Selamat Datang di Blog Wijaya Kusumah

Untuk Pelayanan Informasi yang Lebih Baik, maka Isi Blog Wijaya Kusumah juga tersedia di blog baru di http://wijayalabs.com

Minggu, 21 September 2025

Belajar Dari Vietmam Dalam Mereformasi Pendidikan

Belajar dari Vietnam: Reformasi Guru, Kesejahteraan, dan Harapan Indonesia Emas 2045

Pembukaan

Vietnam, negara yang dulunya dikenal miskin pascaperang, kini muncul sebagai salah satu bintang baru pendidikan di Asia Tenggara. Hasil studi internasional seperti PISA menunjukkan bahwa murid Vietnam mampu bersaing dengan negara-negara maju. Salah satu kunci keberhasilan mereka adalah reformasi pendidikan yang serius, termasuk menaikkan gaji guru dan menempatkan guru sebagai profesi terhormat.

Pertanyaannya: bisakah Indonesia menempuh jalan serupa menjelang 100 tahun kemerdekaan di 2045?

Vietnam: Dari Luka Perang ke Kebangkitan Pendidikan

Vietnam pernah mengalami masa kelam setelah perang panjang melawan Amerika Serikat. Namun, sejak era reformasi ekonomi Đổi Mới tahun 1986, mereka tidak hanya fokus membangun sektor industri dan perdagangan, tetapi juga pendidikan. Pemerintah menyadari bahwa kualitas sumber daya manusia adalah kunci kebangkitan bangsa.

Reformasi pendidikan di Vietnam mencakup beberapa hal:

1. Pembaruan kurikulum yang menekankan literasi, numerasi, dan keterampilan abad ke-21.

2. Peningkatan pelatihan guru agar mereka siap menghadapi perubahan zaman.

3. Peningkatan kesejahteraan guru melalui gaji dan tunjangan yang lebih layak.

4. Penguatan infrastruktur sekolah, khususnya di daerah terpencil.

Langkah-langkah itu membuat Vietnam melesat. Pada PISA 2022, Vietnam mencatat skor rata-rata math 483, reading 462, science 485 — jauh lebih tinggi dibanding rata-rata Indonesia (math 366, reading 371, science 383). Skor ini mendekati negara-negara maju, padahal Vietnam termasuk negara berpendapatan menengah.

Indonesia: Masih Tertinggal, Tapi Berpotensi

Bagaimana dengan Indonesia?

Indonesia punya jumlah guru dan siswa yang jauh lebih besar dibanding Vietnam. Namun, masalah mendasar masih menjerat:

Gaji guru honorer rendah. Banyak guru hanya mendapat Rp300 ribu–Rp1 juta per bulan, jauh dari cukup untuk hidup layak.

Status tidak jelas. Meski ada program PPPK, masih banyak guru honorer yang menunggu kepastian.

Beban administrasi tinggi. Guru lebih banyak mengisi laporan daripada fokus mengajar.

Infrastruktur pendidikan tidak merata. Sekolah di perkotaan jauh lebih maju dibanding di pelosok.

Skor PISA Indonesia masih rendah, menandakan kualitas pendidikan yang belum optimal. Namun, bukan berarti harapan itu hilang. Dengan penduduk muda yang besar dan komitmen anggaran pendidikan minimal 20% dari APBN, peluang untuk memperbaiki sistem masih terbuka lebar.

Gaji Guru: Kunci Reformasi

Satu pelajaran penting dari Vietnam adalah menyejahterakan guru.

Guru yang sejahtera tidak lagi pusing memikirkan kebutuhan hidup, sehingga mereka bisa mengajar dengan hati yang tenang. Di Vietnam, walau masih ada perbedaan antarwilayah, pemerintah berusaha menaikkan tunjangan dan memberikan tambahan insentif untuk menarik orang-orang terbaik menjadi guru.

Di Indonesia, kondisi sebaliknya masih sering ditemui. Banyak guru honorer mencari pekerjaan sampingan, dari berjualan online hingga menjadi ojek, hanya untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Ironis, mengingat guru adalah aktor utama dalam mencetak generasi emas 2045.

Peran Strategis PGRI

Di sinilah PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) berperan penting.

PGRI bukan hanya organisasi profesi, tapi seharusnya menjadi kekuatan politik moral untuk memperjuangkan guru. PGRI harus konsisten menuntut:

Kenaikan gaji guru yang layak.

Perbaikan status guru honorer.

Pengurangan beban administratif.

Program pelatihan dan sertifikasi yang benar-benar meningkatkan kompetensi, bukan sekadar formalitas.

Jika PGRI hanya diam, guru akan terus menjadi korban kebijakan yang setengah hati.

Komentar Omjay

Menurut Omjay (Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd), Guru Blogger Indonesia, reformasi pendidikan tidak bisa ditunda lagi:

> “Kalau Vietnam bisa, mengapa Indonesia tidak bisa? Semua tergantung pada kemauan politik kita. Guru adalah kunci utama. Naikkan gaji guru, berikan pelatihan berkualitas, dan hargai profesinya. Jangan biarkan guru terus dibebani masalah birokrasi tanpa kejelasan kesejahteraan. Indonesia Emas 2045 hanya bisa tercapai kalau guru diberi tempat terhormat di negeri ini.”

Kata-kata Omjay ini menyentuh, mengingatkan kita bahwa tanpa guru yang sejahtera, mustahil ada murid yang cerdas.

Komentar Pak Rohmani

Pak Rohmani, mantan anggota DPR RI dari PKS, juga menekankan pentingnya keberpihakan politik terhadap guru:

> “Guru itu bukan sekadar profesi, tapi pilar utama bangsa. Kalau kita serius ingin Indonesia menjadi negara maju di 2045, jangan lagi jadikan guru sebagai kelas dua. Pemerintah harus berani seperti Vietnam: berikan gaji layak, perbaiki sistem rekrutmen, dan kurangi beban administratif. Biarkan guru fokus mendidik anak bangsa.”

Komentar ini menegaskan bahwa reformasi pendidikan bukan hanya urusan teknis, melainkan urusan keberanian politik.

Roadmap Menuju 2045

Jika Indonesia ingin mengejar atau bahkan melampaui Vietnam, ada beberapa langkah penting:

1. Meningkatkan anggaran pendidikan secara efektif, bukan hanya besar di atas kertas tapi juga sampai ke sekolah dan guru.

2. Menjamin kesejahteraan guru lewat gaji, tunjangan, dan jaminan sosial.

3. Menguatkan profesionalisme guru lewat pelatihan berkelanjutan dan evaluasi yang adil.

4. Mengurangi birokrasi, agar guru bisa fokus mengajar, bukan mengurus berkas.

5. Membangun kolaborasi antara PGRI, pemerintah, DPR, dan masyarakat untuk bersama-sama mengawal reformasi.

Penutup

Vietnam menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa yang serius mengangkat derajat guru akan menuai hasil nyata. Indonesia punya kesempatan yang sama. Tahun 2045 bukanlah waktu yang lama.

Jika guru terus dipandang sebelah mata, cita-cita Indonesia Emas 2045 hanya akan menjadi jargon. Tetapi jika guru diberi penghargaan setinggi-tingginya, diberi gaji layak, dan dibebaskan dari beban yang tidak perlu, maka Indonesia bisa melahirkan generasi emas yang sesungguhnya.

Guru adalah pelita bangsa, pondasi peradaban, sekaligus arsitek masa depan. Karena itu, reformasi pendidikan harus dimulai dari guru, dan dimulai sekarang juga.

Salam blogger persahabatan 
Wijaya Kusumah - omjay 
Guru blogger Indonesia 
Blog https://wijayalabs.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar pada blog ini, dan mohon untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan yang benar.