Selamat Datang di Blog Wijaya Kusumah

Untuk Pelayanan Informasi yang Lebih Baik, maka Isi Blog Wijaya Kusumah juga tersedia di blog baru di http://wijayalabs.com

Senin, 20 Oktober 2025

3 Pesan Penting Dari Pak Umedi

Inspirasi Pagi dari Pak Umedi yang Baik Hati: Ilmu, Ikhtiar, dan Memaafkan sebagai Jalan Hidup yang Menentramkan
(Ditulis oleh Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd – Guru Blogger Indonesia)

Setiap pagi, sebelum matahari sepenuhnya menyinari bumi, ada satu pesan bijak yang selalu hadir di layar ponsel banyak guru, sahabat, dan jamaah majelis ilmu. Pesan itu datang dari seorang guru yang dikenal baik hati, sederhana, dan penuh hikmah—beliau adalah Pak Umedi. Lewat rangkaian pesan singkat berjudul “Inspirasi Pagi”, ia mengingatkan kita tentang nilai-nilai kehidupan yang kadang terlupa di tengah kesibukan dunia modern.

Tiga hari terakhir, mulai Sabtu, 18 Oktober 2025, Ahad, 19 Oktober 2025, dan Senin, 20 Oktober 2025, beliau membagikan tiga renungan yang saling berkaitan: tentang ilmu yang tidak diamalkan, ikhtiar yang salah tempat bersandar, dan pentingnya menjaga hati dengan memaafkan. Tiga pesan sederhana, namun jika direnungkan mendalam, mampu menjadi panduan spiritual dan moral bagi siapa pun yang ingin hidup dengan hati tenang dan bermakna.

🌿 1. Ilmu yang Tidak Diamalkan, Hanya Jadi Beban

“Banyak orang mengejar ilmu, ikut kelas, seminar, bahkan membeli buku. Tapi sayangnya, setelah itu hanya berhenti di catatan, tidak pernah dipraktikkan,” tulis Pak Umedi pada Sabtu pagi.

Kalimat itu menohok siapa pun yang membaca. Sebab di era sekarang, mencari ilmu begitu mudah—cukup dengan membuka YouTube, membaca artikel daring, atau mengikuti pelatihan daring. Namun, yang sulit justru adalah mengamalkannya.

Ilmu, kata beliau, ibarat pedang. Jika hanya disimpan, ia akan berkarat. Tapi jika digunakan, ia menjadi senjata yang melindungi. Ini bukan hanya perumpamaan indah, tetapi sebuah ajakan untuk menghidupkan ilmu dalam perbuatan.

Seorang guru sejati tidak diukur dari seberapa banyak gelar akademiknya, tapi dari sejauh mana ia menebarkan manfaat dari ilmu yang dimiliki. Rasulullah SAW bersabda,
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain."
(HR. Ahmad)

Maka benar adanya, bahwa ilmu tanpa amal hanyalah beban. Ia menumpuk di kepala tapi tak menyentuh hati. Banyak orang pandai berbicara, tapi sedikit yang benar-benar menjalankan apa yang dikatakan. Ilmu seharusnya melahirkan ketundukan, bukan kesombongan. Ia menuntun kita menjadi pribadi rendah hati, bukan merasa lebih tinggi dari yang lain.

🌸 2. Jangan Salah Bersandar: Ikhtiar dan Tawakal

Keesokan harinya, Ahad, 19 Oktober 2025, Pak Umedi menulis pesan bertema “Jangan Salah Bersandar”. Pesan ini terasa menenangkan bagi siapa pun yang sedang berjuang namun belum melihat hasil.

“Kita sering lupa bahwa ikhtiar hanyalah jalan, bukan penentu hasil,” tulisnya.

Betapa sering kita kecewa karena merasa sudah berusaha sekuat tenaga, berdoa siang malam, tapi hasilnya tidak sesuai harapan. Padahal, kata beliau, hasil adalah hak Allah. Tugas manusia hanyalah berusaha dengan sungguh-sungguh dan kemudian bertawakal sepenuhnya kepada-Nya.

Beliau mengutip ayat mulia dalam QS. Ali ‘Imran ayat 159:

> “Apabila kamu telah bertekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”

Ayat ini mengajarkan keseimbangan antara ikhtiar dan pasrah. Kita boleh merencanakan, berstrategi, bahkan berjuang mati-matian. Namun, setelah semua dilakukan, kita harus sadar bahwa keputusan akhir bukan di tangan kita. Allah punya rencana yang lebih sempurna dari sekadar keinginan manusia.

Bagi para pendidik seperti Pak Umedi, pesan ini terasa sangat relevan. Guru seringkali sudah berusaha maksimal dalam mendidik, namun tidak semua murid berhasil sesuai harapan. Di situlah pentingnya tawakal. Karena yang menanam adalah manusia, tapi yang menumbuhkan adalah Allah.

Beliau menutup pesannya dengan kalimat lembut namun kuat:

> “Allah menunda hasil bukan karena Dia lupa, tapi karena Dia ingin menjaga hati kita tetap bergantung pada-Nya.”

🌼 3. Memaafkan: Obat bagi Hati yang Gelisah

Lalu di Senin, 20 Oktober 2025, Pak Umedi kembali hadir dengan tema yang tak kalah penting: memaafkan.

“Bila hari ini belum dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi orang lain, usahakan hari ini tidak melakukan kemarahan dan kebencian pada sesama,” tulisnya di awal pesan.

Di zaman ketika emosi mudah tersulut—baik di dunia nyata maupun dunia maya—nasihat ini terasa seperti air yang menyejukkan. Banyak orang mudah marah karena perbedaan pendapat, status media sosial, atau bahkan hal-hal sepele. Padahal, kemarahan hanya memperburuk keadaan dan merusak ketenangan hati.

Pak Umedi mengutip pesan sufi:

> “Kebencian akan membuat hatimu gelisah dan obatnya adalah memaafkan.”

Dan memperkuatnya dengan sabda Rasulullah SAW:

> “Orang yang paling baik adalah orang yang paling baik akhlaknya, dan orang yang paling baik akhlaknya adalah orang yang paling memaafkan.” (HR. Tirmidzi)

Memaafkan bukan berarti lemah. Justru di situlah letak kekuatan sejati. Orang yang bisa memaafkan berarti mampu mengendalikan egonya. Ia tidak membiarkan dendam menguasai hidupnya. Dalam konteks pendidikan, guru yang memaafkan muridnya bukan berarti kalah, tetapi sedang mendidik dengan kasih sayang.

🌅 4. Tiga Pesan, Satu Makna: Menjadi Manusia yang Tenang

Jika dicermati, tiga pesan dari Pak Umedi ini memiliki satu benang merah: ketenangan hati.

Ilmu yang diamalkan melahirkan ketenangan karena membawa manfaat.

Tawakal setelah ikhtiar melahirkan ketenangan karena kita bersandar pada Allah.

Memaafkan melahirkan ketenangan karena kita membebaskan diri dari beban kebencian.

Ketiganya adalah pilar utama dalam menjalani kehidupan yang damai dan bermakna. Pak Umedi tidak hanya menulis kata-kata indah, tetapi juga memberikan arah hidup yang praktis dan penuh hikmah. Inilah ciri khas beliau—menyampaikan nilai-nilai agama dan moral dengan bahasa yang lembut, sederhana, namun menghunjam ke hati.

---

🌻 5. Menebar Cahaya Setiap Pagi

Bagi banyak guru dan sahabat yang menerima pesan Inspirasi Pagi dari Pak Umedi, setiap kalimatnya menjadi penyemangat memulai hari. Dalam suasana kerja yang melelahkan, dalam tantangan hidup yang makin kompleks, kata-kata beliau menjadi oase penyejuk jiwa.

Bisa jadi, inilah bentuk ilmu yang diamalkan. Beliau tidak hanya tahu, tapi juga berbagi. Ia tidak sekadar mengingatkan, tapi menggerakkan. Setiap pesan adalah bentuk nyata dari amal jariyah—ilmu yang terus mengalir manfaatnya.

Dan seperti biasanya, setiap pesan beliau selalu ditutup dengan dua kalimat penuh doa dan semangat:

> “Tetap Semangat”
“Barakallah fiikum”

Dua kalimat yang sederhana namun luar biasa maknanya—seolah mengajak kita untuk tetap tegar, tetap positif, dan tetap berbuat baik di tengah segala situasi.

🌞 Penutup

Dalam dunia yang serba cepat ini, di mana notifikasi tak pernah berhenti dan kabar buruk mudah viral, kehadiran sosok seperti Pak Umedi menjadi anugerah. Ia mengingatkan kita untuk kembali kepada esensi: menjalani hidup dengan ilmu, ikhtiar, dan hati yang bersih.

Semoga kita semua bisa meneladani semangat beliau: terus belajar, terus berbuat baik, dan terus menebar kebaikan setiap pagi. Karena sebagaimana kata beliau,

> “Ilmu tanpa amal hanyalah beban, tapi ilmu yang diamalkan akan jadi cahaya.”

Maka, marilah kita jadikan setiap pagi sebagai kesempatan baru untuk menyalakan cahaya itu—bagi diri sendiri, keluarga, dan sesama manusia.

Tetap Semangat!
Barakallah fiikum. ✨

Salam blogger persahabatan
Wijaya Kusumah - omjay 
Guru blogger Indonesia 
Blog https://wijayalabs.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar pada blog ini, dan mohon untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan yang benar.