Selamat Datang di Blog Wijaya Kusumah

Untuk Pelayanan Informasi yang Lebih Baik, maka Isi Blog Wijaya Kusumah juga tersedia di blog baru di http://wijayalabs.com

Rabu, 29 Oktober 2025

Sirkus Pelatihan guru

Kisah Omjay hari ini:

Sirkus Pelatihan Guru: Mengapa Mutu Guru Tak Kunjung Meningkat?

Oleh: Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd (Omjay)
Guru Blogger Indonesia

---

Ada satu tulisan menarik yang saya baca di media sosial, ditulis oleh Supri HS, yang menohok tapi jujur. Judulnya: “Inilah Alasan Mengapa Mutu Guru Tak Kunjung Meningkat, Padahal Pelatihan Sering Diadakan.”
Tulisan itu menggambarkan dengan satire realitas yang kerap terjadi di dunia pendidikan kita — terutama dalam hal pelatihan guru.

Supri menyebutnya “Sirkus Pelatihan Guru.” Sebuah istilah yang begitu pas menggambarkan suasana di banyak kegiatan pelatihan yang saya pun, sebagai guru yang sudah berpuluh tahun ikut dan menjadi narasumber pelatihan, merasakan sendiri.

1. Pelatihan yang Jadi Ajang Seremonial

Benar sekali apa yang dikatakan penulis. Banyak pelatihan guru yang seolah hanya menjadi ritual rutin, bukan wadah peningkatan mutu yang sesungguhnya.
Setiap bulan atau tahun, pelatihan digelar dengan penuh semangat di awal — ruangan ber-AC, banner besar dengan jargon “Transformasi Pendidikan”, narasumber terkenal, bahkan disiarkan di media sosial.
Namun, setelah acara usai, guru kembali ke sekolahnya, lalu... tidak ada perubahan berarti.

Saya sering menyebutnya: pelatihan yang menggembirakan tapi tidak mencerdaskan.
Gembira karena suasananya meriah, tapi tidak mencerdaskan karena ilmunya tidak mengakar.

2. Seleksi Peserta Berdasarkan Relasi, Bukan Kompetensi

Dalam tulisan Supri, ia menyinggung dengan halus tapi tajam bahwa peserta pelatihan seringkali adalah “Superstar lokal” — wajah-wajah yang sama dari satu kegiatan ke kegiatan berikutnya.
Saya pun tersenyum getir membacanya, karena memang demikian adanya di banyak tempat.

Kadang, yang menentukan bukan kompetensi, melainkan kedekatan.
Siapa yang sering “menyapa panitia”, rajin ikut rapat zoom, atau aktif di grup WhatsApp pengurus, biasanya lebih mudah terpilih.

Padahal, seharusnya pelatihan diberikan kepada guru-guru yang benar-benar membutuhkan peningkatan kapasitas.
Guru-guru di pelosok, di sekolah kecil, di madrasah swasta, di daerah tertinggal — mereka yang seharusnya diberi ruang lebih besar untuk belajar.
Namun sayangnya, mereka jarang tersentuh.

3. Ilmu Salah Kaprah dan Imbas yang Salah Arah

Ketika peserta pelatihan tidak diseleksi dengan baik, maka hasilnya pun mudah ditebak.
Begitu kembali ke daerah, mereka ditugaskan menjadi narasumber pengimbas, tapi justru membawa ilmu yang belum matang — bahkan salah konsep.

Saya pernah menyaksikan sendiri bagaimana pelatihan yang seharusnya mengajarkan Pembelajaran Berdiferensiasi malah diubah menjadi lomba PowerPoint penuh clipart dan efek animasi.
Konsep merdeka belajar diterjemahkan menjadi “bebas tidak mengajar”, dan coaching diartikan sebagai “memotivasi sambil bercanda di depan kelas.”
Lucu, tapi menyedihkan.

Lebih parah lagi, saat pelatihan berubah jadi ajang ice breaking tanpa substansi. Peserta disuruh berjoget atau bernyanyi sepanjang sesi, sementara inti materi terselip di antara gelak tawa dan foto-foto untuk media sosial.
Hasilnya: guru pulang dengan sertifikat yang berkilau, tapi kepala yang tetap kosong.

4. Pelatihan Harus Berorientasi pada Dampak, Bukan Seremonial

Saya sepakat dengan penulis bahwa pelatihan tetap penting.
Namun, pelatihan yang benar adalah pelatihan yang menghasilkan perubahan perilaku dan peningkatan kompetensi nyata di kelas.

Kita perlu bergeser dari pelatihan gaya seminar ke pelatihan berbasis praktik.
Misalnya, guru tidak hanya mendengarkan teori, tapi langsung membuat proyek pembelajaran, menguji di kelas, lalu mendapat umpan balik nyata dari fasilitator.
Barulah proses belajar itu hidup dan berdampak.

Selain itu, hasil pelatihan seharusnya diukur dari perubahan pada siswa, bukan dari jumlah sertifikat yang dibagikan.
Apakah siswa lebih aktif belajar?
Apakah guru lebih reflektif dan kreatif?
Itulah indikator yang sebenarnya.

5. Komentar Omjay: Dari Pengalaman Pribadi

Sebagai seorang guru yang sudah sering mengikuti berbagai pelatihan — dari tingkat lokal hingga nasional — saya bisa merasakan betapa pentingnya niat dan proses belajar yang tulus.

Saya dulu sering ikut pelatihan tanpa berharap apa-apa, selain ilmu dan jaringan pertemanan. Tapi yang saya lihat sekarang, banyak peserta ikut pelatihan bukan untuk belajar, melainkan untuk mendapat sertifikat, tunjangan, atau peluang promosi.
Padahal, nilai seorang guru tidak diukur dari berapa banyak sertifikatnya, tetapi dari seberapa banyak muridnya tumbuh karena bimbingannya.

Kalau pelatihan hanya menjadi ajang formalitas, maka kita sedang mendidik generasi yang juga akan memandang pembelajaran sebagai formalitas.
Kita harus berhenti dari pola pikir itu.

Guru tidak boleh hanya menjadi penonton dalam sirkus pelatihan.
Guru harus menjadi pemain utama dalam panggung pembelajaran nyata — di kelasnya sendiri, di lingkungannya sendiri.

6. Saatnya Ganti Resep

Saya setuju dengan ajakan Supri: pilih peserta berdasarkan hasil cek kompetensi, bukan kedekatan emosional.
Gunakan data riil dari sekolah, hasil supervisi kepala sekolah, atau asesmen profesional untuk menentukan siapa yang layak ikut pelatihan.
Dan setelah pelatihan, wajib ada tindak lanjut nyata — misalnya pendampingan, komunitas belajar, dan publikasi hasil praktik baik.

Saya bermimpi suatu hari nanti, pelatihan guru tidak lagi diselenggarakan di hotel berbintang, tapi di kelas nyata, bersama murid-murid nyata.
Pelatihan yang tidak hanya melatih bicara, tapi juga melatih hati dan empati.
Karena sejatinya, guru tidak butuh pelatihan yang glamor, melainkan bimbingan yang membumi.

---

Penutup

Pelatihan guru seharusnya menjadi wadah suci untuk menyalakan kembali api semangat mendidik, bukan panggung sirkus yang penuh tepuk tangan palsu.
Guru yang baik lahir bukan dari banyaknya workshop, tapi dari kejujuran belajar dan ketulusan mengajar.

Maka, mari kita hentikan sirkus ini, dan mulai membangun teater pembelajaran sejati, di mana setiap guru tampil sebagai aktor perubahan, bukan sekadar figuran dalam drama birokrasi pendidikan.

Bekasi, 29 Oktober 2025
Omjay — Guru Blogger Indonesia
Blog https://wijayalabs.com

Selasa, 28 Oktober 2025

omjay bukan orang terkenal dan Ultahnya sangat sederhana sekali

Bekasi, 28 Oktober 2025

Sumpah Pemuda dan Ulang Tahun Omjay ke-53: Semangat Tak Pernah Padam

Tanggal 28 Oktober selalu menjadi hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pada hari inilah, para pemuda Indonesia pada tahun 1928 berikrar dengan lantang dalam Sumpah Pemuda — sumpah yang menyatukan keberagaman menjadi satu identitas bangsa:
Bertumpah darah satu, tanah air Indonesia.
Berbangsa satu, bangsa Indonesia.
Berbahasa satu, bahasa Indonesia.

Namun tahun ini, tanggal 28 Oktober terasa jauh lebih istimewa. Bukan hanya bangsa Indonesia yang memperingati Hari Sumpah Pemuda, tetapi juga dunia pendidikan dan literasi turut bersuka cita merayakan ulang tahun ke-53 Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd, atau yang lebih akrab dikenal dengan sapaan hangatnya: Omjay, Sang Guru Blogger Indonesia.

Dua peristiwa penting ini bertemu dalam satu makna besar — semangat muda yang tak pernah padam. Jika para pemuda tahun 1928 memperjuangkan kemerdekaan dengan pena dan semangat persatuan, maka Omjay memperjuangkan kemajuan pendidikan dengan pena digital, tulisan, dan ketulusan.


Omjay: Guru yang Tak Pernah Lelah Berbagi

Dr. Wijaya Kusumah lahir di Jakarta pada 28 Oktober 1972, tepat di hari yang sama dengan momentum Sumpah Pemuda. Tak banyak yang menyangka, bayi kecil yang lahir pada tanggal penuh sejarah itu kelak tumbuh menjadi seorang guru yang membawa semangat perjuangan dan persatuan dalam bidang pendidikan Indonesia.

Sebagai guru di SMP Labschool Jakarta, Omjay dikenal tak hanya sebagai pendidik yang kompeten, tetapi juga sebagai inspirator bagi banyak guru di seluruh pelosok negeri. Ia menulis setiap hari di blog pribadinya https://wijayalabs.com, membagikan pengalaman, gagasan, serta refleksi kehidupan guru. Ia aktif menulis di berbagai media, termasuk Kompasiana, dan dikenal sebagai motor penggerak Gerakan Guru Menulis (GGM).

Melalui tulisan-tulisannya, Omjay mengajarkan satu hal penting:

“Menulislah dengan hati, bukan dengan ChatGPT.”

Kalimat itu sederhana, namun dalam maknanya. Ia ingin menegaskan bahwa teknologi hanyalah alat bantu — bukan pengganti nurani dan keikhlasan seorang pendidik. Menulis, bagi Omjay, adalah bentuk pengabdian. Sebuah cara untuk berbagi ilmu, memperkuat karakter, dan menginspirasi sesama guru agar tak berhenti belajar.


Sumpah Pemuda dalam Semangat Digital

Bagi Omjay, Sumpah Pemuda bukan hanya kenangan sejarah, melainkan semangat yang harus diwariskan dalam bentuk baru. Di era digital ini, medan perjuangan bukan lagi di medan tempur, tetapi di ruang maya. Pemuda kini berjuang dengan keyboard, kamera, dan jaringan internet.

Omjay melihat dunia digital sebagai ladang amal. Melalui kegiatan seperti Olimpiade TIK Nasional (OTN) dan Gerakan Guru Menulis, ia menyalakan semangat Sumpah Pemuda dalam bentuk nyata. Ia mengajak guru dan siswa untuk bersatu dalam karya, saling mendukung, berbagi ilmu, dan menebarkan kebaikan lewat tulisan serta teknologi.

“Kalau para guru bersatu dalam karya, maka bangsa ini tidak akan tertinggal,”
ujarnya dalam sebuah webinar pendidikan.

Ia percaya, di balik semangat menulis dan berbagi itu tersimpan nilai-nilai Sumpah Pemuda: persatuan, gotong royong, dan cinta tanah air.


53 Tahun, Tapi Tetap Berjiwa Muda

Meski usianya kini telah mencapai 53 tahun, semangat Omjay tetap menyala seperti pemuda berusia dua puluhan. Setiap pagi ia menulis di blognya, menjawab pesan dari guru-guru di seluruh Indonesia, mengisi webinar, dan tetap mengajar dengan penuh semangat.

“Selama jantung masih berdetak, saya akan terus berbagi ilmu,” katanya dengan mata berbinar.

Kalimat itu bukan hanya janji, tetapi bukti nyata. Bahkan ketika beberapa waktu lalu ia sempat dirawat di RS Harum Sisma Medika Jakarta, Omjay tetap menulis dari kamar perawatannya. Ia memantau kegiatan Olimpiade TIK Nasional secara daring, menunjukkan bahwa semangat seorang pendidik sejati tak bisa dibatasi ruang dan waktu.

Semangatnya menjadi teladan bahwa menjadi muda bukan soal usia, tetapi soal semangat dan kontribusi.


Merayakan Ulang Tahun di Rumah yang Sederhana

Tak seperti tokoh terkenal yang merayakan ulang tahun dengan pesta mewah, ulang tahun Omjay tahun ini dirayakan dengan kesederhanaan di rumah mungilnya di Jatibening, Bekasi. Tak ada kue besar atau balon warna-warni, hanya doa dari keluarga tercinta, ucapan selamat dari murid dan rekan sejawat, serta rasa syukur yang mengalir di hati.

Omjay bukan orang terkenal yang disorot kamera televisi. Ia hanya seorang guru biasa yang berusaha memberi makna luar biasa dalam setiap langkah hidupnya. Dari rumah kecil itulah, ia menulis, mengajar, menginspirasi, dan menyalakan semangat ribuan guru di seluruh penjuru Indonesia.

Dan mungkin, di situlah letak keistimewaannya — kesederhanaan yang menyala karena ketulusan.


Refleksi untuk Para Pemuda dan Pendidik

Momentum 28 Oktober 2025 ini memberi pesan mendalam bagi kita semua.
Bagi para pemuda, Sumpah Pemuda adalah panggilan untuk terus berkarya, berinovasi, dan menjaga persatuan di era yang penuh tantangan.
Bagi para pendidik, ulang tahun Omjay menjadi pengingat bahwa pengabdian tak mengenal batas usia dan inspirasi tak mengenal waktu.

Bangsa ini butuh lebih banyak sosok seperti Omjay — guru yang menulis bukan untuk ketenaran, tapi untuk kebermanfaatan; yang mengajar bukan sekadar menjalankan tugas, tapi menjalani panggilan jiwa.


Selamat Hari Sumpah Pemuda!
Selamat ulang tahun yang ke-53, Omjay!

Teruslah menulis, teruslah berbagi, dan teruslah menyalakan semangat muda di hati setiap guru dan siswa Indonesia.

Salam Blogger Persahabatan,
Wijaya Kusumah – Omjay
Guru Blogger Indonesia
https://wijayalabs.com


🖋️ Artikel ini didedikasikan untuk sosok guru yang selalu menulis dengan hati, dan untuk setiap pemuda yang terus menjaga nyala api persatuan Indonesia.

sumpah pemuda dan ultah omjay

Bekasi, 28 Oktober 2025

Sumpah Pemuda dan Ulang Tahun Omjay ke-53: Semangat Tak Pernah Padam

Tanggal 28 Oktober selalu menjadi hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pada hari inilah, para pemuda tahun 1928 dengan lantang mengucapkan Sumpah Pemuda, sebuah ikrar yang menjadi fondasi persatuan Indonesia: bertumpah darah satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu — Indonesia. Namun tahun ini, tanggal 28 Oktober 2025 terasa semakin istimewa. Bukan hanya bangsa Indonesia yang memperingati Hari Sumpah Pemuda, tetapi juga keluarga besar pendidikan dan dunia literasi merayakan ulang tahun ke-53 Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd, atau yang akrab disapa Omjay, sang Guru Blogger Indonesia.

Dua momentum ini berpadu dalam semangat yang sama: semangat muda yang tak pernah padam. Jika para pemuda 1928 memperjuangkan kemerdekaan dengan pena dan tekad, maka Omjay memperjuangkan kemajuan pendidikan dengan tulisan dan teknologi.

---

Omjay: Guru yang Tak Pernah Lelah Berbagi

Dr. Wijaya Kusumah lahir di Jakarta pada 28 Oktober 1972. Siapa sangka, di hari kelahirannya yang sama dengan momentum Sumpah Pemuda, ia tumbuh menjadi sosok guru yang menjunjung tinggi nilai-nilai perjuangan, persatuan, dan semangat kebangsaan dalam bidang pendidikan.

Sebagai guru di SMP Labschool Jakarta, Omjay dikenal bukan hanya pandai mengajar, tapi juga pandai menginspirasi. Ia menulis setiap hari, membagikan pengalaman dan gagasan di blog pribadinya, serta aktif menulis di berbagai media termasuk Kompasiana. Melalui tulisannya, Omjay mengajarkan satu hal penting: bahwa guru harus terus belajar, menyesuaikan diri dengan zaman, dan tidak takut berinovasi.

“Menulislah dengan hati, bukan dengan ChatGPT,” begitu salah satu kutipan terkenalnya. Kalimat itu sederhana, tapi penuh makna. Omjay ingin menegaskan bahwa teknologi hanyalah alat bantu, sementara keikhlasan dan ketulusan hati adalah sumber utama kekuatan seorang pendidik.

---

Sumpah Pemuda dalam Semangat Digital

Bagi Omjay, makna Sumpah Pemuda di era digital bukan sekadar mengenang masa lalu, tetapi juga menyambung semangat itu ke masa depan. Pemuda masa kini bukan lagi berjuang dengan bambu runcing, tetapi dengan keyboard, kamera, dan jaringan internet. Dunia digital adalah medan perjuangan baru — tempat di mana generasi muda harus menunjukkan integritas, kolaborasi, dan kreativitas.

Melalui berbagai kegiatan seperti Olimpiade TIK Nasional (OTN) dan Gerakan Guru Menulis (GGM), Omjay menularkan semangat Sumpah Pemuda dalam bentuk nyata. Ia mengajak guru dan siswa di seluruh Indonesia untuk bersatu, berbagi ilmu, dan menebarkan kebaikan lewat dunia maya. Ia percaya, jika para guru bersatu dalam karya, maka bangsa ini tidak akan tertinggal dalam arus globalisasi.

---

53 Tahun, Masih Berjiwa Muda

Meski usianya telah mencapai 53 tahun, semangat Omjay tetap seperti pemuda yang baru menapaki dunia perjuangan. Setiap hari ia bangun pagi, menulis di blog, menjawab pesan dari rekan guru di berbagai daerah, mengisi webinar, dan tetap aktif membimbing peserta didik.

“Selama jantung masih berdetak, saya akan terus berbagi ilmu,” katanya dalam sebuah wawancara sederhana. Kalimat itu bukan sekadar ucapan, tapi telah ia buktikan dengan tindakan. Bahkan saat sempat dirawat di rumah sakit beberapa waktu lalu, Omjay tetap menulis dan memantau kegiatan Olimpiade TIK Nasional dari kamar perawatannya.

Semangat itu mengingatkan kita bahwa menjadi muda tidak ditentukan oleh usia, tetapi oleh semangat dan kontribusi yang tak pernah berhenti.

---

Refleksi untuk Para Pemuda dan Pendidik

Momentum 28 Oktober 2025 ini memberi pelajaran berharga bagi kita semua. Bagi para pemuda, Sumpah Pemuda adalah panggilan untuk terus berkarya dan berkontribusi bagi negeri. Bagi para guru dan pendidik, ulang tahun Omjay menjadi pengingat bahwa pengabdian tidak mengenal kata pensiun.

Bangsa ini butuh lebih banyak sosok seperti Omjay — yang menginspirasi tanpa pamrih, yang menulis bukan untuk popularitas, tapi untuk kebermanfaatan.

Selamat Hari Sumpah Pemuda!
Selamat ulang tahun yang ke-53, Omjay!
Teruslah menulis, teruslah berbagi, dan teruslah menyalakan semangat muda di hati setiap guru dan siswa Indonesia.

Salam blogger persahabatan 
Wijaya Kusumah - omjay 
Guru blogger indonesia 
Blog https://wijayalabs.com

Senin, 27 Oktober 2025

Kisah Omjay dan inspiriasi PAGI DARI pak Umedi

INSPIRASI PAGI: BELAJAR MENSYUKURI HIDUP DARI UJIAN, MASALAH, DAN NIKMAT
Oleh: Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd (Omjay)

Setiap pagi adalah anugerah baru dari Allah SWT. Di saat mentari mulai menyingkap tirai malam, kita disapa dengan kesempatan baru untuk berbuat kebaikan. Begitulah yang selalu diingatkan oleh sahabat saya, Ustadz Umedi, dalam setiap pesan Inspirasi Pagi-nya. Tiga hari terakhir, beliau menulis pesan yang sangat menyejukkan hati, penuh makna, dan menyentuh nurani siapa pun yang membacanya.

1. Rezeki Itu Ujian

Dalam Inspirasi Pagi Sabtu, 25 Oktober 2025, Ustadz Umedi menulis kalimat pembuka yang begitu dalam:

> “Dimewahkan bukan berarti dimuliakan. Disempitkan bukan berarti dihinakan.”



Kalimat ini mengingatkan kita bahwa rezeki yang datang bukan hanya bentuk kenikmatan, tapi juga ujian. Banyak orang merasa bahwa ketika hidupnya lapang dan serba cukup, berarti ia sedang dimuliakan oleh Allah. Padahal bisa jadi, justru di situlah Allah sedang mengujinya: apakah ia tetap rendah hati dan bersyukur, atau justru sombong dan lupa daratan.

Sebaliknya, ketika hidup sedang sempit, bukan berarti kita sedang direndahkan. Justru dalam kesempitan, Allah sedang mendidik kita agar sabar, kuat, dan lebih dekat kepada-Nya. Rasulullah SAW bersabda:

> “Sesungguhnya setiap umat mendapat fitnah, dan fitnah umat ini adalah harta.” (HR. Bukhari dan Muslim)



Betapa bijaknya Rasulullah. Harta memang bisa menjadi alat kebaikan, tetapi juga sumber kebinasaan jika salah digunakan. Maka, ujian sejati bukan pada jumlah rezeki yang kita miliki, tapi pada cara kita menyikapinya.

2. Lapangkan Hati, Kecilkan Masalah

Keesokan harinya, Minggu, 26 Oktober 2025, Ustadz Umedi menulis pesan yang tak kalah indah:

> “Masalah sekecil apapun akan terasa besar ketika masuk ke dalam hati yang sempit. Masalah sebesar apapun akan terasa kecil ketika masuk dalam hati yang lapang.”



Kalimat ini seolah menampar kita yang sering mengeluh karena hal-hal sepele. Hati yang sempit membuat seseorang mudah marah, kecewa, dan stres karena masalah kecil. Namun hati yang lapang, tenang karena keimanan, akan membuat segala cobaan terasa ringan.

Ustadz Umedi pun menutup pesannya dengan doa yang diambil dari QS. Thaha ayat 25–28:

> “Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku.”



Doa Nabi Musa AS ini bukan sekadar permintaan untuk berbicara lancar, tapi juga agar hati kita lapang menghadapi berbagai tantangan hidup. Betapa indah bila setiap pagi, sebelum beraktivitas, kita mengulang doa ini agar hati kita tenang, pikiran jernih, dan langkah ringan.

3. Bersyukur dalam Segala Kondisi

Dan pagi ini, Senin, 27 Oktober 2025, Ustadz Umedi menulis Inspirasi Pagi yang kembali menggugah kesadaran:

> “Nikmatnya menjadi muslim sejati;
Jika hidup miskin bersabar.
Jika hidup kaya bersyukur.
Bisa happy dalam segala kondisi.”



Inilah hakikat kebahagiaan yang sejati — bukan karena banyaknya harta atau tingginya jabatan, tapi karena hati yang selalu bersyukur. Rasulullah SAW bersabda:

> “Janganlah kamu melihat kepada orang yang di atas kamu, tapi lihatlah kepada orang yang di bawah kamu, karena itu lebih layak untuk membuat kamu bersyukur kepada Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)



Melihat ke atas hanya akan membuat kita merasa kurang, tetapi melihat ke bawah akan membuat kita sadar betapa banyak nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita. Allah pun menegaskan dalam Al-Qur’an:

> “Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah di antara kalian adalah orang yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat: 13)



Kemuliaan bukan pada kekayaan, kedudukan, atau kepintaran, melainkan pada ketakwaan. Orang yang bertakwa tahu kapan harus bersabar, dan tahu kapan harus bersyukur.

Menutup Hari dengan Semangat dan Doa

Tiga pesan inspiratif ini mengajarkan kita untuk selalu menjaga keseimbangan hati dalam menghadapi hidup. Saat diuji dengan harta, bersikaplah bijak dan dermawan. Saat diuji dengan kesulitan, bersabarlah dan tetap berprasangka baik kepada Allah. Saat diberi kenikmatan, jangan lupa bersyukur dan berbagi kepada sesama.

Hidup ini memang penuh ujian, tapi setiap ujian adalah cara Allah untuk mendekatkan diri kita kepada-Nya. Seperti yang selalu ditulis oleh Ustadz Umedi di akhir setiap pesannya:

> “Tetap Semangat. Barakallah fiikum.”



Kalimat sederhana namun penuh energi positif. Semoga setiap pagi kita memulai hari dengan semangat yang sama — semangat untuk menjadi hamba Allah yang sabar, bersyukur, dan selalu berlapang dada dalam menghadapi segala keadaan.

Mari kita isi pagi ini dengan zikir, doa, dan tekad untuk menjadi manusia yang lebih baik. Karena sejatinya, hidup yang berkah adalah hidup yang dijalani dengan hati yang bersyukur dan semangat yang tak pernah padam.

Bekasi, 27 Oktober 2025
Omjay – Guru Blogger Indonesia

Blog https://wijayalabs.com

Minggu, 26 Oktober 2025

OTN 2025 DI ICE BSD RESMI Ditutup

OTN ke-7 Tahun 2025 Resmi Ditutup: Semangat, Persaudaraan, dan Cinta untuk Dunia Pendidikan Digital

Alhamdulillah, kegiatan Olimpiade TIK dan Informatika Nasional (OTN) ke-7 tahun 2025 telah resmi berakhir. Ratusan peserta dari seluruh Indonesia berkumpul di ICE BSD Hall 8, Tangerang, Banten, sejak 23 hingga 26 Oktober 2025, dalam suasana yang penuh semangat, kompetisi, dan kekeluargaan.

OTN adalah ajang tahunan yang diselenggarakan oleh Ikatan Guru TIK dan Informatika PGRI (IGTIK PGRI) bersama Komunitas Guru TIK (Kogtik). Sejak pertama kali digelar pada tahun 2016 di Gedung A Kemdikbud Senayan Jakarta, kegiatan ini telah menjadi simbol semangat para guru dan siswa Indonesia untuk berinovasi di bidang teknologi informasi dan komunikasi.

---

Pesan dan Harapan dari Peserta: Semua Layak Dihargai

Setelah penutupan, muncul berbagai pesan dan saran dari peserta. Banyak yang pulang dengan rasa bangga, namun ada pula yang merasa kecewa karena belum berhasil menjadi juara.

Salah satu peserta menulis:

> “Agar kiranya seluruh peserta mendapatkan apresiasi berupa e-sertifikat, dan untuk finalis juga diberikan hadiah dari sponsor. Banyak peserta dari daerah sudah berkorban biaya besar, jadi jangan sampai mereka pulang tangan hampa.”

Menanggapi hal itu, Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd (Omjay) selaku Sekjen IGTIK PGRI, menyampaikan ucapan terima kasih dan klarifikasi:

> “Alhamdulillah semua peserta biasanya mendapat e-sertifikat melalui email masing-masing. Kalau belum, bisa menghubungi Pak Winarno. Tahun ini sponsor memang sepi, jadi belum semua dapat hadiah. Semoga tahun depan sponsor OTN makin banyak. Aamiin.”

Omjay juga memohon maaf karena tahun ini dirinya tak bisa banyak membantu panitia akibat kondisi kesehatan yang menurun.

> “Omjay sempat dirawat di RS Harum Sisma Medika Jakarta. Mohon maaf lahir batin, dan juga turut berduka atas wafatnya sahabat kami tercinta, Bapak Bambang Susetyanto, S.Kom, Ketua Kogtik dan IGTIK PGRI. Semoga amal ibadah beliau diterima Allah SWT.”

---

Sambutan Ketua Panitia: Semangat Kolaborasi dan Ketulusan

Dalam sambutannya, Ibu Lilis Juwita, Ketua Panitia OTN 2025, mengungkapkan rasa syukur dan bangganya:

> “OTN bukan hanya lomba, tapi juga wadah silaturahmi, belajar, dan saling menginspirasi. Saya berterima kasih kepada semua panitia, juri, guru pendamping, sponsor, dan peserta atas kerja kerasnya. Semoga semangat ini terus hidup untuk OTN berikutnya.”

Sementara Bapak Tatang Surya Atmaja, Bendahara Kogtik dan IGTIK PGRI, menambahkan:

> “Kegiatan OTN ke-7 ini menjadi bukti bahwa guru dan siswa Indonesia mampu berinovasi di bidang TIK. Semoga tahun depan lebih meriah, lebih solid, dan penuh berkah.”

---

Pesan Haru dari Panitia yang Akan Pulang ke Daerah

Di penghujung acara, suasana menjadi haru ketika beberapa panitia berpamitan lebih dulu untuk kembali ke daerah asal.

Ibu Endang W., PJ Lomba Menulis Blog, menulis pesan menyentuh:

> “Mohon maaf lahir dan batin rekan-rekan panitia pejuang Kogtik dan OTN 2025. Kami pamit pulang lebih dulu ke Solo karena perjalanan jauh. Mohon doa agar diberi keselamatan dan kesehatan. Terima kasih atas kebersamaan luar biasa ini.”

Pak Ali Hasyim R., PJ Gambar Digital, juga menyampaikan:

> “Terima kasih sebesar-besarnya kepada Omjay, Ketua Panitia, dan seluruh panitia OTN 7 atas bimbingan dan kebersamaannya. Tanpa ajakan dan kebaikan Bu Endang dan Teh Lilis, saya mungkin tak akan merasakan suasana kekeluargaan yang begitu hangat.”

Sementara Pak Rohandi, Wakil Ketua Panitia OTN 2025, berpamitan naik kereta ke Indramayu:

> “Saya pamit pulang dulu ke Indramayu. Terima kasih atas kebersamaan yang indah ini. Semoga OTN tahun depan lebih sukses dan membawa manfaat besar bagi dunia pendidikan.”

---

Suara Para Penanggung Jawab Lomba: Satu Semangat, Satu Cinta untuk Pendidikan

Kegiatan OTN 2025 berjalan sukses berkat dedikasi luar biasa para penanggung jawab lomba yang bekerja siang malam demi kelancaran acara:

Ibu Maria Sumakul – PJ Lomba Game Edukasi

Dr. Simon Simarmata – PJ Lomba Desain Web

Pak Muh. Yahya (Mas Vei) – PJ Lomba Esport

Ibu Kania Dewi & Pak Ali Hasyim – PJ Lomba Presentasi dan Gambar Digital

Pak Agung – PJ Lomba Cerdas Cermat

Pak Ratno Pujianto – PJ Lomba Robotik

Ibu Endang W. – PJ Lomba Menulis Blog

Ibu Siska – PJ Fotografi sekaligus Bendahara Panitia OTN 2025

Dr. Yunus Rangkuti – PJ dan Juri Lomba Desain Web

Pak Muhaemin – PJ Lomba Film Pendek

Pak Asep Sugandi – Penyusun Soal Lomba Cerdas Cermat

Seluruh panitia bekerja penuh tanggung jawab dan saling membantu satu sama lain dalam semangat gotong royong khas guru Indonesia.

---

Ucapan Terima Kasih dari Panitia Lainnya

Beberapa panitia lain juga menyampaikan kesan dan harapan mereka.

Pak Winarno dari Lampung, yang bertanggung jawab atas e-sertifikat peserta, menyampaikan:

> “InsyaAllah semua peserta akan menerima e-sertifikat melalui email. Jika ada yang belum, segera hubungi saya. Terima kasih atas kerja sama semua pihak.”

Pak Hadi dari Jakarta menambahkan:

> “Kegiatan ini luar biasa! Semoga semangat guru dan siswa dalam OTN menjadi inspirasi bagi dunia pendidikan digital Indonesia.”

Dari Bekasi, Ruth dan Berlian juga menyampaikan rasa bahagia:

> “Kami bangga bisa menjadi bagian dari OTN 2025. Banyak pelajaran, banyak teman baru, dan suasana kekeluargaan yang hangat. Semoga tahun depan kita bisa kumpul lagi!”

Tak lupa Rama dan kawan-kawan panitia muda lainnya juga berpesan:

> “I love you all, Panitia OTN 2025! Terima kasih atas semangat, tawa, dan kerja sama yang luar biasa. Ini bukan sekadar acara, tapi keluarga baru yang tak akan terlupakan.”

---

Apresiasi dari Ketua Umum PB PGRI, Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd

Menanggapi suksesnya kegiatan ini, Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd, Ketua Umum PB PGRI, memberikan apresiasi:

> “Saya sangat bangga dengan semangat para guru dan siswa dalam ajang OTN. Ini bukti bahwa guru Indonesia tidak berhenti belajar dan terus berinovasi. Teruslah berkreasi dan jadilah pelopor perubahan dalam pendidikan berbasis digital.”

---

Penutup: OTN Bukan Sekadar Lomba, Tapi Keluarga Digital Indonesia

OTN ke-7 tahun 2025 bukan hanya ajang perlombaan, tapi juga perayaan persaudaraan dan cinta terhadap dunia pendidikan digital. Setiap tawa, peluh, dan kerja keras menjadi bagian dari sejarah bersama.

Semoga di tahun depan, OTN ke-8 tahun 2026 hadir dengan lebih banyak sponsor, lebih banyak peserta, dan tentu lebih banyak inspirasi. Karena bagi para pejuang pendidikan TIK Indonesia, kemenangan sejati bukanlah piala, tapi semangat kebersamaan dan ilmu yang dibagikan dengan hati.

Salam hangat dari keluarga besar Kogtik dan IGTIK PGRI.
I love you all ❤️
Klik https://www.otn.or.id

Ucapan Terima Kasih dan Permohonan Maaf Dari Sekjen Ikatan Guru Informatika PGRI

OTN Ke-7 Tahun 2025: Terima Kasih, Mohon Maaf, dan Harapan untuk Tahun Depan

Alhamdulillah, kegiatan Olimpiade TIK dan Informatika Nasional (OTN) ke-7 tahun 2025 telah resmi berakhir. Rangkaian kegiatan yang berlangsung di ICE BSD Hall 8, Tangerang, Banten ini meninggalkan banyak kesan bagi para peserta, guru pendamping, dan seluruh panitia penyelenggara. Ada rasa bangga dan bahagia bagi mereka yang berhasil menjadi juara, namun tidak sedikit pula peserta yang pulang dengan rasa sedih dan kecewa karena belum berhasil meraih kemenangan.

Namun demikian, seperti pepatah bijak mengatakan, “Dalam setiap kompetisi, yang terpenting bukan hanya hasilnya, tetapi proses dan pengalaman yang didapatkan.” OTN 2025 bukan sekadar ajang lomba, melainkan wadah pembelajaran, silaturahmi, dan pengembangan kompetensi digital bagi para pelajar dari berbagai daerah di Indonesia.

Suara dan Harapan Peserta

Setelah kegiatan usai, beberapa peserta menyampaikan saran dan masukan yang sangat konstruktif untuk pelaksanaan OTN berikutnya. Salah satu masukan yang menarik datang dari perwakilan peserta yang berharap agar seluruh peserta mendapatkan e-sertifikat sebagai bentuk apresiasi atas partisipasinya.

Selain itu, mereka juga mengusulkan agar seluruh finalis tidak hanya memperoleh sertifikat, tetapi juga hadiah atau souvenir dari pihak sponsor sebagai bentuk penghargaan atas perjuangan mereka hingga tahap akhir.

Saran lainnya yang cukup bijak adalah agar jumlah finalis dibatasi hanya lima besar, dengan pembagian juara 1, 2, 3, serta juara harapan 1 dan 2. Dengan demikian, semua finalis mendapatkan pengakuan, dan tidak ada yang pulang dengan tangan hampa. Banyak peserta datang dari luar daerah dengan biaya yang tidak sedikit, sehingga penghargaan kecil dari panitia atau sponsor akan menjadi bentuk penghormatan atas usaha dan pengorbanan mereka.

Respons Panitia dan Apresiasi Omjay

Menanggapi masukan tersebut, Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd. atau yang akrab disapa Omjay, selaku Sekjen Ikatan Guru TIK dan Informatika (IGTIK) PGRI, menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi yang tulus.

“Alhamdulillah, terima kasih atas masukan dan sarannya. Semua peserta biasanya mendapatkan e-sertifikat melalui email masing-masing, dan bisa menghubungi Pak Winarno bila belum menerimanya. Tahun ini sponsor OTN memang sepi, jadi tidak semua peserta bisa mendapatkan hadiah. Semoga tahun depan banyak sponsor yang mau mendukung OTN,” ujar Omjay.

Lebih lanjut, Omjay menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh peserta dan panitia karena tidak dapat terlibat secara aktif dalam penyelenggaraan OTN tahun ini akibat kondisi kesehatan yang menurun. “Omjay juga minta maaf karena sedang sakit, jadi tidak bisa banyak membantu panitia OTN seperti tahun sebelumnya. Selain itu, kami juga kehilangan Ketua Panitia OTN, Pak Bambang, yang meninggal dunia karena serangan jantung. Semoga beliau husnul khotimah dan mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT,” tutur Omjay dengan nada haru.

Doa dan Harapan untuk OTN 2026

Mewakili seluruh panitia, Omjay menyampaikan terima kasih kepada semua peserta, guru pendamping, dan pihak-pihak yang telah mendukung suksesnya OTN 2025. Ia juga berharap agar penyelenggaraan OTN tahun depan lebih meriah, lebih banyak sponsor yang berpartisipasi, dan lebih banyak sekolah yang terlibat.

Semangat untuk terus belajar, berinovasi, dan berkolaborasi di bidang teknologi informasi harus terus dijaga. OTN bukan hanya tentang siapa yang menjadi juara, tetapi tentang bagaimana anak-anak Indonesia mampu menunjukkan kreativitas, kerja keras, dan kecintaannya terhadap dunia informatika.

Semoga OTN ke-8 tahun 2026 nanti menjadi ajang yang lebih baik lagi, membawa lebih banyak kebahagiaan, dan menjadi momentum penting dalam mencetak generasi muda yang cakap digital, kreatif, dan berakhlak mulia.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah menjadi bagian dari OTN 2025. Sampai jumpa di OTN berikutnya!

🖋️ Ditulis oleh: Wijaya Kusumah (Omjay)
Sekjen Ikatan Guru TIK dan Informatika (IGTIK) PGRI
Guru Blogger Indonesia
Blog https://wijayalabs.com

Sabtu, 25 Oktober 2025

liputan kegiatan otn hari ketiga di ice bsd sepong hall 8

Liputan Hari Ketiga Olimpiade TIK dan Informatika Nasional (OTN) 2025 di ICE BSD, Hall 8
Sabtu, 25 Oktober 2025 – Semangat Kreativitas dan Inovasi di Puncak Acara

Tangerang — Suasana Hall 8 ICE BSD sejak pagi, Sabtu 25 Oktober 2025, kembali dipenuhi semangat luar biasa para finalis Olimpiade TIK dan Informatika Nasional (OTN) 2025. Memasuki hari ketiga, berbagai lomba menarik digelar secara serentak, antara lain lomba gambar digital, robotik, desain web, dan presentasi Canva.

Dari setiap sudut arena, peserta tampak beradu ide dan kreativitas dalam menghasilkan karya terbaiknya. Lomba gambar digital menjadi ajang unjuk kemampuan siswa dalam menggabungkan seni dan teknologi. Tema-tema edukatif, lingkungan, dan inovasi sosial muncul dari setiap kanvas digital yang mereka buat menggunakan perangkat lunak desain pilihan mereka.

Sementara itu, di area robotik, suasana tampak lebih menegangkan namun penuh antusiasme. Para peserta berlomba memprogram robot agar dapat menjalankan tugas yang ditentukan panitia, seperti melewati rintangan dan menyelesaikan misi otomatis. Sorak-sorai penonton dan pembimbing terdengar setiap kali robot berhasil menyelesaikan tantangan dengan sempurna.

Di sisi lain, lomba desain web menjadi arena pembuktian bagi siswa yang menguasai perpaduan antara teknologi digital, logika pemrograman, dan estetika tampilan situs. Peserta ditantang membuat situs edukatif dan informatif yang menarik sekaligus responsif. Kreativitas, struktur navigasi, dan kejelasan informasi menjadi fokus utama penilaian juri.

Adapun lomba presentasi Canva menjadi ajang unjuk kemampuan komunikasi visual peserta. Mereka menampilkan ide-ide segar dengan tampilan slide yang memukau, penuh warna, dan kaya pesan. Kreativitas dalam penyajian serta kepercayaan diri peserta membuat suasana kompetisi terasa inspiratif.

Menjelang sore, acara dilanjutkan dengan penyerahan piala dan penghargaan OTN 2025 untuk para pemenang dari berbagai kategori lomba. Trofi diserahkan langsung oleh Ketua Panitia OTN 2025, Ibu Lilis Juwita, didampingi Wakil Ketua Panitia, Bapak Rohandi, serta para penanggung jawab lomba dari IGTIK PGRI.

Dalam sambutannya, Ibu Lilis Juwita menyampaikan rasa bangga atas semangat dan dedikasi peserta dari seluruh Indonesia.

> “OTN bukan sekadar lomba, tapi wadah bagi siswa untuk berinovasi dan menyalurkan ide kreatifnya. Melalui kegiatan ini, kita menyiapkan generasi digital yang cerdas, berkarakter, dan berdaya saing tinggi,” ujar Ibu Lilis penuh kebanggaan.

Sementara itu, Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd. (Omjay) yang turut hadir dan memberikan apresiasi, menyampaikan pesan inspiratif bagi peserta.

> “Melihat semangat anak-anak di OTN 2025 membuat saya yakin masa depan Indonesia cerah. Mereka tak hanya pandai menggunakan teknologi, tapi juga mampu menciptakan karya yang bermanfaat. Teruslah belajar dan berkarya dengan hati,” tutur Omjay, sang Guru Blogger Indonesia.

Dr. Dedi Dwitagama, tokoh pendidikan dan motivator nasional, juga memberi komentar positif.

> “OTN adalah contoh nyata pembelajaran berbasis proyek dan kolaborasi. Di sini anak-anak belajar berpikir kritis, bekerja sama, dan berkomunikasi secara efektif. Ini bentuk nyata transformasi pendidikan digital di Indonesia,” ujar Pak Dedi Dwitagama dengan semangat.

Para Penanggung Jawab Lomba juga turut memberikan komentarnya terkait jalannya kompetisi di bidang masing-masing:

Pak Ratno Pujianto, PJ Lomba Robotik, mengatakan:

> “Anak-anak luar biasa! Mereka tak hanya merakit robot, tapi juga memprogramnya dengan logika yang kuat. Banyak ide kreatif yang bahkan melebihi ekspektasi juri. Ini menunjukkan potensi besar di bidang robotika Indonesia.”

Ibu Kania Dewi, PJ Lomba Presentasi Canva, mengungkapkan kekagumannya terhadap kemampuan komunikasi peserta.

> “Peserta sangat percaya diri dan mampu menyampaikan ide secara visual dan menarik. Mereka tidak hanya pandai mendesain, tapi juga menyampaikan pesan dengan jelas dan menginspirasi.”

Dr. Simon Simarmata dan Dr. Yunus Rangkuti, selaku PJ Lomba Web Desain, menyampaikan apresiasi terhadap kemampuan teknis dan kreativitas peserta.

> “Kami melihat karya web yang profesional, modern, dan responsif. Beberapa bahkan layak dipublikasikan karena tampilannya sangat matang. Anak-anak ini sudah berpikir seperti desainer dan programmer sejati,” ujar keduanya senada.

Pak Ali Hasyim, PJ Lomba Gambar Digital, turut memberikan tanggapan positif.

> “Karya peserta sangat ekspresif dan menggambarkan karakter mereka. Melalui digital art, mereka mampu menyuarakan pesan sosial dan nilai-nilai pendidikan. Ini bukti bahwa seni dan teknologi bisa berjalan seiring.”

Panitia juga memberikan apresiasi khusus kepada seluruh juri, pembimbing, sponsor, dan mitra yang telah mendukung penuh keberlangsungan acara nasional ini.

OTN 2025 yang mengusung tema “Dengan Teknologi, Kita Terangi Jaringan Inovasi dengan Prestasi” berhasil menjadi wadah pembuktian talenta muda di bidang TIK dan informatika.

Adapun hari keempat, Minggu 26 Oktober 2025, akan menjadi penutup seluruh rangkaian kegiatan dengan lomba eSports serta acara penutupan resmi OTN 2025 yang akan diisi dengan pertunjukan seni, refleksi kegiatan, dan pengumuman juara umum OTN 2025.

OTN 2025 di ICE BSD Hall 8 bukan sekadar lomba, tetapi perayaan kreativitas, inovasi, dan semangat belajar sepanjang hayat.

Salam blogger persahabatan 
Wijaya Kusumah - omjay 
Guru blogger Indonesia 
Blog https://wijayalabs.com

kegiatan otn hari kedua di hall 8 ice bsd serpong

Informasi kegiatan lomba otn hari kedua

Hari Kedua OTN 2025 di ICE BSD: Semangat Berkompetisi dan Pelayanan Panitia yang Luar Biasa dipimpin oleh bendahara IGTIK PGRI bapak Tatang Surya Atmaja 

Hari kedua pelaksanaan Olimpiade TIK dan Informatika Nasional (OTN) 2025 di Hall 8 ICE BSD Serpong, Banten berlangsung dengan penuh semangat dan suasana meriah. 

Sejak pagi, para peserta dari berbagai provinsi di Indonesia sudah memenuhi area lomba dengan wajah penuh antusias. Mereka datang membawa semangat juang untuk menjadi yang terbaik dalam ajang bergengsi ini.

Pada hari kedua ini, panitia menyelenggarakan tiga cabang lomba utama, yaitu:
1. Lomba Menulis Blog, 
2. Lomba Cerdas Cermat (LCC) Informatika, dan
3. Lomba Fotografi. 

Ketiganya berlangsung lancar, tertib, dan sarat makna pembelajaran bagi peserta didik yang ingin menyalurkan minat dan bakat di bidang teknologi informasi.

Ketua Panitia OTN 2025, Ibu Lilis Juwita dari Majalengka, mengatakan bahwa semangat peserta tahun ini sangat luar biasa. “Kami bangga melihat antusias para pelajar dari berbagai daerah. Mereka bukan hanya berkompetisi, tetapi juga belajar bekerja sama, menghargai waktu, dan menyalurkan ide-ide kreatif mereka dengan cara yang positif,” ujar Lilis dengan senyum penuh kebanggaan.

Wakil Ketua Panitia, Bapak Rohandi dari Indramayu, menambahkan bahwa OTN tahun ini mengusung semangat kolaborasi digital. “Kita tidak hanya mencari juara, tetapi juga membentuk karakter anak bangsa yang siap menghadapi era digital dengan etika dan kreativitas tinggi,” jelasnya.

Sementara itu, Penanggung Jawab Lomba Menulis Blog, Ibu Endang dari Boyolali, memastikan seluruh peserta mendapatkan kenyamanan dalam menulis dan menyampaikan ide. “Menulis blog itu bukan hanya tentang kata-kata, tapi tentang menyampaikan pesan dengan hati. Kami ingin peserta berani menulis dari pengalaman dan inspirasi yang bermanfaat bagi pembaca,” katanya.

Adapun Lomba Cerdas Cermat Informatika (LCC) yang seharusnya dipimpin oleh Bapak Asep dari Subang, tetap berjalan lancar meski beliau berhalangan hadir dan diganti pak Agung beserta tim dari Jakarta dan pak Winarno dari Lampung.  

Tim teknis yang menggantikan menjalankan lomba dengan baik, sehingga jalannya kompetisi tetap seru dan kompetitif. “Anak-anak luar biasa cepat tanggap dan kritis,” kata salah satu tim teknis dengan kagum.

Untuk Lomba Fotografi, Ibu Siska sebagai penanggung jawab mengarahkan peserta agar mampu menangkap momen terbaik dari kegiatan OTN 2025. “Kami ingin hasil foto bukan sekadar dokumentasi, tetapi juga bercerita. Ada semangat, ada nilai, dan ada makna di setiap jepretan kamera,” tuturnya.

Di sisi lain, Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd (Omjay) yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Ikatan Guru TIK PGRI (IGTIK PGRI) belum dapat hadir karena masih dirawat di Rumah Sakit Harum Jakarta. Meski demikian, Omjay tetap memantau kegiatan OTN melalui laporan panitia dan siaran langsung di media sosial. “Saya bangga dengan kerja keras semua panitia. Mereka luar biasa melayani peserta dengan sepenuh hati. Meskipun saya belum bisa hadir secara fisik, hati saya tetap di ICE BSD bersama teman-teman semua,” ujar Omjay melalui pesan singkat yang dikirim kepada panitia.

Peserta lomba juga memberikan kesan positif. Alya, siswi SMP dari Bandung yang ikut lomba blog, mengatakan, “Saya senang banget bisa ikut OTN. Panitianya ramah, suasananya seru, dan saya bisa ketemu teman-teman dari berbagai daerah. Ini pengalaman yang nggak akan saya lupakan.”
Sementara Fadli, peserta LCC dari Palembang, menambahkan, “Soalnya menantang tapi seru. Kami belajar kerja sama tim dan berpikir cepat. Panitia juga sigap banget membantu kalau ada kendala.”

Semua panitia OTN 2025 memang patut diacungi jempol. Mereka terlihat bekerja dengan sigap, sabar, dan selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik bagi peserta dan pendamping. Setiap sudut ruangan lomba terasa penuh semangat kebersamaan dan kekeluargaan.

Kemeriahan dan keseruan kegiatan hari kedua ini dapat disaksikan melalui berbagai platform media sosial seperti TikTok, YouTube, dan tentu saja website resmi OTN di http://www.otn.or.id. Foto-foto dan video yang diunggah menunjukkan bagaimana semangat peserta dan dedikasi panitia berpadu menjadi energi positif yang menginspirasi.

Dengan selesainya hari kedua, OTN 2025 semakin menunjukkan jati dirinya bukan hanya sebagai ajang kompetisi, tetapi juga wahana pembentukan karakter unggul bagi generasi digital Indonesia. Melalui semangat kebersamaan, kreativitas, dan pelayanan tulus dari para panitia, OTN terus menyalakan api inovasi dan harapan bagi masa depan pendidikan TIK di tanah air.

Salam blogger persahabatan
Wijaya Kusumah - omjay 
Guru blogger Indonesia 
Blog https://wijayalabs.com

Jumat, 24 Oktober 2025

Diskusi Terpumpun Omjay dan Puskurbuk

Diskusi Terpumpun FGD Omjay dan Puskurbuk: Meningkatkan Pembelajaran Koding di SMP Labschool Jakarta

Jakarta – Di sela masa pemulihan kesehatannya di Rumah Sakit Harum, Jakarta Timur, Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd atau yang akrab disapa Omjay, tetap aktif berkontribusi dalam dunia pendidikan. Pada hari kedua perawatannya, beliau tetap mengikuti Forum Group Discussion (FGD) bersama tim Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) Kemendikbudristek melalui aplikasi Zoom. Diskusi tersebut membahas evaluasi dan penguatan pembelajaran koding (coding) di jenjang Sekolah Menengah Pertama, khususnya di SMP Labschool Jakarta.

Mengupas Esensi Pembelajaran Koding di Sekolah

Dalam FGD tersebut, Omjay menyampaikan pandangannya bahwa pembelajaran koding di sekolah bukan sekadar mengajarkan bahasa pemrograman, tetapi membangun cara berpikir komputasional (computational thinking) pada peserta didik.

> “Koding seharusnya menjadi sarana untuk melatih logika, kreativitas, dan kemampuan memecahkan masalah. Jangan hanya fokus pada hasil programnya, tapi juga proses berpikir di baliknya,” ujar Omjay dalam forum tersebut.

Beliau menekankan pentingnya pendekatan pembelajaran “belajar melalui proyek” (project-based learning) agar siswa dapat mengaplikasikan konsep informatika dalam kehidupan nyata. Misalnya, membuat aplikasi sederhana untuk membantu kegiatan sekolah, mengelola jadwal belajar, atau bahkan menciptakan permainan edukatif yang relevan dengan pelajaran lain.

Tantangan Implementasi di Lapangan

Dari hasil diskusi, terungkap bahwa meski kurikulum Merdeka telah memberi ruang bagi pembelajaran koding, pelaksanaannya masih menghadapi beberapa kendala. Salah satunya adalah keterbatasan kompetensi guru dalam bidang informatika dan teknologi pemrograman.

Omjay menyoroti perlunya pelatihan berkelanjutan bagi guru.

> “Guru harus dibekali pemahaman dasar tentang logika pemrograman dan cara mengajarkannya secara menarik. Puskurbuk bisa berkolaborasi dengan komunitas guru informatika dan lembaga pendidikan seperti Labschool untuk mengadakan workshop atau pendampingan rutin,” jelasnya.

Selain itu, fasilitas dan perangkat di sekolah juga menjadi perhatian. Tidak semua sekolah memiliki laboratorium komputer yang memadai. Oleh karena itu, pembelajaran koding diharapkan dapat disesuaikan dengan kondisi sekolah, misalnya melalui koding tanpa komputer (unplugged coding) atau menggunakan perangkat murah berbasis open source.

Peran Labschool Jakarta Sebagai Model

SMP Labschool Jakarta dinilai dapat menjadi contoh praktik baik (best practice) dalam pembelajaran koding di sekolah. Di bawah bimbingan guru-guru seperti Omjay, siswa Labschool sudah terbiasa mengikuti kegiatan berbasis teknologi seperti Olimpiade TIK dan Informatika Nasional (OTN). Kegiatan ini menumbuhkan minat, semangat, dan kreativitas siswa di bidang informatika.

Dalam kesempatan itu, Puskurbuk juga mengapresiasi inisiatif Labschool yang aktif mengintegrasikan koding dalam berbagai kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler.

> “Labschool menjadi laboratorium pendidikan yang sangat berharga. Pengalaman dan masukan dari guru seperti Pak Wijaya akan kami jadikan referensi dalam pengembangan buku teks dan panduan pembelajaran informatika di masa depan,” ujar salah satu perwakilan Puskurbuk.

Masukan untuk Kurikulum Informatika

Sebagai penutup, Omjay menyampaikan beberapa rekomendasi bagi Puskurbuk:

1. Menyederhanakan materi koding untuk level SMP, agar lebih fokus pada logika dan algoritma dasar sebelum masuk ke bahasa pemrograman yang kompleks.

2. Mendorong kolaborasi antar sekolah, agar guru-guru informatika dapat saling berbagi pengalaman dan praktik terbaik.

3. Mengembangkan modul digital interaktif yang mudah diakses siswa dan guru, baik online maupun offline.

4. Mengaitkan koding dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga pembelajaran terasa lebih bermakna dan kontekstual.

Penutup

Diskusi terpumpun antara Omjay dan tim Puskurbuk menjadi momen berharga untuk memperkuat arah pembelajaran koding di Indonesia. Dari ruang perawatan rumah sakit pun, semangat seorang Guru Blogger Indonesia ini tak pernah padam untuk berbagi ilmu dan gagasan demi kemajuan pendidikan nasional.

> “Selama masih bisa berpikir dan menulis, saya akan terus belajar dan berbagi. Karena pendidikan adalah napas kehidupan seorang guru,” tutup Omjay dengan senyum semangat melalui layar Zoom.

Kamis, 23 Oktober 2025

omjay Sakit dan Dilarikan Ke Rumah Sakit Harum Jakarta

Omjay Dilarikan ke RS Harum Jakarta Karena Tekanan Darah Tinggi dan Diabetes

Jakarta — Kabar mengejutkan datang dari sosok inspiratif di dunia pendidikan, Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd., yang akrab disapa Omjay. Guru Blogger Indonesia ini harus dilarikan ke Rumah Sakit Harum, Jakarta Timur, pada hari Kamis, 23 Oktober 2025, setelah mengalami gejala serius akibat penyakit darah tinggi dan diabetes yang dideritanya.

Peristiwa itu terjadi ketika Omjay sedang berada di Sekolah Labschool UNJ Rawamangun, tempat beliau mengajar. Menurut rekan-rekan guru, sejak pagi kondisi Omjay terlihat kurang fit. Wajahnya tampak pucat, dan ia sempat mengeluh pusing berat disertai keringat dingin. Karena khawatir terjadi sesuatu yang lebih serius, pihak sekolah segera menghubungi petugas medis dari RS Harum Kalimalang untuk memberikan pertolongan.

Tak lama berselang, ambulans dari RS Harum tiba di lokasi dan langsung menjemput Omjay. Dengan sigap, tim medis memberikan penanganan awal di sekolah sebelum membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif. Di ruang gawat darurat, dokter memastikan bahwa tekanan darah Omjay meningkat drastis dan kadar gulanya juga tinggi. Kombinasi dua penyakit itu membuat kondisinya harus diawasi dengan ketat.

Kabar sakitnya Omjay langsung menyebar cepat melalui grup-grup WhatsApp guru dan komunitas pendidikan. Banyak rekan sejawat, murid, dan sahabatnya yang merasa sedih dan mendoakan kesembuhan beliau. Tak sedikit yang menuliskan pesan dukungan di media sosial dengan tagar #LekasSembuhOmjay sebagai bentuk kepedulian terhadap guru yang dikenal selalu ceria dan aktif berbagi ilmu itu.

Ketua Umum PB PGRI, Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd., juga menyampaikan doa untuk kesembuhan Omjay. Dalam pesannya, beliau menulis, “Masya Allah, Omjay istirahat dulu ya. Jangan dulu penuh aktivitas dan terus tampil di media sosial. Lekas sembuh, Om.” Pesan itu menggambarkan betapa besarnya perhatian dari kalangan pendidik terhadap sosok Omjay yang selama ini menjadi inspirasi bagi ribuan guru di seluruh Indonesia.

Selain aktif mengajar, Omjay dikenal sebagai penulis produktif dan penggerak komunitas guru blogger. Ia selalu mendorong para guru agar mau menulis dan berbagi pengalaman di dunia maya. Melalui blognya, ia sering menuliskan kisah-kisah inspiratif seputar dunia pendidikan, perjuangan guru, dan pentingnya literasi digital di era modern.

Namun, di balik semangatnya yang luar biasa, ternyata Omjay jarang benar-benar beristirahat. Jadwal kegiatan yang padat, mulai dari mengajar, menghadiri seminar, menulis artikel, hingga membimbing lomba Olimpiade TIK Nasional (OTN), membuat tubuhnya kelelahan. Ditambah lagi, tekanan darah tinggi dan diabetes yang sudah lama dideritanya semakin memperburuk kondisi fisiknya.

Kini Omjay sedang menjalani perawatan intensif di RS Harum Jakarta. Dokter menyarankan agar beliau beristirahat total dan mengurangi aktivitas, terutama di media sosial. Meskipun begitu, semangatnya untuk sembuh tidak surut. Dalam pesan singkat yang disampaikan kepada beberapa sahabat dekatnya, Omjay menulis dengan nada optimis, “Doakan Omjay ya, supaya cepat sehat dan bisa mengajar lagi. Guru harus tetap semangat, meski sedang sakit.”

Kisah Omjay ini menjadi pengingat bagi kita semua, terutama para guru dan pegiat pendidikan, bahwa menjaga kesehatan sama pentingnya dengan mengabdi untuk ilmu. Aktivitas yang padat sering kali membuat kita lupa akan kebutuhan tubuh sendiri. Sehebat apa pun semangat yang kita punya, tubuh tetap memiliki batas.

Mari bersama-sama mendoakan agar Omjay lekas pulih dan bisa kembali beraktivitas seperti sedia kala. Sosok beliau sangat dibutuhkan untuk terus menginspirasi para pendidik di Indonesia.

Sebagaimana yang sering ia tulis dalam blognya, “Guru adalah pelita dalam gelapnya zaman. Tapi pelita juga perlu dijaga apinya agar tak padam.” Kini, saatnya kita menjaga pelita itu dengan doa dan kepedulian.

Lekas sembuh, Omjay. Indonesia menunggumu kembali menebar ilmu dan inspirasi.

Rabu, 22 Oktober 2025

Semangat Juang di otn 2025

Semangat Juang di Olimpiade TIK dan Informatika Nasional 2025

Suara musik yang penuh semangat mengalun dari layar gawai. Lagu yang diputar Omjay seharian itu bukan sekadar hiburan, tapi pembakar semangat untuk menyambut perhelatan besar: Olimpiade TIK dan Informatika Nasional (OTN) 2025 yang digelar di ICE BSD Hall 8, Serpong, Tangerang, pada 23–26 Oktober 2025.

Ajang tahunan ini menjadi wadah kompetisi bergengsi bagi para pelajar dari berbagai penjuru Indonesia untuk menunjukkan kemampuan mereka di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) serta Informatika. Tahun ini merupakan gelaran OTN ke-7, dan semangat para peserta terasa semakin membara.

Tantangan Zaman Digital

Kita hidup di era ketika teknologi berkembang begitu cepat. Dunia digital tidak lagi sekadar pelengkap kehidupan, tetapi sudah menjadi bagian dari keseharian siswa di sekolah. Di sinilah pentingnya kegiatan seperti OTN 2025, yang tidak hanya menguji kemampuan teknis anak-anak muda Indonesia, tetapi juga melatih mereka berpikir logis, kreatif, dan kolaboratif.

“Anak-anak sekarang harus tidak hanya bisa menggunakan teknologi, tapi juga harus bisa menciptakan sesuatu dari teknologi itu,” ujar Omjay (Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd), Guru Blogger Indonesia yang hadir memberikan motivasi bagi para peserta.

Kisah Inspiratif dari SDIT Al Fathonah

Salah satu cerita menarik datang dari SDIT Al Fathonah Jagakarsa, Jakarta Selatan, yang mengirim dua tim terbaiknya untuk mengikuti babak final OTN 2025. Di bawah bimbingan Pak Ahmad Haryadi, guru Informatika yang penuh dedikasi, mereka telah dua tahun berturut-turut menorehkan prestasi gemilang.

“Alhamdulillah, anak-anak sudah sering menjadi juara. Tapi kami ajarkan bahwa kemenangan bukan tujuan utama. Yang terpenting adalah proses belajar dan kerja sama dalam tim,” kata Pak Ahmad penuh semangat.

Bagi para siswa SDIT Al Fathonah, mengikuti OTN bukan sekadar lomba, melainkan petualangan belajar yang menantang dan menyenangkan. Mereka belajar membuat program sederhana, memahami logika algoritma, hingga mempresentasikan ide kreatif berbasis teknologi.

Suasana Penuh Semangat dan Kebersamaan

Begitu memasuki arena ICE BSD Hall 8, suasana langsung terasa berbeda. Ribuan pelajar dari SD, SMP, SMA, hingga SMK hadir mengenakan seragam sekolah dengan wajah penuh semangat. Spanduk bertuliskan “Menjadi Generasi Digital Kreatif dan Berakhlak Mulia” terpasang megah di panggung utama.

Musik latar yang menggema — seperti lagu semangat yang Omjay dengarkan di YouTube — menjadi simbol energi positif seluruh peserta. Setiap langkah, setiap senyum, dan setiap sorakan dukungan mencerminkan semangat juang tanpa menyerah.

“OTN bukan hanya lomba, tapi juga ajang silaturahmi antar sekolah. Anak-anak jadi saling mengenal dan belajar menghargai kemampuan teman-temannya dari daerah lain,” kata Omjay, yang sejak lama dikenal aktif mendukung pendidikan berbasis teknologi.

Membangun Generasi Digital Indonesia

Melalui kegiatan seperti OTN 2025, diharapkan lahir generasi muda yang melek digital, kreatif, dan beretika. Di tengah arus teknologi yang kadang menenggelamkan nilai-nilai kemanusiaan, ajang ini menjadi pengingat bahwa teknologi harus digunakan untuk kebaikan dan kemajuan bangsa.

Omjay menambahkan, “Kita ingin anak-anak tidak hanya pandai bermain gadget, tapi juga bisa menciptakan karya. Musik semangat yang saya dengarkan hari ini seolah menggambarkan perjuangan mereka — penuh irama, penuh kerja keras, tapi tetap indah dinikmati.”

Penutup: Irama Semangat yang Tak Pernah Padam

Ketika lagu semangat itu kembali terdengar di sore hari, Omjay tersenyum. Ia tahu bahwa semangat juang para peserta OTN 2025 adalah nyanyian nyata dari anak-anak Indonesia yang tak pernah lelah belajar dan berinovasi.

Olimpiade TIK dan Informatika Nasional bukan hanya tentang siapa yang menjadi juara, tetapi tentang bagaimana kita semua berproses menjadi bangsa yang lebih maju di bidang teknologi.

Seperti nada-nada penuh energi dalam lagu yang menemani hari, semangat OTN 2025 akan terus bergema — menandai langkah-langkah kecil menuju masa depan digital yang lebih cemerlang.

Mari Satukan Langkah Menuju OTN 2025!

Mari bersama satukan langkah untuk OTN 2025.
Kami siap berprestasi! 💪
Hadapi masalah dengan solusi. Kita lakukan inovasi. Kita siap berprestasi. OTN hadir ubtuk sang juara di semua generasi
OTN ada untuk semua siswa di Indonesia.
Kita tunjukkan kebersamaan dan kekuatan semangat.
Dengan teknologi, kita terangi jaringan inovasi dengan prestasi.
Kembangkan ide, wujudkan cita.
Karena OTN membuat kita bisa! 🚀

🎵 Tonton juga musik semangat yang menginspirasi Omjay hari ini:


👉

Kasih like ya video buatan kang eman panitia otn 2024


https://youtu.be/U6fSrJwTcJY?si=kNuxU3_OrTUjmJBN

Senin, 20 Oktober 2025

Pengalaman Mengecewakan Mengurus Tunjangan Profesi Guru yang Belum Valid

Pengalaman Mengecewakan Mengurus Sertifikasi Guru di Gedung D Kemdikbud

Oleh: Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd (Omjay)
Sekjen IGTIK PGRI & Guru Blogger Indonesia

Hari itu, saya datang dengan semangat dan harapan besar ke kompleks Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Sekarang namanya kemdikdasmen.

Tujuan saya sederhana: menanyakan status sertifikasi guru atau Tunjangan Profesi Guru (TPG) yang hingga kini belum valid. Sebagai guru yang sudah lama mengabdi dan aktif membimbing rekan sejawat di berbagai daerah, tentu saya ingin memahami secara langsung di mana letak kendalanya.

Langkah pertama saya mulai dari Gedung C, tepatnya di bagian Inisiasi Pelayanan Terpadu Kemdikdasmen. Petugas di sana cukup ramah dan informatif. Setelah memeriksa data, mereka mengatakan bahwa urusan sertifikasi guru dan validasi TPG sekarang sudah dialihkan ke Gedung D lantai 16, tepatnya di bagian yang membidangi guru dan tenaga kependidikan. Dengan penuh semangat, saya pun berjalan menuju gedung tersebut.

Namun, semangat itu mulai menurun ketika saya sampai di sana.

Sesampainya di Gedung D lantai 16, suasananya tampak sepi. Tidak ada petugas di meja pelayanan. Yang menyambut saya justru Pak Wahyu, seorang satpam yang kebetulan berjaga di depan lift. Dengan ramah, ia bertanya apa keperluan saya. Saya pun menjelaskan maksud kedatangan: ingin bertemu dengan Pak Roni atau Bu Warti, dua nama yang disebut oleh petugas di Gedung C sebagai pejabat yang menangani urusan TPG.

Sayangnya, Pak Wahyu menyampaikan bahwa baik Pak Roni maupun Bu Warti tidak ada di tempat. Ia mencoba membantu dengan menelepon beberapa kali, namun tidak diangkat. Satpam itu bahkan dengan sabar menemani saya berkeliling ke beberapa ruangan, berharap ada petugas lain yang bisa memberikan penjelasan. Tapi hasilnya tetap nihil. Semua ruangan tampak kosong.

Di titik itu, saya hanya bisa menarik napas panjang.

Bayangkan, seorang guru yang datang jauh-jauh ke Jakarta untuk menanyakan haknya, justru harus pulang tanpa kejelasan. Tidak ada sistem antrean digital, tidak ada petugas pengganti, bahkan tidak ada informasi kontak resmi yang bisa dihubungi selain nomor-nomor pribadi yang tidak aktif.

Saya tentu bisa memaklumi bila para pegawai sedang ada rapat atau kegiatan di luar kantor. Namun, pelayanan publik seharusnya tidak berhenti hanya karena pejabatnya tidak ada di tempat. Minimal ada petugas piket atau staf penerima tamu yang bisa mencatat aduan dan menjanjikan tindak lanjut.

Ironisnya, di zaman digital seperti sekarang, banyak urusan bisa dilakukan secara daring, tapi justru pelayanan dasar seperti validasi data guru masih mengharuskan kedatangan langsung ke gedung kementerian. Padahal, guru-guru di seluruh Indonesia membutuhkan kepastian data TPG yang valid agar tidak kehilangan haknya.

Saya bukan sedang mengeluh karena belum cairnya tunjangan profesi. Saya hanya berharap mekanisme pelayanan publik di lingkungan Kemendikbudristek bisa lebih manusiawi dan terstruktur. Guru datang bukan untuk menuntut, melainkan untuk mencari kejelasan atas haknya.

Saya juga mengapresiasi sikap Pak Wahyu sang satpam. Di tengah keterbatasannya, beliau tetap berusaha membantu dengan ramah. Justru beliau yang mewakili wajah pelayanan publik hari itu. Ironis, tapi nyata: yang melayani bukan petugas kementerian, melainkan satpam yang peduli.

Sebelum meninggalkan gedung, saya sempat duduk sejenak di lobi lantai dasar. Dalam hati saya berpikir, semoga pengalaman ini menjadi pengingat bahwa reformasi birokrasi bukan sekadar slogan. Guru-guru di Indonesia layak mendapatkan pelayanan yang lebih baik, transparan, dan mudah diakses.

Kekecewaan ini bukan untuk menyalahkan siapa pun. Tapi saya merasa perlu menuliskannya, agar ada perbaikan. Semoga ke depan, tak ada lagi guru yang datang jauh-jauh hanya untuk menemukan meja kosong dan petugas yang tak kunjung kembali.

Pelayanan publik yang baik bukan diukur dari megahnya gedung, melainkan dari hadirnya empati bagi mereka yang membutuhkan bantuan. Dan hari itu, di Gedung D lantai 16, saya belajar bahwa empati seorang satpam kadang lebih berharga daripada jabatan tinggi yang sulit ditemui.

Salam blogger Persahabatan
Wijaya Kusumah - omjay 
Guru blogger Indonesia
Blog https://wijayalabs.com

3 Pesan Penting Dari Pak Umedi

Inspirasi Pagi dari Pak Umedi yang Baik Hati: Ilmu, Ikhtiar, dan Memaafkan sebagai Jalan Hidup yang Menentramkan
(Ditulis oleh Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd – Guru Blogger Indonesia)

Setiap pagi, sebelum matahari sepenuhnya menyinari bumi, ada satu pesan bijak yang selalu hadir di layar ponsel banyak guru, sahabat, dan jamaah majelis ilmu. Pesan itu datang dari seorang guru yang dikenal baik hati, sederhana, dan penuh hikmah—beliau adalah Pak Umedi. Lewat rangkaian pesan singkat berjudul “Inspirasi Pagi”, ia mengingatkan kita tentang nilai-nilai kehidupan yang kadang terlupa di tengah kesibukan dunia modern.

Tiga hari terakhir, mulai Sabtu, 18 Oktober 2025, Ahad, 19 Oktober 2025, dan Senin, 20 Oktober 2025, beliau membagikan tiga renungan yang saling berkaitan: tentang ilmu yang tidak diamalkan, ikhtiar yang salah tempat bersandar, dan pentingnya menjaga hati dengan memaafkan. Tiga pesan sederhana, namun jika direnungkan mendalam, mampu menjadi panduan spiritual dan moral bagi siapa pun yang ingin hidup dengan hati tenang dan bermakna.

🌿 1. Ilmu yang Tidak Diamalkan, Hanya Jadi Beban

“Banyak orang mengejar ilmu, ikut kelas, seminar, bahkan membeli buku. Tapi sayangnya, setelah itu hanya berhenti di catatan, tidak pernah dipraktikkan,” tulis Pak Umedi pada Sabtu pagi.

Kalimat itu menohok siapa pun yang membaca. Sebab di era sekarang, mencari ilmu begitu mudah—cukup dengan membuka YouTube, membaca artikel daring, atau mengikuti pelatihan daring. Namun, yang sulit justru adalah mengamalkannya.

Ilmu, kata beliau, ibarat pedang. Jika hanya disimpan, ia akan berkarat. Tapi jika digunakan, ia menjadi senjata yang melindungi. Ini bukan hanya perumpamaan indah, tetapi sebuah ajakan untuk menghidupkan ilmu dalam perbuatan.

Seorang guru sejati tidak diukur dari seberapa banyak gelar akademiknya, tapi dari sejauh mana ia menebarkan manfaat dari ilmu yang dimiliki. Rasulullah SAW bersabda,
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain."
(HR. Ahmad)

Maka benar adanya, bahwa ilmu tanpa amal hanyalah beban. Ia menumpuk di kepala tapi tak menyentuh hati. Banyak orang pandai berbicara, tapi sedikit yang benar-benar menjalankan apa yang dikatakan. Ilmu seharusnya melahirkan ketundukan, bukan kesombongan. Ia menuntun kita menjadi pribadi rendah hati, bukan merasa lebih tinggi dari yang lain.

🌸 2. Jangan Salah Bersandar: Ikhtiar dan Tawakal

Keesokan harinya, Ahad, 19 Oktober 2025, Pak Umedi menulis pesan bertema “Jangan Salah Bersandar”. Pesan ini terasa menenangkan bagi siapa pun yang sedang berjuang namun belum melihat hasil.

“Kita sering lupa bahwa ikhtiar hanyalah jalan, bukan penentu hasil,” tulisnya.

Betapa sering kita kecewa karena merasa sudah berusaha sekuat tenaga, berdoa siang malam, tapi hasilnya tidak sesuai harapan. Padahal, kata beliau, hasil adalah hak Allah. Tugas manusia hanyalah berusaha dengan sungguh-sungguh dan kemudian bertawakal sepenuhnya kepada-Nya.

Beliau mengutip ayat mulia dalam QS. Ali ‘Imran ayat 159:

> “Apabila kamu telah bertekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”

Ayat ini mengajarkan keseimbangan antara ikhtiar dan pasrah. Kita boleh merencanakan, berstrategi, bahkan berjuang mati-matian. Namun, setelah semua dilakukan, kita harus sadar bahwa keputusan akhir bukan di tangan kita. Allah punya rencana yang lebih sempurna dari sekadar keinginan manusia.

Bagi para pendidik seperti Pak Umedi, pesan ini terasa sangat relevan. Guru seringkali sudah berusaha maksimal dalam mendidik, namun tidak semua murid berhasil sesuai harapan. Di situlah pentingnya tawakal. Karena yang menanam adalah manusia, tapi yang menumbuhkan adalah Allah.

Beliau menutup pesannya dengan kalimat lembut namun kuat:

> “Allah menunda hasil bukan karena Dia lupa, tapi karena Dia ingin menjaga hati kita tetap bergantung pada-Nya.”

🌼 3. Memaafkan: Obat bagi Hati yang Gelisah

Lalu di Senin, 20 Oktober 2025, Pak Umedi kembali hadir dengan tema yang tak kalah penting: memaafkan.

“Bila hari ini belum dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi orang lain, usahakan hari ini tidak melakukan kemarahan dan kebencian pada sesama,” tulisnya di awal pesan.

Di zaman ketika emosi mudah tersulut—baik di dunia nyata maupun dunia maya—nasihat ini terasa seperti air yang menyejukkan. Banyak orang mudah marah karena perbedaan pendapat, status media sosial, atau bahkan hal-hal sepele. Padahal, kemarahan hanya memperburuk keadaan dan merusak ketenangan hati.

Pak Umedi mengutip pesan sufi:

> “Kebencian akan membuat hatimu gelisah dan obatnya adalah memaafkan.”

Dan memperkuatnya dengan sabda Rasulullah SAW:

> “Orang yang paling baik adalah orang yang paling baik akhlaknya, dan orang yang paling baik akhlaknya adalah orang yang paling memaafkan.” (HR. Tirmidzi)

Memaafkan bukan berarti lemah. Justru di situlah letak kekuatan sejati. Orang yang bisa memaafkan berarti mampu mengendalikan egonya. Ia tidak membiarkan dendam menguasai hidupnya. Dalam konteks pendidikan, guru yang memaafkan muridnya bukan berarti kalah, tetapi sedang mendidik dengan kasih sayang.

🌅 4. Tiga Pesan, Satu Makna: Menjadi Manusia yang Tenang

Jika dicermati, tiga pesan dari Pak Umedi ini memiliki satu benang merah: ketenangan hati.

Ilmu yang diamalkan melahirkan ketenangan karena membawa manfaat.

Tawakal setelah ikhtiar melahirkan ketenangan karena kita bersandar pada Allah.

Memaafkan melahirkan ketenangan karena kita membebaskan diri dari beban kebencian.

Ketiganya adalah pilar utama dalam menjalani kehidupan yang damai dan bermakna. Pak Umedi tidak hanya menulis kata-kata indah, tetapi juga memberikan arah hidup yang praktis dan penuh hikmah. Inilah ciri khas beliau—menyampaikan nilai-nilai agama dan moral dengan bahasa yang lembut, sederhana, namun menghunjam ke hati.

---

🌻 5. Menebar Cahaya Setiap Pagi

Bagi banyak guru dan sahabat yang menerima pesan Inspirasi Pagi dari Pak Umedi, setiap kalimatnya menjadi penyemangat memulai hari. Dalam suasana kerja yang melelahkan, dalam tantangan hidup yang makin kompleks, kata-kata beliau menjadi oase penyejuk jiwa.

Bisa jadi, inilah bentuk ilmu yang diamalkan. Beliau tidak hanya tahu, tapi juga berbagi. Ia tidak sekadar mengingatkan, tapi menggerakkan. Setiap pesan adalah bentuk nyata dari amal jariyah—ilmu yang terus mengalir manfaatnya.

Dan seperti biasanya, setiap pesan beliau selalu ditutup dengan dua kalimat penuh doa dan semangat:

> “Tetap Semangat”
“Barakallah fiikum”

Dua kalimat yang sederhana namun luar biasa maknanya—seolah mengajak kita untuk tetap tegar, tetap positif, dan tetap berbuat baik di tengah segala situasi.

🌞 Penutup

Dalam dunia yang serba cepat ini, di mana notifikasi tak pernah berhenti dan kabar buruk mudah viral, kehadiran sosok seperti Pak Umedi menjadi anugerah. Ia mengingatkan kita untuk kembali kepada esensi: menjalani hidup dengan ilmu, ikhtiar, dan hati yang bersih.

Semoga kita semua bisa meneladani semangat beliau: terus belajar, terus berbuat baik, dan terus menebar kebaikan setiap pagi. Karena sebagaimana kata beliau,

> “Ilmu tanpa amal hanyalah beban, tapi ilmu yang diamalkan akan jadi cahaya.”

Maka, marilah kita jadikan setiap pagi sebagai kesempatan baru untuk menyalakan cahaya itu—bagi diri sendiri, keluarga, dan sesama manusia.

Tetap Semangat!
Barakallah fiikum. ✨

Salam blogger persahabatan
Wijaya Kusumah - omjay 
Guru blogger Indonesia 
Blog https://wijayalabs.com

Sabtu, 18 Oktober 2025

Mudahnya Jadi Blogger di Era Kecerdasan Buatan

Mudahnya Menjadi Blogger di Era Kecerdasan Buatan
Oleh: Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd (Omjay) – Guru Blogger Indonesia

Pada era digital yang semakin canggih ini, menjadi blogger bukan lagi hal yang sulit. Dulu, menulis di internet memerlukan keahlian teknis dan waktu yang tidak sedikit. Namun kini, berkat perkembangan kecerdasan buatan (AI), siapa pun bisa menjadi penulis digital hanya dengan bermodalkan niat dan semangat berbagi pengetahuan. Inilah yang saya sampaikan kepada para siswa SMKN 6 Jakarta dalam kegiatan literasi digital bertema “Mudahnya Menjadi Blogger di Era Kecerdasan Buatan”.

Saya selalu mengatakan kepada para guru dan siswa: “Menulislah dengan hati, bukan hanya dengan teknologi.” AI memang memudahkan kita menulis, tetapi nilai sebuah tulisan tetap terletak pada ketulusan dan kejujuran hati penulisnya. Blog bukan sekadar tempat curhat atau mencatat kegiatan, melainkan media belajar, berbagi, dan menginspirasi banyak orang.

1. Era Baru Blogger: Kolaborasi Manusia dan AI

Di era sekarang, menulis di blog bisa dilakukan dengan bantuan berbagai alat berbasis kecerdasan buatan seperti ChatGPT, Grammarly, atau Copilot. Alat-alat ini bukan untuk menggantikan manusia, melainkan membantu agar tulisan lebih cepat, rapi, dan enak dibaca. Misalnya, saat kita kesulitan mencari ide atau merangkai kata, AI bisa memberikan saran topik dan struktur tulisan yang menarik.

Namun, saya selalu mengingatkan bahwa AI hanyalah alat bantu, bukan pengganti penulis. Blogger sejati tetap harus menulis berdasarkan pengalaman pribadi, observasi, dan pemikiran kritis. Dengan begitu, tulisan menjadi lebih hidup dan memiliki nilai otentik.

2. Langkah Mudah Menjadi Blogger

Banyak siswa dan guru di SMKN 6 Jakarta yang awalnya ragu menulis karena merasa tidak punya bakat. Padahal, menulis di blog itu sangat mudah bila tahu langkah-langkahnya. Berikut cara sederhananya:

1. Pilih Platform Blog
Gunakan platform gratis seperti Blogger.com, WordPress.com, atau Kompasiana.com. Tidak perlu pusing soal domain dan hosting di awal, karena semua bisa dimulai dari versi gratis.

2. Tentukan Tema Tulisan
Pilih tema yang disukai, seperti hobi, teknologi, kuliner, pendidikan, atau pengalaman sehari-hari di sekolah. Tulisan yang berasal dari minat pribadi akan terasa lebih natural.

3. Mulai Menulis Secara Konsisten
Jangan menunggu sempurna untuk mulai. Tulislah apa yang ada di pikiran. Seiring waktu, kemampuan menulis akan meningkat dengan sendirinya.

4. Gunakan Bantuan AI Secukupnya
AI bisa membantu menyusun paragraf, memeriksa tata bahasa, atau membuat ringkasan. Tapi jangan sampai semua diserahkan pada AI, karena tulisan akan kehilangan karakter penulisnya.

5. Bagikan dan Bangun Pembaca
Setelah tulisan dipublikasikan, sebarkan lewat media sosial. Respon dari pembaca akan menjadi motivasi untuk terus menulis.

3. Blogger sebagai Pelajar Kreatif dan Produktif

Saya selalu bangga bila melihat siswa menjadi blogger aktif. Di SMKN 6 Jakarta, beberapa siswa sudah mulai membuat blog pribadi berisi karya tulis, proyek sekolah, bahkan dokumentasi kegiatan praktik kerja industri. Mereka belajar bagaimana memanfaatkan blog sebagai portofolio digital, yang nantinya berguna ketika melamar kerja atau kuliah.

Menulis blog juga melatih literasi digital dan etika berinternet. Siswa belajar bagaimana menyaring informasi, menulis dengan sumber yang valid, serta menghargai hak cipta. Dengan begitu, mereka tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta konten positif di dunia maya.

4. Menulis Itu Melatih Kedisiplinan

Sebagai guru blogger, saya selalu menekankan bahwa menulis itu sama seperti berolahraga. Kalau tidak dilatih, kemampuan menulis akan tumpul. Mulailah dengan target sederhana: satu tulisan per minggu. Tak perlu panjang, yang penting konsisten. Dari kebiasaan kecil itu, lama-lama akan terbentuk disiplin dan karakter tangguh.

5. Penutup: Menulis Itu Mudah, Asal Mau Memulai

Menjadi blogger di era kecerdasan buatan sangat mudah. Tak perlu jadi ahli IT atau penulis profesional. Cukup dengan niat berbagi, sedikit keberanian, dan semangat belajar teknologi baru, siapa pun bisa menjadi blogger sukses.

Saya mengajak para siswa SMKN 6 Jakarta untuk tidak takut menulis. Jadikan blog sebagai tempat menuangkan ide, menebar inspirasi, dan meninggalkan jejak kebaikan di dunia digital. Ingat pesan Omjay:

> “Menulislah setiap hari, dan rasakan keajaibannya. Karena tulisan yang lahir dari hati, akan mengetuk banyak hati.”

Salam blogger persahabatan
Wijaya Kusumah - omjay 
Guru blogger indonesia
Blog https://wijayalabs.com

olimpiade tik dan informatika nasional 2025

Info olimpiade tik dan informatika nasional 

Kekuatan Kebersamaan dan Semangat: Landasan Utama OTN Ketujuh

Pada tanggal 23 hingga 26 Oktober 2025, Hall 8 ICE BSD, Serpong, akan menjadi saksi dari kebersamaan, semangat, kreativitas, dan kompetisi para pelajar terbaik Indonesia dalam perhelatan OTN ke-7 (Olimpiade TIK dan Informatika Nasional).  Acara ini bukan sekadar arena kompetisi, melainkan panggung nasional yang menyatukan ribuan siswa dari berbagai penjuru negeri, guru-guru, pembina, dan komunitas teknologi dalam satu suasana penuh energi.

Bagi banyak peserta, berkompetisi di OTN bukan soal siapa yang paling unggul secara teknis saja. Lebih dari itu, ini adalah momentum di mana persahabatan terjalin, ide bersinggungan, dan semangat kolektif membentuk atmosfer positif. Di tengah gemuruh tantangan—lomba robotik, desain web, pembuatan game edukatif, video kreatif—terdapat nadi kebersamaan yang menggerakkan setiap individu untuk terus maju.

---

Jejak Sejarah dan Tema OTN 2025

Sejak diselenggarakan pertama kali pada 2016, OTN terus berkembang menjadi ajang yang dinanti-nantikan oleh pelajar dan pendidik.  Tahun 2025 menandai gelaran ketujuh, kembali di ICE BSD Serpong, setelah edisi sebelumnya juga dilaksanakan di tempat yang sama.  Panitia tahun ini mengusung tema “Technology For New Era”, sebagai semangat inovasi dan kolaborasi di era digital yang terus berubah cepat. 

Tema ini juga mengundang peserta untuk melihat teknologi bukan hanya sebagai alat, melainkan medium ekspresi, kreativitas, dan perubahan sosial. Melalui lomba-lomba yang dihadirkan, setiap tim dipaksa berpikir dari sisi bagaimana teknologi dapat membawa dampak positif bagi lingkungan, pendidikan, dan masyarakat luas.

---

Sportivitas dalam Kompetisi, Kebersamaan dalam Interaksi

Dalam kerangka sebuah kompetisi, sering kali yang paling terlihat adalah siapa yang juara, siapa yang kalah. Namun di OTN, kemenangan sejati tak melulu soal prestasi individu — melainkan tentang bagaimana peserta saling memberi semangat, berbagi ilmu, dan tumbuh bersama.

1. Dukungan Teman Se-Tim dan Lintas Sekolah

Ketika tim menghadapi problem teknis atau kesulitan langkah, suara temannya, tawa ringan, bahkan candaan sederhana bisa menjadi pemantik ide segar atau semangat kembali berdiri. Kebersamaan tim membantu memecah beban ketegangan dan menjaga fokus di tengah tekanan waktu.

2. Bertemu Teman Se-Provinsi dan Lintas Daerah

Di tengah arena ICE BSD, para peserta dari Aceh hingga Papua berkumpul. Meski dari sekolah, budaya, dan latar belakang berbeda, mereka menemukan titik temu dalam hasrat akan teknologi dan kompetisi. Interaksi di sela lomba — saat istirahat, di sudut hall, atau antrean snack — membangun solidaritas baru yang bersifat lintas wilayah.

3. Guru dan Pembina sebagai Penopang Semangat

Tak hanya siswa, peran guru dan pembina sangat vital. Mereka menyokong secara mental, memberikan insight teknis, dan kadang menjadi penghibur ketika semangat meredup. Kebersamaan antara guru dan peserta menjadi salah satu unsur penting agar proses kompetisi tetap manusiawi dan penuh kehangatan.

---

Semangat Kolektif sebagai Sumber Energi

Suatu kompetisi berskala nasional seperti OTN tentu memerlukan energi besar — dari peserta, panitia, hingga pendukung. Semangat kolektif bisa menjadi sumber daya yang tidak terlihat, namun terasa dalam setiap detik perlombaan.

Motivasi Bersama

Ketika satu tim berhasil melewati soal sulit, teriakan “Allahu akbar!”, tepuk tangan, sorakan spontan bisa terjadi. Momen seperti itu menyuntikkan semangat ke seluruh pengunjung arena. Mereka yang belum yakin akan kemampuan, melihat sisi manusiawi dari kompetisi dan merasa tak sendirian.

Mengatasi Kelelahan dan Tekanan

Dalam lomba maraton seperti kompetisi robotik atau coding intensif, kelelahan dan stres bisa menghampiri siapa pun. Namun, kebersamaan di tim atau dukungan dari tim lain menjadi obat. “Ayo lanjut, tinggal dua soal lagi”, “Coba ulang fungsi itu”, “Kalian bisa!” — kata-kata sederhana tapi bermakna besar dalam menjaga energi tetap menyala.

Belajar dari Kekalahan dan Bangkit Bersama

Tak semua tim akan mendapatkan medali atau gelar juara. Tetapi di situlah semangat kebersamaan diuji: ketika satu tim gagal di babak final, tim lain ikut memberi tepuk tangan apresiasi, memberikan dorongan agar tetap semangat di lain kesempatan. Kekalahan berubah menjadi pengalaman berharga ketika diam-diam diiringi empati dan dukungan.

---

Menyatukan Cita-cita Digital dan Persahabatan

OTN 2025 mempertemukan berbagai cabang lomba — robotik, desain web, game edukatif, video kreatif, e-sport edukatif, dan lain-lain — yang menggambarkan spektrum teknologi masa kini.  Dengan keberagaman ini, peserta tidak hanya diuji kompetensinya, melainkan seringkali dituntut untuk kolaborasi antar lintas bidang: misalnya tim coding harus bekerja sama dengan tim desain atau video kreatif agar proyek teknis mereka menarik secara konten.

Dalam suasana seperti ini, kebersamaan melebur antar segmen kompetisi. Seorang peserta desain bisa membantu tim robotik dalam merancang UI, tim video kreatif bisa berbagi insight audiovisual kepada peserta pembuatan game, dan seterusnya. Sinergi seperti ini memperkaya proses belajar dan memperkuat jaringan antar peserta.

---

ICE BSD sebagai Ruang Kolaborasi dan Inspirasi

Lokasi Hall 8 ICE BSD bukan sekadar panggung besar, tetapi ruang yang mendukung interaksi, show, pameran, dan networking. ICE BSD merupakan gedung konvensi dan pameran terbesar di Indonesia dengan luas total yang besar dan fasilitas premium.  Keluwesan ruang Hall 8 memungkinkan berbagai kegiatan yang melibatkan panggung utama, sudut pameran, booth inovasi, area istirahat, dan zona networking.

Dalam setiap sudut hall, peserta dapat berinteraksi secara tidak formal — berdiskusi soal solusi teknis, bertukar kontak, memamerkan proyek, atau sekadar menikmati suasana sesama pencinta teknologi. Kebersamaan tumbuh dari momen-momen “di luar kompetisi” itu.

---

Harapan dan Warisan Kekuatan Kebersamaan

Ketika tirai OTN ke-7 ditutup pada 26 Oktober 2025, bukan hanya pemenang yang akan dikenang — melainkan semangat kolektif, kebersamaan yang muncul di antara para peserta, dan jalinan relasi baru. Beberapa harapan dan warisan yang bisa muncul:

1. Kader Teknologi Masa Depan
Peserta yang pernah bersama di OTN bisa terus berkolaborasi hingga era kampus atau karier mereka, membangun startup, komunitas teknologi, atau riset digital.

2. Jejaring Lintas Wilayah
Siswa dari provinsi yang berbeda dapat menjadi sahabat teknologi, saling menguatkan bahkan setelah kompetisi usai.

3. Budaya Kolaborasi dalam Pendidikan
Guru dan sekolah yang menyaksikan keberhasilan OTN bisa mendorong budaya kerja tim, kolaborasi lintas kelas, dan penggunaan TIK sebagai media kolaboratif.

4. Inspirasi untuk Generasi Muda
Kisah kebersamaan, kegigihan, dan semangat yang muncul di OTN dapat menjadi cerita inspiratif bagi adik-adik sekolah, agar percaya bahwa teknologi dan inovasi bukan domain eksklusif, tapi bisa dijangkau bersama-sama.

---

Penutup

OTN ke-7 di Hall 8 ICE BSD, Serpong, bukan sekadar arena lomba. Ia adalah panggung yang merayakan kekuatan kebersamaan dan semangat generasi muda Indonesia dalam merajut masa depan digital mereka. Di balik setiap baris kode, robot yang bergerak, video kreatif, dan gagasan inovatif — tetap ada elemen utama: manusia yang saling menyemangati, bertukar pikiran, dan membangun jalinan pertemanan di tengah kompetisi.

Semoga OTN 2025 tidak hanya menghasilkan para juara, tetapi juga meninggalkan kenangan mendalam tentang bagaimana kebersamaan dan semangat bisa menggerakkan perubahan.

Klik https://www.otn.or.id