Selamat Datang di Blog Wijaya Kusumah

Untuk Pelayanan Informasi yang Lebih Baik, maka Isi Blog Wijaya Kusumah juga tersedia di blog baru di http://wijayalabs.com

Selasa, 18 November 2008

Menyejukkan Hati

Jika suatu ketika hatimu merasa gersang berkepanjangan, dengan apakah engkau hendak menyiraminya? Jika suatu saat jiwamu terasa jenuh dan merasakan desakan untuk menemukan spiritualitas, apakah yang akan engkau lakukan? Apakah engkau akan mengumpulkan brosur-brosur dan memilih biro perjalanan umroh terbaik yang akan mengajakmu berwisata spiritual, sesudah haji dan umrohmu yang kesekian? Atau, engkau akan menemui Dia di tempat yang Ia janjikan? Aku tak tahu, apa jawabmu. Yang aku tahu, di penghujung zaman yang semakin sepi ini, manusia semakin tak punya kekasih. Tetangga-tetangga tak ada lagi. Yang tersisa adalah rumah-rumah berpagar tinggi yang tak lagi ada sentuhan manusiawi kecuali sekadar ucapan selamat pagi. Itu pun jika berpapasan.

Padahal, manusia memiliki kerinduan untuk saling bertatap muka dengan orang lain sebagai sesama manusia. Bukan dalam suasana transaksi di atas kepentingan-kepentingan duniawi yang sepi dan permukaan, sekalipun sekilas tampak riuh dan brisik. Manusia tertawan oleh keengganannya untuk terlibat dalam percakapan dari hati ke hati. Kemudian kesepian menghinggapi. Atau, merasakan kekeringan spiritual yang tak cukup dibasahi dengan konsumsi kognisi. Di saat seperti itu, umroh dan haji akhirnya menjadi salah satu pilihan untuk rekreasi batin. Ia berharap bisa menangis di sana, di saat para janda dan anak-anak yatim kehabisan airmata karena tak ada nasi yang tersisa. Ia ekstase dan masyuk, berputar-putar tawaf, di saat saudara-saudaranya juga berlari-lari cemas demi mempertahankan emaknya yang hampir mati.

Ia merasa ''bertemu'' Tuhan, tetapi ketika pulang ia ''tinggalkan'' Tuhan di tanah suci. Ia kembali merasa terasing, karena panggilan fitrahnya untuk mencintai saudaranya sesama manusia tak pernah ia penuhi. Padahal, Tuhan menantinya di tengah-tengah orang-orang yang hancur hatinya. Memanggil manusia untuk mendatangi mereka sambil menanggalkan jubah organisasi, instansi atau perusahaan. Mendatangi mereka tanpa jubah-jubah itu, melainkan hadir dengan empati sebagai sesama manusia ciptaan Tuhan. Inilah agaknya yang mencemaskan Ibnu Mas'ud. Wallahu'alam bishawab. Hanya Ibnu Mas'ud dan Allah yang tahu, apa yang menjadi kegelisahan Ibnu Mas'ud. Yang sampai kepada kita adalah kabar tentang perkataan Ibnu Mas'ud bahwa, di akhir zaman nanti banyak orang menunaikan ibadah haji tanpa sebab, perjalanan mereka mudah, rezeki mereka dilapangkan, namun mereka kembali dengan hampa dan dengan hal-hal yang negatif. Unta salah seorang dari mereka melaju di tengah padang pasir dan gurun yang tandus, sementara tetangganya dililit kelaparan!

Kelak, Bisyir bin al-Harits menjumpai apa yang dikatakan Ibnu Mas'ud. Bisyir rahimahullah hanya tersenyum dan mendekati orang yang bersikeras untuk berhaji lagi, tatkala Bisyir menyarankan agar uang untuk haji itu diberikan kepada orang yang membutuhkan. Bisyir berkata, ''Harta itu jika dikumpulkan dari perdagangan yang kotor dan syubhat, maka akan terputus arah tujuannya. Dan Allah telah berjanji pada diri-Nya untuk tidak menerima kecuali amal orang-orang yang bertakwa.'' Nah, kalau suatu ketika engkau mengalami kegersangan hati, apakah engkau akan menyejukkannya dengan umroh dan haji berulang kali, ataukah menutupi aurat saudaramu yang bajunya tinggal sehelai? - ah. Sember Hikmah Republika

1 komentar:

  1. tulisan ini sangat menarik..
    Terkadang kita agak sulit untuk menyejukan hati. Misalnya pada saay marah, Tatkala kita marah, yang beraksi hanya emosi dan hati pun di abaikan. Padahal apabila kita bisa sejukkan hati dengan tenang mungkin kita masih bisa meredam amarah tersebut.

    BalasHapus

Silahkan memberikan komentar pada blog ini, dan mohon untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan yang benar.