Saya sangat kagum dengan Herbert Morrison. Dia hanya lulusan sekolah dasar tetapi ternyata dapat sukses. Dia adalah mantan pimpinan Partai Buruh dan sekretaris Kementrian Luar Negeri Inggris. Dia telah “mengangkangi” orang-orang yang lulusan perguruan tinggi dan bergelar doktor. Apa penyebabnya hingga dia bisa sehebat itu?
Saya membaca pengalaman menariknya di sebuah buku. Dia menceritakan bagaimana dia – meskipun lulusan sekolah dasar – tapi sangat rajin membaca buku. Dia menjadi pekerja rendahan dan setelah mendapat gaji bulanan, sebagian uangnya digunakan untuk membeli buku. Dia membaca buku History of England karya Macaulay yang menceritakan sejarah Inggris di masa lampau. Kemudian membaca Readings from English History karya Green, sebuah karya yang lebih modern dan membuat imajinasinya terangsang. Melalui buku itu, dia mulai sadar akan permasalahan- permasalahan sosial, dan dia ingin mulai berbuat untuk memperbaiki keadaan Inggris. Dia juga sering terlihat di perpustakaan. Melahap banyak buku. Di sana juga ia mendapat selebaran-selebaran anti minuman keras. Selebaran-selebaran tersebut membawanya pada penelaahan sosial mengenai revolusi industri dan kelas-kelas pekerja saat itu. Dia mulai bertanya-tanya tentang perumahaan kumuh, harga sewa yang tinggi dan pendidikan yang tidak layak.
Gairah belajar telah menguasainya – satu dari kenikmatan terbesar yang pernah dia rasakan. Dia berusaha mencari waktu dan tempat untuk membaca. Dia bangun pagi satu jam lebih awal dari biasanya. Setelah berbenah diri di ruang tanpa pemanas udara di atas toko sayuran, dia menyelimuti tubuhnya dengan selimut dan membaca buku sebanyak yang dia mampu sebelum istri pemilik toko memanggilnya untuk sarapan pagi. Karena kamarnya terlalu dingin untuk membaca buku di malam hari, dia rela membaca buku di warung kopi yang tidak jauh dari rumahnya. Di tempat itulah dia membaca karya-karya penulis terkenal seperti Ruskin, Mathew Arnold dan Prince Kropotkins.
Kemudian, ketika menjadi operator telepon, dia membaca buku First Principle of Psychology karya Herbert Spencer dan Origin of Species karya Charles Darwin.Buku-buku itu telah mendorongnya untuk mengaplikasikan apa yang dia ketahui. Dia mulai berkumpul-kumpul memperbincangkan tentang berbagai hal, berbicara dalam pertemuan kaum sosialis, dalam pertemuan serikat pekerja, dan dalam diskusi-diskusi di sudut jalan. Dia tahu berbagai teori tentang bagaimana menangani ribuan proyek berbeda, dari kesehatan dan perumahan rakyat, perpustakaan dan pabrik, metode-metode inspeksi kesehatan dan pendistribusian air, sampai pengumpulan sampah dan pemandian umum.Tak terelakan lagi dirinya menjadi anggota pergerakan politik kaum buruh. Sambil terus menekankan kebutuhannya untuk lebih banyak membaca dan lebih dalam lagi, agar mampu mengekspresikan pikiran dan mempertahankan gagasannya. Dia menghadapi rentetan pertanyaan dari khalayak umum. Saat dia dihadapkan pada suatu pertanyaan aktual yang benar-benar sulit, dia memungkir darinya dan segera mempelajarinya di perpustakaan.
Saya kira, tidak sedikit orang yang pengalamannya hampir serupa dengan Herbert Morrison. Ini artinya, setiap orang bisa saja sukses jika dia mampu memaksimalkan potensi dirinya – tidak peduli apakan dia lulusan sekolah dasar atau lulusan S3 diperguruan tinggi. Toh, orang terkaya di dunia saat ini (Bill Gates) ternyata di DO dari sekolahnya. Yang penting adalah, semangat untuk terus memperbaiki diri, rajin dalam membaca, dan mengekspresikan apa yang dia ketahui. Ini adalah rumusan orang-orang sukses, siapa saja, tidak mengenal tua/muda, kaya/miskin, pria/wanita, semua diberi kesempatan untuk maju, tinggal kita mau atau tidak. Fasilitas-fasilitas seperti perpustakaan sudah tersebar dimana-mana, televisi dan radio menyampaikan banyak informasi, internet semakin lama semakin murah, koran-koran mudah didapatkan. Apalagi yang kita tunggu untuk dapat lebih maju?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar pada blog ini, dan mohon untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan yang benar.