Pertama, menulis adalah sesuatu yang sangat alami, tidak perlu grogi atau nervous. Sama halnya seperti berbicara, berkomunikasi kepada orang lain, ketika kita lahir dan tumbuh, kita sudah dapat berinteraksi dengan orang lain, menerima informasi dan menyampaikan informasi kepada orang lain. Terlepas dari berkomunikasi dengan satu orang, atau hanya berkomunikasi kepada orang-orang terdekat saja, intinya sama saja, menyampaikan informasi. Informasi dapat berupa sesuatu yang kita lihat apa adanya, yang sering kita sebut data, atau informasi yang sudah kita olah, yang kita sebut dengan opini. Menyampaikan informasi kepada orang lain secara lisan atau isyarat, mungkin sudah menjadi bahasa keseharian kita, selama informasi ini dapat dipahami oleh orang yang kita sampaikan, maka fungsi komunikasi sudah berjalan.
Tidak berbeda dengan bahasa tulisan, jika kita hanya mau menyampaikan informasi berupa data saja, Insya Allah tidak ada masalah. Contohnya, ketika melihat tikus mati di pasar, kita diminta menulis apa yang kita lihat, maka kita tinggal menuliskan saja, saya melihat tikus mati di pasar, tidak lebih. Mudah sekali, menyampaikan sesuatu sesuai data yang ada. Tidak perlu menganalisa, dan tidak perlu memberikan tanggapan.
Nah, sekarang apa bedanya penulis yang baik dan penulis yang kurang baik. Bedanya adalah, dalam memaparkan data tersebut. Untuk penulis pemula, mungkin kesulitan memberikan kata-kata diluar data yang ada, sehingga dalam menyampaikan tulisan, hanya menyampaikan data saja. Sampai disini, tidak ada masalah, semua orang dapat melakukan. Sekarang kita melangkah sedikit lebih jauh, dalam menyampaikan data, kita tambahkan sudut pandang, untuk menjadi penulis yang baik. Sewaktu kita menuliskan ada seekor tikus yang mati dipasar, yang merupakan data, kita tambahkan keterangan tempat, contohnya, ada seekor tikus mati di lorong menuju pasar, disamping toko kelontong, diseberang warung makan. Dengan menambahkan sedikit keterangan tempat, maka cerita tersebut menjadi lebih jelas, dan mungkin sedikit menarik.
Untuk menambahkan latar belakang suatu cerita atau data, dan untuk lebih memperjelas apa yang terjadi, disinilah kita dapat menggunakan rumus penulisan yang sudah ratusan tahun digunakan, yakni 5W + 1H. What, where, when, who, why dan how.
Ketika kita menyampaikan suatu berita, sesuai dengan kaidah 5W + 1H, maka kita sudah memaparkan sesuatu sesuai dengan kaidah penyampaian informasi, dalam hal ini adalah penyampaian berita secara rinci. Tidak susah khan? Kita ambil contoh yang sangat sederhana, hari ini, Presiden SBY menandatangani perjanjian kerjasama dengan Ketua delegasi Hamas di Jakarta, untuk mengirimkan pasukan khusus Indonesia guna mengusir tentara Israel dari jalur Gaza. Mari kita rinci, whatnya adalah perjanjian kerjasama, wherenya adalah di Jakarta, whennya adalah hari ini, whonya adalah Presiden SBY dan Ketua delegasi Hamas, whynya adalah tentara Israel yang masuk ke jalur Gaza, dan terakhir, Hownya adalah bagaimana mengusir tentara Israel.
Jika anda ingin menyampaikan informasi yang berbentuk data saja, maka itu sudah cukup. Ketika orang lain paham, bahwa ada perjanjian kerjasama antara Indonesia dan Hamas untuk mengusir Israel dari jalur Gaza, itu sudah cukup. Anda sudah menjadi penulis.
Untuk menjadi penulis yang baik, kita tidak hanya menyampaikan data, seperti apa adanya data, tapi lebih dari itu. Lebih menarik, dengan menggunakan kata-kata yang jelas dan gamblang, lebih rinci, dengan menambahkan keterangan-keterangan yang memperjelas cerita, lebih komprehensif, dengan tambahan pendapat-pendapat, baik pribadi, pakar atau para praktisi.
Intinya, membuat tulisan lebih dari sekedar menyampaikan data, orang jadi tertarik, menjadi lebih jelas dengan sudut pandang yang berbeda. Contohnya, hari ini, tanggal 3 Januari 2008, Indonesia mencatatkan sejarah penting, melalui Pemerintahan SBY beserta seluruh menteri-menterinya, Indonesia mengadakan perjanjian dengan delegasi Hamas, yang sangat fenomenal dari perjanjian ini adalah, Indonesia akan mengirimkan pasukan terbaiknya untuk mengusir tentara Israel dari jalur Gaza. Ini menjadi catatan sejarah tersendiri bagi negara Indonesia, karena sejak kemerdekaan, kita tidak pernah menyatakan dukungannya secara terbuka kepada negera yang sedang mengalami konflik, dan akan turun tangan langsung. Perserikatan Bangsa-Bangsa merasa prihatin atas sikap Pemerintah Indonesia ini, dikhawatirkan akan mempengaruhi sikap negara-negara lain.
Didalam tulisan di atas, ada beberapa penekanan, keberpihakan dan sikap dunia internasional, dimana hal ini adalah pengembangan dari kondisi yang ada. Tidak susah kan? Ini namanya angle cerita atau sudut pandang, kita memberikan sudut pandang kepada pembaca.
Kedua, mudahnya menulis itu sama seperti mudahnya bercerita. Selama orang itu dapat membaca dan menulis, maka memaparkan cerita dalam bentuk tulisan menjadi mungkin. Setiap orang mampu menulis. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh orang yang mau menulis, seperti yang telah banyak disampaikan oleh para trainer dan penulis. Saya coba rangkumkan, dan tinggal dipraktekkan. 1) Banyaklah berlatih, karena praktek akan membuat kita terasah, 2) Tulislah tanpa mengedit, jangan menulis sambil mengedit tulisan, 3) Mulailah dari sekarang, 4) Buatlah bagan cerita, agar lebih mudah, 5) Mintalah pendapat orang tentang tulisan anda.
Ini semua merupakan rangkuman yang saya coba berikan kepada anda, walaupun tidak mudah dalam melakukannya, dan proses kemampuan menulis seseorang juga dipengaruhi oleh apa yang ada di dalam otak penulis, maka setiap orang, mempunyai kemampuan menulis sesuai dengan gaya masing-masing.
Gaya Andrea Hirata yang fotograpik, sangat rinci terhadap lingkungan dan kejadian yang akan diceritakan, gaya Emha Ainun Najib, menekankan pada alur ceritanya, bukan pada kondisi lingkungan kejadian, gaya Gunawan Muhammad, yang lancar dalam bertutur, dan gaya tulisan novel yang menekankan pada pembicaraan. Setiap kita mempunyai gaya, tidak perlu memaksakan gaya orang lain kepada kita, mungkin kita mempunyai gaya sendiri, jangan takut berbeda dalam menyampaikan. Semuanya boleh-boleh saja.
Ketiga, ketika kita sudah terbiasa dalam bahasa tulisan, maka seperti halnya pemain musik, kita dapat menari dalam tulisan kita. Memainkan emosi pembaca, mencari sudut pandang yang berbeda dari orang kebanyakan, dan mungkin juga menyampaikan sesuatu yang orang lain tidak peduli. Maka pengalaman menulis adalah penting, sepenting latihan bagi pemain musik. Tidak akan pernah ada orang terlahir langsung pintar di satu bidang, hukum alam tidak dapat dimanipulasi. Proses tanam, merawat dan memanen adalah proses yang tidak dapat dipotong. Menanam hari ini, langsung menuai esok pagi, tidak akan pernah ada. Ada proses yang tidak dapat kita langkahi, maka mulailah berlatih.
Contoh yang sangat konkrit dalam hal ini adalah, sales. Beda antara sales yang baru dan sales yang lama tidaklah banyak, yakni pengalaman. Sales yang baru mungkin akan nervous ketika membuka pembicaraan dengan pelanggan yang baru ditemuinya, grogi dan lain-lain. Namun, setelah 3 – 4 kali bertemu dengan pelanggan yang baru, maka menjumpai pelanggan yang baru menjadi hal yang menyenangkan, tidak takut dan malah menjadi tantangan sendiri. Ini tidak jauh berbeda di dunia tulisan, awalnya kita mengalami kesulitan untuk memulai, dan akhirnya, kita tidak takut untuk memulai.
Keempat, untuk menjadi penulis yang baik, maka kita harus terus mengembangkan ilmu kita, wawasan, dan informasi. Semakin kaya akan informasi, semakin mudah kita mengaitkan suatu data dengan suatu cerita. Semakin indah dan menarik bahasa kita dalam bertutur, karena informasi akan sangat membantu mencarikan alur-alur untuk menulis. Seperti sosial, hukum, ekonomi, pendidikan, estetika, etika, agama dan lain sebagainya.
Hanya penulis yang tidak ingin berkembanglah yang tidak mau meningkatkan ilmunya, tidak mau mengasah lagi ilmu-ilmu yang telah ia kuasai.
Kelima, seorang penulis akan terlatih berfikir logis dan analitis, oleh karena itu, setiap individu yang ingin mengembangkan kemampuan menulisnya, harus mengasah kemampuan logis dan analisisnya. Mencari kaitan suatu data, merunutkan suatu cerita, memaparkan dan akhirnya menjadi enak untuk dibaca.
Semoga bermanfaat.
M. Suja’i Anhar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar pada blog ini, dan mohon untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan yang benar.