Air Mata Pendidikan: Saat Nadiem Makarim Ditahan Kejaksaan Agung
Nadiem Anwar Makarim, figur muda penuh semangat dan harapan di kancah pendidikan Indonesia, kini tengah menghadapi bab paling kelam dalam kariernya: ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi pengadaan Chromebook oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) pada 4 September 2025.
Harapan yang Pernah Menyala
Namanya dulu melambung tinggi: lulusan Brown dan Harvard, pendiri Gojek—decacorn pertama Tanah Air—lalu kemudian diangkat menjadi Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (2019–2024). Di saat rakyat menanti perubahan, ia dikenal sebagai anak muda yang gigih berinovasi.
Harapannya begitu besar: pendidikan inklusif, berintegritas, dan modern. Ia menjadi simbol generasi baru pemimpin yang membawa optimisme.
Titik Balik Gelap
Namun semua harapan itu luluh lantak saat Kejagung menetapkannya sebagai tersangka kasus korupsi pengadaan laptop Chromebook, yang diduga menyebabkan negara merugi hingga Rp 1,98 triliun.
Nadiem diperiksa tiga kali oleh penyidik, hingga akhirnya ditahan selama 20 hari di Rutan Salemba. Dari ruang kerja menteri ke balik jeruji besi, perjalanan hidupnya seolah berbalik drastis.
Deretan Bukti yang Membekukan
Mengapa Nadiem dililit kasus ini? Berdasarkan Kejagung, penetapan tersangka berdasar keterangan saksi, ahli, dokumen, serta hasil pemeriksaan terhadap sekitar 120 saksi dan 4 ahli.
Kejagung menyoroti perannya dalam pertemuan dengan Google Indonesia, rapat tertutup dengan staf, hingga penetapan spesifikasi Chrome OS sebelum lelang dimulai.
Luka pada Masa yang Dulu Penuh Janji
Hal yang paling menyakitkan adalah momen ini datang setelah Nadiem gigih mendorong program antikorupsi saat menjabat. Publik yang dahulu menaruh kepercayaan kini diliputi kecewa: bagaimana bisa sosok yang mengusung moralitas justru dilekatkan dengan dugaan pelanggaran etik terparah?
Drama Dua Penyelidikan Simultan
Ironisnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga masih menyelidiki kasus berbeda: dugaan korupsi pengadaan Google Cloud di Kemendikbudristek. Dua jalur hukum kini menjerat satu nama yang dulu dielu-elukan sebagai tokoh perubahan.
Komentar Omjay: Guru Blogger Indonesia
Omjay, seorang guru yang konsisten menyuarakan integritas dalam pendidikan, menanggapi kabar ini dengan nada getir:
> “Saya sangat sedih mendengar kabar ini. Nadiem dulu kami kenal sebagai anak muda yang visioner, yang berani melakukan terobosan dalam dunia pendidikan. Tapi ketika namanya dikaitkan dengan dugaan korupsi, rasa kecewa itu sulit terelakkan. Guru-guru di lapangan sudah berjuang dengan segala keterbatasan, berharap ada kebijakan yang bersih dan berpihak pada murid. Kalau ternyata ada penyalahgunaan wewenang, itu bukan hanya melukai negara, tapi juga merobek hati para guru. Kita semua berharap proses hukum berjalan adil, dan menjadi pelajaran berharga bahwa integritas adalah kunci dalam memimpin.”
Suara Guru dari Lapangan
Siti Rahma, seorang guru SMP di Bekasi yang sempat menerapkan Kurikulum Merdeka, juga ikut berkomentar:
> “Kami para guru sempat merasa punya harapan baru dengan Kurikulum Merdeka. Banyak hal yang baik, seperti pembelajaran berbasis proyek yang membuat siswa lebih aktif. Tapi kabar korupsi ini membuat kami sedih. Rasanya usaha guru di lapangan jadi ternodai. Kami ingin pemimpin pendidikan benar-benar bersih agar kebijakan bagus tidak kehilangan kepercayaan publik.”
Suara Siswa yang Merasa Tertinggal
Bima, seorang siswa kelas XI di Yogyakarta, juga berbicara:
> “Kami dulu senang dapat Chromebook di sekolah, katanya untuk membantu belajar daring. Tapi nyatanya banyak yang rusak, lambat, bahkan jarang dipakai. Kalau benar ada korupsi, kami yang jadi korban. Harapan kami, jangan ada lagi siswa yang dirugikan karena permainan orang dewasa.”
Penutup: Trauma Kolektif Pendidikan
Ini adalah cerita tentang kegagalan harapan. Tentang sosok yang pernah mencuri perhatian sebagai agen perubahan, namun kini berada dalam jeruji tersangka—dengan tudingan merusak kepercayaan publik dan menggerus masa depan pendidikan.
Kisah Nadiem bukan sekadar berita, melainkan cermin kolektif bangsa yang didera kekecewaan. Ia mengingatkan bahwa betapa rapuhnya reputasi saat dihadapkan pada kabut hukum dan moral.
Seperti kata Omjay, integritas adalah kunci. Tanpa itu, semua gelar, jabatan, dan prestasi bisa hancur seketika.
✍️ Penulis: Wijaya Kusumah (Omjay) – Guru Blogger Indonesia
Salam blogger persahabatan
Wijaya Kusumah - omjay
Guru blogger Indonesia
Blog https://wijayalabs.com
Saya Sangat Salut Sama beliau atas inovasi-inovasi nya dalam dunia Pendidikan, Yang Menciptakan Guru Penggerak dan Pembelajaran Daring. Semoga Cepat Terselesaikan Kasusnya
BalasHapus