Selamat Datang di Blog Wijaya Kusumah

Untuk Pelayanan Informasi yang Lebih Baik, maka Isi Blog Wijaya Kusumah juga tersedia di blog baru di http://wijayalabs.com

Rabu, 11 Februari 2009

Darimana Mau kemana?

Terus terang hati saya galau ketika membaca berita dan informasi yang saya dapatkan. Baik itu dari koran maupun dari internet. Mulai dari pimpinan parpol yang salah ucap sampai anak kecil yang jadi dukun sakti. Ada juga berita duka cita, 4 orang sudah meninggal gara-gara berobat di dukun sakti. Belum lama pula kita dengar mahasiswa ITB meninggal karena kegiatan kemahasiswaan, juga ketua DPRD medan yang meninggal akibat serangan jantung dan pukulan dari masa pendemo. Sungguh perbuatan yang biadab.

Melihat fenomena itu, saya lantas berpikir. Apakah kita sudah tidak tahu lagi tujuan hidup kita di dunia ini? Darimana mau kemana. Itulah yang menjadi judul tulisan ini. Nampaknya kita sudah lupa bahwa hidup kita di dunia ini hanyalah sementara. Masih ada kehidupan lain di akhirat sana yang merupakan perwujudan dari amal perbuatan kita. Tak kita sadari bahwa hidup ini hanya sekali dan kita akan menghadapi kematian.

Darimana mau kemana harus kita renungkan dengan penuh ke-kusyuk’-an. Kalau semua tahu untuk apa kita hidup, pastilah kita akan berusaha untuk senantiasa menjaga lisan dan tingkah laku. Menjaga akhlak agar tetap terjaga sampai maut menjemput. Tak ada kehidupan yang abadi di dunia ini.

Saya teringat masa kecil tentang cerita guru ngaji saya ketika mengaji di Musholla Nurul Iman.

Pak ustadz itu membuat kami semua terdiam mendengarkan ceritanya tentang RAJA yang akan meminta pulang rakyatnya kapanpun dia mau tak ada yang bisa menolaknya.

Beginilah ceritanya yang masih saya ingat.

Pada zaman dahulu kala ada seorang raja yang sangat adil dan dicintai oleh rakyatnya. Sang raja memerintahkan kepada seluruh rakyatnya untuk merantau ke negeri lain. Namun, sang raja berpesan, bila sampai waktu kalian, maka aku akan memintamu pulang. Karena waktu merantau untukmu akulah yang menentukan. Aku bisa menyuruhmu merantau seratus tahun, tapi aku bisa juga memintamu kembali kepadaku hanya dalam waktu hitungan detik. Kuberikan setiap diri dari kalian 2 orang pengawal yang senantiasa mencatat perbuatanmu di negeri orang.

Berdasarkan sabda raja itu, seluruh rakyat menyambutnya dengan suka cita. Semua rakyat berjanji untuk pulang. Semua mempersipkan diri untuk merantau ke negeri lain.

Mulailah mereka berangkat satu persatu keluar dari negeri indah itu. Namun, ada beberapa rakyat yang dipanggil pulang oleh raja lebih dulu. Ada yang baru sampai halaman pagar sudah dipanggil lagi, dan ada yang sudah sampai pintu gerbang, dipanggil lagi oleh sang raja. Namun banyak sekali yang dibiarkan oleh raja merantau ke negeri lain. Raja membiarkan rakyatnya bebas memilih, negeri mana yang jadi sandaran hidupnya.

Alkisah, telah banyak rakyatnya yang telah merantau rindu ingin kembali pulang dan selalu ingat sang raja. Setiap hari mereka tak lupa menyebut nama sang raja dan selalu berbuat kebajikan. Perasaan rindu kepada sang raja tak terukir. Tetapi ada juga yang melupakan sang raja. Asyik merantau dengan negeri barunya yang penuh dengan kemewahan hidup. Mereka lupa perjanjian dengan sang raja, bahwa suatu ketika mereka akan dipanggil pulang. Mereka lupa bahwa mereka hanya sementara saja merantau dan akan kembali lagi ke negeri asalnya. Mereka pun lupa bahwa dalam dirinya ada 2 pengawal yang senantiasa mencatat amal perbuatannya di negeri orang.

Lalu pak Ustadz melanjutkan ceritanya.

Kalian tahu siapa raja itu, dan siapakah rakyat yang disuruhnya merantau? Semua anak menggeleng. Tak ada satupun anak yang tahu maksud dari cerita pak ustadz. Lalu pak Ustadz pun menjelaskan.

Anak-anakku yang kelak akan menjadi anak yang sholeh dan sholekhah. Raja dalam cerita di atas adalah Tuhan Pemilik alam semesta, Allah SWT. sedangkan rakyat dalam cerita itu adalah kita manusia yang telah diberikan kesempatan oleh-Nya untuk menjadi pengembara. Pengembara di dunia yang fana ini. Ada yang mengembara cuma sebentar seperti bayi yang baru lahir lalu meninggal, dan ada pula yang berumur panjang sampai kakek nenek. Bahkan ada pula yang sampai pikun dan seperti bayi kembali yang harus serba dilayani.

Cerita dari pak ustadz di atas masih saya ingat hingga saat ini.

Itulah makhluk yang bernama manusia. Sebagai manusia kita harus merenung. darimana mau kemana? Kita hanyalah Makhluk ciptaan-Nya yang akan kembali lagi pada-Nya. Tak akan ada diantara kita yang tak kembali pada-Nya. Karena itu ingatlah selalu untuk selalu berbuat kebajikan karena ada dua malaikat yang senantiasa mencatat amal perbuatan kita di dunia ini. Merekalah nanti yang akan memperlihatkan raport kita di akhirat kelak.

Darimana mau kemana harus menjadi renungan hidup kita agar tak salah jalan dan selalu berada dalam petunjuk-Nya. Darimana mau kemana mengingatkan kita bahwa kita sesungguhnya hanyalah pengembara yang singgah sebentar lalu pergi kembali. Akan ada kematian yang akan mempertemukan kita semua kepada raja kita yang sesungguhnya. Sudahkah kita mempersiapkannya?

Kamis, 12 pebruari 2009.

Sebuah tulisan dari seorang pengembara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar pada blog ini, dan mohon untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan yang benar.