Buah dari Meyakiti Guru, H Arlan Diperiksa Kemendagri, Ditegur Partai Gerindra Pimpinan Prabowo Subianto
Oleh: Omjay (Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd – Guru Blogger Indonesia)
Drama politik dan pendidikan di Prabumulih kini telah menjadi sorotan nasional. H. Arlan, Walikota Prabumulih, tak menyangka keputusannya terkait mutasi kepala sekolah berujung panjang.
Derita karena menyakiti guru benar-benar nyata, sampai membuat Kemendagri ikut turun tangan dan partai Gerindra pun harus memberi teguran.
Sebagai seorang guru, hati saya Wijaya Kusumah - omjay tersayat membaca kisah Kepala SMPN 1 Prabumulih, Roni Ardiansyah. Video perpisahan penuh air mata itu viral di media sosial dan menggugah nurani kita semua.
Betapa malang nasib seorang guru yang hanya menegur murid, lalu harus menanggung konsekuensi berat: dicopot dari jabatannya. Apalagi kabar beredar, murid yang ditegur bukan sembarangan, melainkan anak seorang Walikota.
Saya langsung teringat sebuah pepatah Jawa: “Wong pinter kalah karo wong bejo, nanging wong bejo kalah karo wong sing duwe laku.”
Orang pintar bisa kalah dengan orang beruntung, tapi orang beruntung tetap kalah dengan orang yang istiqomah dalam kebenaran.
Guru yang menegakkan disiplin adalah orang yang punya laku, punya komitmen menjaga martabat pendidikan. Sayangnya, justru mereka sering jadi korban dari sistem yang lebih berpihak pada kekuasaan.
H. Arlan tentu berusaha membantah. Ia mengatakan mutasi itu hal wajar, bukan karena persoalan anaknya. Namun publik punya logika sendiri.
Semakin keras bantahan, semakin keras pula kecurigaan. Sama halnya ketika seseorang bilang “saya tidak marah,” padahal wajahnya merah padam seperti kepiting rebus.
Kini giliran Kemendagri turun tangan. Inspektorat Jenderal memanggil Walikota, Kepala Sekolah, dan pejabat terkait untuk klarifikasi.
Partai Gerindra pun tidak tinggal diam. Ketua DPD Gerindra Sumsel, Kartika Sandra Desi, menegur langsung kadernya itu. Sebuah sinyal kuat bahwa urusan pendidikan bukan sesuatu yang bisa disepelekan.
Dalam kasus ini, kita belajar satu hal penting: jangan main-main dengan guru. Guru adalah benteng terakhir akal sehat bangsa.
Jika benteng itu dihancurkan demi gengsi pribadi, kehancuran justru akan berbalik menimpa penguasa. Inilah yang harus dipegang para pemimpin daerah.
Ketua Umum PB PGRI, Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd, pernah menyampaikan pesan tegas:
“Guru harus dilindungi, bukan disakiti. Guru adalah kunci lahirnya generasi emas. Bila guru terus-menerus dilemahkan, jangan harap kita bisa membangun pendidikan bermutu.”
Pesan ini sangat relevan dengan kasus di Prabumulih. Ketika seorang guru berani menegur murid, itu bukan tindakan semena-mena, melainkan bagian dari kasih sayang.
Teguran guru adalah doa agar murid tidak salah jalan. Namun, alangkah menyedihkan jika teguran itu justru dibalas dengan mutasi, seolah-olah guru tidak punya harga diri di hadapan kekuasaan.
Saya menjadi teringat perjalanan panjang dunia pendidikan kita. Pernah ada menteri yang harus dicopot karena urusan pendidikan.
Kejadian Itu menjadi pelajaran besar bahwa jabatan hanyalah titipan sementara, sedangkan guru adalah penopang peradaban yang abadi.
Kini publik menunggu hasil pemeriksaan Kemendagri. Apakah H. Arlan akan mendapat sanksi administratif atau sekadar teguran? Kita tunggu saja hasilnya.
Kita tidak tahu. Tapi satu hal pasti: simpati publik sudah berpihak pada guru. Dalam hati masyarakat, doa guru yang terzalimi lebih tajam dari seribu pedang, lebih keras dari palu hukum mana pun.
Sebagai guru dan penulis, saya Wijaya Kusumah - omjay hanya bisa berpesan kepada para penguasa: berhentilah meremehkan guru.
Hargai mereka, dengarkan mereka, dan lindungi mereka. Sebab, jika doa guru sudah melayang ke langit, tak ada tembok kekuasaan yang bisa menahannya.
Mari kita jadikan kasus Prabumulih ini sebagai titik balik. Jangan lagi ada guru yang harus menangis karena mempertahankan martabat profesinya.
Sebaliknya, biarlah guru berdiri tegak sebagai sosok yang dihormati, karena dari merekalah cahaya ilmu menyinari bangsa. Guru adalah insan cendekia yang harus dijaga dan dihormati oleh semua. Tanpa guru kita bisa apa?
Salam Blogger Persahabatan
Wijaya Kusumah - omjay
Guru blogger Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar pada blog ini, dan mohon untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan yang benar.