Selamat Datang di Blog Wijaya Kusumah

Untuk Pelayanan Informasi yang Lebih Baik, maka Isi Blog Wijaya Kusumah juga tersedia di blog baru di http://wijayalabs.com

Senin, 29 September 2025

MBG Makan Bergizi Gratis dan Keracunan yang Datang Kepada Siswa

Kisah Omjay:

MBG – Gizi Belum Dapat tapi Keracunan Sudah Datang: Apa yang Salah?

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) lahir dengan cita-cita mulia. Pemerintah ingin memastikan anak-anak Indonesia mendapatkan asupan gizi yang sehat, seimbang, dan terjangkau. Harapannya, program ini menjadi jawaban atas masalah gizi buruk, stunting, hingga ketimpangan asupan makanan di sekolah-sekolah.

Namun, niat baik itu berbelok arah. Alih-alih menyehatkan, justru keracunan massal muncul lebih dulu sebelum manfaat gizi bisa dirasakan. Data hingga akhir September 2025 mencatat 8.649 anak menjadi korban keracunan setelah mengonsumsi makanan dari program MBG. Lonjakan terbesar terjadi dalam dua pekan terakhir dengan tambahan 3.289 kasus baru. Kabupaten Bandung Barat bahkan disebut-sebut sebagai episentrum dengan lebih dari 1.300 korban keracunan.

Apa yang Salah?

Pertanyaan ini menggema di masyarakat. Bagaimana mungkin program besar yang melibatkan banyak pihak justru menimbulkan masalah serius? Pemerintah sendiri sudah menggelar rapat koordinasi lintas kementerian. Hasilnya, sejumlah langkah strategis diputuskan: dapur MBG yang bermasalah ditutup sementara, disiplin juru masak dievaluasi, kualitas bahan pangan diperketat, sanitasi dan pengelolaan air diperbaiki, hingga mewajibkan semua dapur MBG memiliki sertifikasi laik higiene.

Langkah ini tentu penting, namun masyarakat bertanya: mengapa semua ini tidak disiapkan sejak awal? Apakah terlalu terburu-buru demi mengejar target politik tanpa memastikan fondasi pelaksanaan yang kuat?

Suara Ahli Kesehatan

Dalam Webinar Hati Pena #174 yang akan digelar Kamis, 2 Oktober 2025, hadir Dr. Andi Khomeini Takdir Haruni — dokter, penulis, dan pengamat kesehatan masyarakat yang dikenal kritis menyoroti kebijakan publik. Dengan pengalamannya, Dr. Andi diyakini mampu mengajak publik untuk menelisik lebih dalam akar persoalan MBG. Baginya, program gizi bukan sekadar soal membagikan makanan, melainkan bagaimana memastikan rantai penyediaan, pengolahan, hingga distribusi pangan berjalan sesuai standar kesehatan.

Dr. Andi menegaskan, "Satu kesalahan dalam penanganan makanan bisa berakibat fatal. Keracunan massal bukan hanya soal dapur, tapi soal sistem yang tidak disiapkan dengan benar."

Komentar Omjay: Guru Harus Bicara

Sebagai seorang pendidik sekaligus Sekjen Ikatan Guru Informatika PGRI, saya, Omjay (Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd.), merasa terpanggil untuk menanggapi fenomena ini. Saya melihat langsung bagaimana anak-anak di sekolah sangat antusias ketika program makan bergizi diluncurkan. Mereka merasa diperhatikan. Namun, kegembiraan itu sirna ketika kasus keracunan justru menimpa teman-teman mereka.

Program sebesar MBG seharusnya tidak hanya menjadi janji politik, tetapi harus benar-benar berpihak pada anak-anak. Guru di sekolah bisa menjadi garda terdepan dalam memantau kualitas makanan yang disajikan, namun tentu guru tidak bisa bekerja sendirian. Diperlukan sinergi antara pemerintah, sekolah, tenaga kesehatan, dan masyarakat.

Saya sering mengingatkan, teknologi seharusnya bisa membantu. Dengan sistem informasi yang baik, pengawasan kualitas makanan bisa dilakukan lebih cepat dan transparan. Dari pengadaan bahan baku hingga distribusi, semuanya bisa dilacak. Jangan sampai kasus keracunan berulang hanya karena lemahnya koordinasi dan kontrol.

Menjaga Kepercayaan Publik

Keracunan massal dalam program MBG telah menimbulkan krisis kepercayaan. Orang tua mulai khawatir, guru cemas, anak-anak takut. Padahal, jika dijalankan dengan benar, MBG bisa menjadi salah satu terobosan besar untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia sejak dini.

Ke depan, pemerintah harus menjadikan peristiwa ini sebagai pelajaran berharga. Jangan menutup mata atau sekadar menyalahkan teknis di lapangan. Justru dari sinilah kesempatan untuk memperbaiki sistem agar lebih kokoh.

Masyarakat tentu masih ingin percaya pada program ini. Namun kepercayaan itu hanya bisa kembali jika pemerintah berani melakukan evaluasi menyeluruh, transparan, dan berbasis data. Anak-anak kita berhak mendapatkan makanan bergizi — bukan keracunan yang merampas masa depan mereka.

Salam blogger persahabatan
Omjay
Guru blogger Indonesia
Blog https://wijayalabs.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar pada blog ini, dan mohon untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan yang benar.