coding dan AI dikaitkan dengan seni (desain UI), IPA (sensor), matematika (logika), dan rekayasa (robotik).


Interdisipliner.


Contoh:
Proyek AI yang bisa menggambar secara otomatis berdasarkan perintah suara.

Kesimpulan:
Pendekatan
Tujuan Utama
Project-Based
Menghasilkan karya nyata
Inquiry-Based
Melatih rasa ingin tahu dan eksplorasi
Blended
Memperluas ruang belajar
Gamification
Membuat belajar lebih menarik
Computational Thinking
Melatih berpikir sistematis
Contextual
Mengaitkan pelajaran dengan kehidupan nyata
Collaborative
Membangun kerja sama dan empati
Design Thinking
Menyelesaikan masalah dengan inovasi
STEAM
Belajar lintas bidang dengan pendekatan kreatif





๐Ÿง‘‍๐Ÿซ DUKUNGAN STRUKTURAL DAN PEMBINAAN GURU
Keberhasilan program tidak lepas dari:
Pelatihan guru secara berkala (update materi, metode, dan platform teknologi terbaru).


Kolaborasi lintas guru mata pelajaran, misalnya coding digabungkan dengan matematika atau IPS dalam proyek interdisipliner.


Fasilitas lengkap, seperti laboratorium komputer, jaringan internet cepat, dan akses ke platform coding daring.


Kemitraan dengan universitas dan industri teknologi, untuk memberikan mentoring atau peluang showcase karya siswa.



๐ŸŒ KONTEKS GLOBAL: Labschool dalam Peta Pendidikan Digital Dunia
Program seperti ini sejalan dengan tren internasional. Negara-negara seperti:
Finlandia sudah mengajarkan AI dasar sejak sekolah dasar.


Singapura menerapkan “Code for Fun” pada semua sekolah menengah.


Jepang dan Korea Selatan mengintegrasikan AI dalam kurikulum nasional mereka.


Dengan adanya inisiatif ini, SMP Labschool Jakarta bukan hanya mengikuti tren global, tapi menjadi pelopor di Indonesia — terutama untuk jenjang SMP yang masih jarang menerapkan pembelajaran AI secara terstruktur.
Signifikansi Global dan Nasional
Program coding dan AI Labschool:
Sejalan dengan profil pelajar Pancasila: kreatif, bernalar kritis, beriman, bergotong royong.


Mendukung program Digital Talent Scholarship dan Merdeka Belajar.


Selevel dengan negara-negara maju yang sudah menerapkan coding sejak SD.


Dengan demikian, SMP Labschool Jakarta tidak hanya adaptif terhadap teknologi, tetapi juga memimpin transformasi pendidikan digital Indonesia.
SMP Labschool Jakarta berhasil memadukan antara:
Kecanggihan teknologi (coding & AI)


Nilai-nilai karakter dan kebangsaan


Pendekatan pembelajaran aktif dan menyenangkan


๐ŸŒŸ Ini bukan sekadar mengajarkan "bahasa kode", tetapi menanamkan visi hidup digital yang etis, kritis, dan kreatif.


5. Komentar Para Tokoh dan Praktisi Pendidikan
๐ŸŽ™ Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd. (Om Jay)
Guru Blogger Indonesia & Penggerak Literasi Digital
“Coding dan AI bukan sekadar tren, tapi kebutuhan zaman. Saya bangga Labschool Jakarta mampu memberikan ruang bagi siswa untuk berpikir logis, kreatif, dan solutif melalui teknologi. Menulis dan ngoding itu mirip: sama-sama melatih imajinasi dan ketekunan. Mari kita dorong anak-anak untuk terus belajar dan berbagi lewat teknologi.”

๐ŸŽ™ Dr. Yati Suwartini, M.Pd.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMP Labschool Jakarta
“Program ini adalah bagian dari komitmen kami membentuk profil pelajar Pancasila yang adaptif dan literat digital. Melalui coding dan AI, siswa diajak belajar tak hanya memahami, tapi mencipta. Mereka bukan hanya pengguna teknologi, tetapi pembuat solusi.”

๐ŸŽ™ Prof. Dr. Arief Rachman, M.Pd.
Tokoh Pendidikan Nasional & Pembina Yayasan Pendidikan UNJ
“Integrasi coding dan AI di SMP adalah lompatan besar. Ini selaras dengan upaya membangun generasi pembelajar seumur hidup yang melek teknologi dan bermoral. Labschool Jakarta memberi contoh nyata bahwa pendidikan harus bertransformasi.”


๐ŸŽ™ Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed.
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah & Guru Besar Pendidikan
“Kecerdasan buatan harus diimbangi dengan kecerdasan spiritual dan sosial. Saya mengapresiasi SMP Labschool Jakarta karena tidak hanya mengajarkan AI dan coding, tetapi juga menanamkan nilai etika dan kolaborasi dalam prosesnya.”









๐ŸŽ™ Komentar Gibran Rakabuming Raka – Wakil Presiden Republik Indonesia
Sebagai tokoh muda yang kini menjabat Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming sering menekankan pentingnya literasi digital dan keterampilan teknologi bagi anak-anak dan remaja Indonesia. Dalam beberapa kesempatan, terutama saat masih menjabat Wali Kota Surakarta dan saat masa kampanye Pilpres 2024, Gibran menyampaikan:
“Coding dan AI bukan lagi pelajaran masa depan. Ini adalah kebutuhan masa kini. Anak-anak harus kita ajak bukan hanya jadi pengguna teknologi, tapi pencipta teknologi.”
Dalam pidatonya di acara edukasi digital untuk pelajar, Gibran juga mengatakan:
“Kalau sejak SMP atau bahkan SD anak-anak sudah belajar coding, membuat aplikasi, atau memahami AI, kita bisa punya jutaan talenta digital Indonesia dalam waktu dekat. Sekolah-sekolah seperti SMP Labschool Jakarta patut jadi contoh.”
Beliau menambahkan bahwa pembelajaran coding dan AI adalah bagian penting dari transformasi pendidikan nasional menuju Indonesia Emas 2045:
“Kita perlu generasi muda yang bukan cuma pintar secara akademik, tapi juga melek teknologi dan punya kreativitas tinggi. Coding dan AI adalah pintu menuju ke sana.”




6. Suara Para Siswa: Antusiasme dari Generasi Alpha



๐Ÿ‘ฆ Rahardhiya Hanif Faeyza

“Awalnya saya pikir coding itu susah, tapi ternyata seru banget. Kami belajar bikin game dan proyek AI yang bisa mengenali wajah! Jadi termotivasi banget buat terus belajar teknologi dan mungkin nanti bisa bikin startup sendiri.”
๐Ÿ‘ฆ Maskachitto Raffa Hidayat

“Coding dan AI ngajarin kita cara berpikir logis dan kreatif. Serunya, kita bisa kerja kelompok bikin chatbot yang bisa menjawab pertanyaan. Belajarnya fun banget karena langsung praktik dan hasilnya bisa langsung kita coba.”


๐Ÿ‘ฆ Fawwaz Muhammad Arifin

“Menurut saya, belajar AI itu membuka wawasan baru. Kita jadi tahu gimana teknologi kayak Siri atau Google bisa bekerja. Ini bikin saya ingin belajar lebih dalam soal teknologi dan komputer.”

๐Ÿ“ˆ DAMPAK LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG BAGI SISWA
Dampak Langsung:
Meningkatnya kemampuan berpikir logis dan kreatif.


Ketertarikan tinggi terhadap bidang STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics).


Proyek siswa diakui dan dipresentasikan dalam forum nasional.


Dampak Tidak Langsung:
Siswa lebih percaya diri berbicara di depan umum (karena presentasi proyek).


Meningkatnya literasi digital dan kesadaran terhadap keamanan data.


Terbentuknya kebiasaan belajar mandiri dan kolaboratif.



๐Ÿงฑ TANTANGAN IMPLEMENTASI DAN STRATEGI MENGATASINYA
Tentu, tidak semua berjalan mulus. Beberapa tantangan yang dihadapi:
Tidak semua siswa punya laptop di rumah.


Solusi: Lab komputer dibuka setelah jam pelajaran; tersedia pinjaman laptop sekolah.


Beberapa guru belum familiar dengan tools AI.


Solusi: Pelatihan rutin, pembelajaran kolaboratif antarguru.


Masih ada kesenjangan literasi digital di kalangan orang tua.


Solusi: Diadakan seminar literasi digital untuk orang tua siswa.



๐Ÿš€ PENUTUP: Menuju Generasi Cerdas Teknologi yang Humanis
Dengan berbagai pendekatan, kegiatan, dan dukungan multi-pihak, SMP Labschool Jakarta telah membuktikan bahwa pembelajaran teknologi bisa dimulai sejak dini — asalkan disertai nilai, kreativitas, dan tujuan edukatif yang kuat.
“Teknologi tanpa nilai hanya akan melahirkan generasi yang canggih tapi tak bijak. Labschool tidak hanya mengajarkan koding, tapi juga karakter.” – (Kesimpulan Redaksi)

Salam Blogger Persahabatan 
Omjay 
http://wijayalabs.com 
Menulislah Terus setiap hari, dan buktikan apa yang terjadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar pada blog ini, dan mohon untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan yang benar.