Selamat Datang di Blog Wijaya Kusumah

Untuk Pelayanan Informasi yang Lebih Baik, maka Isi Blog Wijaya Kusumah juga tersedia di blog baru di http://wijayalabs.com

Minggu, 23 November 2025

Guru Pilar yang Menyangga Negeri

Guru: Pilar yang Menyangga Negeri, Namun Masih Berdiri di Atas Ketidakpastian

Di balik kemajuan sebuah bangsa, selalu ada para guru yang bekerja dalam senyap. Mereka hadir setiap pagi ketika banyak orang masih terlelap, dan pulang ketika hampir semua pekerjaan lain telah usai. Mereka menghabiskan tenaga, waktu, dan air mata untuk memastikan setiap anak Indonesia mendapat masa depan yang lebih baik.

Namun di balik dedikasi itu, masih terdapat kegelisahan yang belum juga menemukan jawaban: ketidakpastian status, karier, dan kesejahteraan guru.

Antara PNS dan PPPK: Dua Jalur, Satu Pengabdian

Secara regulasi, ASN terbagi menjadi dua: PNS dan PPPK. Namun di lapangan, keduanya sama-sama mengajar, sama-sama berdiri di depan kelas, sama-sama memikul amanah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Perbedaannya?

PNS memiliki kepastian status hingga masa pensiun. Ada rasa tenang bagi keluarganya, ada jaminan hari tua yang jelas.

PPPK berada dalam sistem kontrak pemerintah daerah. Masa depan kariernya masih seperti langit berawan: terlihat terang, namun setiap saat dapat berubah. Hak pensiun pun belum sekuat PNS, meski proses seleksinya sama sulitnya.

Di ruang-ruang guru, sering terdengar keluhan lirih dari mereka yang bertahun-tahun mengabdi, tetapi masih berada di persimpangan status. Mereka bertanya dalam hati:

> “Mengapa ketika tugas dan tanggung jawab kami sama, hak dan masa depan kami berbeda?”

Pertanyaan itu mungkin sederhana, tetapi menyimpan luka yang tidak kecil.

Guru Honorer: Mereka yang Tak Pernah Tercatat Namun Selalu Hadir

Undang-undang dan peraturan pemerintah sebenarnya menegaskan bahwa guru honorer daerah tidak seharusnya ada. Namun realitas berkata lain.

Di pelosok-pelosok negeri, guru honorer masih berdiri tegak, mengabdi dengan gaji yang kadang jauh di bawah standar layak.
Ada yang hanya menerima ratusan ribu rupiah per bulan, namun tetap mengajar dengan senyum yang tidak pernah padam.

Mereka tidak pernah menuntut banyak.
Mereka hanya ingin diakui dan diberikan kepastian.

Guru Swasta: Penjaga Mutu yang Sering Terlupa

Di balik gedung-gedung sekolah swasta, ada pendidik yang juga bekerja tanpa lelah. Mereka bukan ASN, bukan honorer, bukan PPPK. Mereka adalah guru swasta—yang sering berada di antara idealisme dan keterbatasan.

Padahal tanpa mereka, jutaan anak Indonesia tak akan mendapatkan akses pendidikan yang layak. Namun kesejahteraan mereka masih perlu ditingkatkan, baik melalui insentif, subsidi, maupun perlindungan tenaga kerja.

Satu Pengabdian, Maka Seharusnya Satu Kepastian

Kondisi-kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar dalam dunia pendidikan:
Mengapa pendidik yang menjalankan tugas dan beban kerja yang sama, justru diterima dengan status dan perlakuan yang berbeda?

Untuk itu, dengan penuh hormat, aspirasi berikut perlu dipertimbangkan demi masa depan pendidikan Indonesia:

1. Menyatukan jalur ASN menjadi satu status: PNS.

Agar tidak ada lagi jurang perbedaan bagi mereka yang menjalankan tugas mulia yang sama.

2. Jika jalur PPPK tetap diperlukan, beri jalan menjadi PNS.

Terutama bagi guru-guru yang telah mengabdi puluhan tahun, memiliki rekam jejak baik, dan terbukti layak.

3. Guru honorer yang tersisa perlu diikutsertakan seleksi PNS secara terstruktur dan adil.

Bersama dengan guru swasta agar semua pendidik punya kesempatan menuju status yang pasti.

4. Kesejahteraan guru swasta perlu menjadi agenda penting negara.

Karena mereka bagian tak terpisahkan dari ekosistem pendidikan nasional.

5. Perbaikan dan pemerataan fasilitas sekolah.

Baik negeri maupun swasta berhak memiliki ruang belajar yang aman, nyaman, dan ramah anak.

Jika Guru adalah Pilar, Maka Negara Harus Menjadi Payungnya

Bangsa ini dibangun oleh doa, kerja keras, dan keikhlasan para guru. Namun kita tidak bisa terus membiarkan mereka berdiri di atas ketidakpastian.

Guru membutuhkan status yang jelas, pengakuan yang layak, dan masa depan yang terjamin—sebagaimana anak-anak kita membutuhkan mereka setiap hari.

Jika negara benar-benar menganggap guru sebagai pilar pendidikan, maka sudah sewajarnya negara juga memberikan:

Kepastian karier

Perlindungan kerja

Kesejahteraan yang sepadan

Fasilitas pendukung yang memadai

Aspirasi ini bukan sekadar permintaan.
Ini adalah suara hati dari mereka yang setiap hari berada di barisan terdepan perjuangan intelektual bangsa.

Penutup: Untuk Indonesia yang Lebih Adil dan Bermartabat

Kami menyampaikan aspirasi ini dengan penuh hormat dan kecintaan terhadap dunia pendidikan. Semoga pemerintah dan pemangku kebijakan dapat mendengar dan mempertimbangkan harapan para pendidik di seluruh negeri.

Karena ketika guru merasa dihargai, maka anak-anak bangsa akan tumbuh dalam pendidikan yang lebih manusiawi.
Dan ketika pendidik mendapatkan kepastian hidup, maka Indonesia akan melangkah menuju masa depan yang lebih kuat, adil, dan bermartabat.

Salam blogger persahabatan 
Wijaya Kusumah - omjay 
Guru blogger indonesia 
Blog https://wijayalabs.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar pada blog ini, dan mohon untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan yang benar.