“Boss, katanya maju jadi caleg, DPR RI atau DPRD?”
“Kalau mau jadi, pake kita aja, dijamin jadi deh, asal tahu aja dengan keperluan kita. Kita di Jakarta megang ga kurang 100 ribu suara, mau ga?”
Dengan tersipu-sipu, saya bertanya, “yakin? situ bisa jadiin saya anggota Dewan?, saya calon DPR RI loh!, suara yang saya harus dapat ga sedikit. Beda banget kalo saya mau DPRD”
Dengan suara meyakinkan, orang yang saya belum kenal jati-dirinya tadi, sambil mendekatkan mulutnya ke arah telinga saya. “Pasti Boss!”. “Asal Boss bisa ngerti aja!”
Dengan nada datar saya balik bertanya, “Maksudnya, ngerti apaan?”
“kita kan butuh kejelasan, kalau kita dukung Boss, kira-kira Boss bisa jamin kita punya yang sejengkal ini ga?” dengan nada seolah-olah ga butuh.
“Sejengkal apaan?, kita belum nyambung nih!”
“Ini Boss, yang daerah puser!” sambil menjengkalkan tangannya diperut.
“Ooo, maksud ente perut?” saya belaga ga ngerti
“Kalau Boss bisa jamin sejengkal ini, kita bisa jamin, Boss bakal naik jadi anggota Dewan”
“yang lainnya ga perlu?”
“Ga boss!, kita Cuma perlu kejelasan itu doang, tapi kita ga sendiri. Boss ngertilah, zaman sekarang kalau kita ngurus diri sendiri, ga bakal ada temennya. Sama ama Boss, kalau maju sendiri, ga bakal jadi”
“Beneran, ga ada yang laen?, entar pas udah deal, minta yang macem-macem!”
“Ama biaya sosialisasi selama proses kampanye sampai pemilihan”
“Ga ada lagi?”
“Ga”
Saya terdiam beberapa saat, sambil melihat raut wajah orang yang sampai sekarang saya tidak kenal namanya. Sambil saya mendekatkan diri, sehingga saya hanya perlu sedikit berbisik untuk bicara dengannya, “Mas, mau tahu sejengkal yang lebih bahaya dan yang harus dijaga dan perlu kejelasan terus menerus. Pertama, kalau seandainya di dunia ini orang hanya ngurus yang sejengkal saja, seperti yang Mas bilang, sudah lama dunia ini tenang”.
“Berapa banyak orang di dunia ini ga selamat, malah jadi buron, selain dari masalah sejengkal itu. Sejengkal dibawah yang Mas bilang. Sejengkal yang di bawahnya, bisa bikin dunia ini heboh, ga ketulungan serakahnya Cuma gara-gara memuaskan sahwatnya yang sejengkal! Mas bisa lihat, dari zaman nabi Adam sampai sekarang, urusan yang ini, bisa bikin permusuhan, bisa bikin yang haram jadi halal, yang ga bisa, dibisa-bisain, yang tadinya saudara, bisa jadi putus. Kemaluan namanya”
Orang ini bingung, tampak dia mulai kurang suka dengan apa yang saya sampaikan tadi, kelihatan dari bola matanya yang tidak tenang.
“Yang kedua, sejengkal yang satu lagi, sejengkal diatas perut. Namanya hati, ini yang bikin dunia ini bisa terbalik. Kalau hati sudah ga dijaga, jangankan Mas punya satu mobil, satu gunung saja, bisa jadi kelihatan kecil, karena serakah. Nabi aja bilang, didalam tubuh ini ada segumpal daging, yang apabila daging ini baik, maka baiklah seluruh badannya, tapi, jika segumpal daging ini rusak, maka rusaklah seluruh badanya, ia adalah hati!”
“Mas, berapa banyak sih, orang bisa makan? Ga bakal lebih dari satu meja makanan, perut ada batasnya. Tapi, siapa yang bisa membatasi hati ama kemaluan? Ga ada!, semua orang bisa jadi baik, kalau dua hal ini baik, tapi bisa jadi setan yang paling mengerikan, kalau dua hal ini ga terjaga. Mas tahu, disalah satu maksud kampanye Mas ke saya, didalamnya terkandung niat yang kurang baik, dan itu mulainya dari hati. Dan mungkin, saya adalah orang yang kesekian, yang Mas janjikan memberi dukungan. Saya yang Mas tidak kenal saja, berani Mas dukung, apalagi teman sehari-hari, pasti lebih”
“Satu lagi, sebagian besar dari anggota Dewan kita sekarang, dan calon yang akan maju untuk jadi legistlatif, hati dan kemaluannya lebih parah, itu karena tidak bisa menjadi yang sejengkal tadi, tidak lebih!”
Penulis:
M. Sujai Anhar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar pada blog ini, dan mohon untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan yang benar.