Selamat Datang di Blog Wijaya Kusumah

Untuk Pelayanan Informasi yang Lebih Baik, maka Isi Blog Wijaya Kusumah juga tersedia di blog baru di http://wijayalabs.com

Minggu, 28 April 2013

Menumbuhkan Semangat Meneliti di Kalangan Guru dan Mahasiswa


Minggu, 28 April 2013 Writing Institute menyelenggarakan kegiatan  Pelatihan Penulisan Ilmiah di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta. Salah satu materi yang diberikan adalah menumbuhkan semangat meneliti di kalangan mahasiswa.  Sebuah materi yang sangat cocok untuk diberikan kepada mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir mahasiswa yang biasa disebut skripsi.
1367150501659916054
Piagam Penghargaan
Sebagai salah satu nara sumber yang diminta oleh panitia untuk menyampaikan materi itu, saya mencoba memberikan semangat baru kepada teman-teman mahasiswa yang hadir dalam pelatihan penulisan ilmiah ini. Sebelumnya, mereka sudah dibekali materi bagaimana menulis karya tulis ilmiah.
Saya sendiri merasakan tidak mudah untuk menumbuhkan semangat meneliti di kalangan mahasiswa. Namun berdasarkan pengalaman saya sendiri, dan kisah nyata menjadi mahasiswa yang telah lulus S1 dan S2 saya mampu mempresentasikannya dengan baik. Hal itu bisa saya buktikan dengan selesainya tugas akhir mahasiswa yaitu skripsi dan tesis. Alhamdulillah, kedua proses itu saya lalui dengan tepat waktu. Tinggal tugas desertasi saja yang belum saya lakukan, karena belum menyelesaikan kuliah S3.
Saya memulai presentasi dengan sebuah motivasi dan beberapa prestasi saya di bidang karya tulis ilmiah. Bukan bermaksud untuk menyombongkan diri, tetapi saya bermaksud untuk memotivasi teman-teman mahasiswa untuk mampu beprestasi. Sebab dibutuhkan perjuangan untuk menggapainya, dan nikmati prosesnya. Jadi tidak bisa kesuksesan itu diperoleh dengan cara sim salabim. Semua bermula dari kegagalan demi kegagalan, dan saya pantang menyerah untuk menggapainya.
Kita tentu ingin menjadi kaya di usia muda, karena itu kita harus kreatif dan memiliki karakter yang kuat untuk menjadi orang yang sukses. Kita harus mengasah kreativitas dan imajinasi kita. Salah saunya yaitu dengan keterampilan menulis. Keterampilan inilah yang saya fokuskan untuk diri saya, dan Alhamdulillah banyak menuai berbagai prestasi di bidang karya tulis ilmiah.
Selain itu, kita harus cepat tanggap dengan perubahan dan kondisi yang terjadi. Untuk mampu menumbuhkan semangat menulis, pelajari cara orang menulis. Terutama menulis skripsi bagia mahasswa yang akan menyelesaikan studinya. Tak ada cara lain selain belajar cara jitu menulis skripsi. Sesuatu yang mungkin tidak didapatkan di bangku kuliah.
Seringkali pada saat mau menulis skripsi kita bingung mau menuliskan darimana. Begitu banyak masalah yang terlihat di depan mata. Oleh karena itu, kita harus sering main ke perpustakaan untuk melihat karya tulis ilmiah orang lain. Kita belajar dari mereka.
Alangkah indahnya, bila masalah itu berdasarkan pengalaman atau kisah nyata yang dilakukan sehari-hari sehingga membekas ke dalam diri dan mudah sekali menuliskannya. Saya memberikan contoh tentang kejadian Wedhus Gembel di daerah gunung Merapi Yogyakarta. Tentu akan berbeda hasilnya bila kita Cuma baca dari perpustakaan dengan kita mengalaminya secara langsung. Apalagi bila kita bisa mendokumentasikan kejadiannya. Seperti mobil Suzuki APV yang hangus terbakar terkena wedhus gembel di dekat rumah mbak Marijan almarhum.
Saya mengajak peserta pelatihan penulisan ilmiah untuk praktik menulis. Praktik menulis ini saya dapatkan dari Mas baban yang sangat produktif sekali menulis buku dan karya tulis ilmiah. Saya meminta peserta untuk menuliskan sebuah karangan yang berjudul alangkah indahnya wajah desaku.
Sungguh saya tak percaya melihat hasil karya tulis para peserta. Tulisannya sangat bagus sekali dan menginspirasi. Terbukti tak ada satupun tulisan yang sama antara satu peserta dengan peserta lainnya. Itulah bukti dari indahnya sebuah keragaman. Tak ada orang yang memiliki gaya menulis sama walaupun judulnya sama. Di situlah terbukti, bahwa skripsi yang baik pastilah tidak akan pernah sama antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lainnya, kecuali mereka melakukan plagiarisme atau melakukan praktik copy paste yang tidak dibenarkan dalam penulisan karya tulis ilmiah.
Banyak hal yang saya sampaikan dalam pelatihan ini. Jangan pelit beli buku dan perbanyak baca buku. Intinya adalah untuk menumbuhkan semangat meneliti diperlukan soft skill dalam melobi, membaca jurnal ilmiah, mampu berkomunikasi, dan mampu menggolkan ide dengan baik. Pada saat sidang skripsi jangan lupa untuk menguasai materi dengan baik. Percaya diri dan interaksi dengan dosen penguji menjadi salah satu kunci kesuksesan anda. Itulah sikap dari masyarakat akademis.
Bagi anda yang ingin mendapatkan materi yang saya sampaikan, dapat mengirimkan email ke wijayalabs@gmail.com. Semoga bermanfaat!
1367150381262654410
Menumbuhkan semangat meneliti
Salam Blogger Persahabatan
Omjay

Rabu, 24 April 2013

Surat untuk Wapres Boediono

Yth. Bapak Wapres Boediono

Semoga bapak dalam keadaan sehat ketika membaca surat ini. Saya selalu mendokan agar bapak selalu sehat dalam mendampingi tugas bapak presiden sby yang tentu banyak menyita pikiran dan waktu bapak. 

Saya adalah seorang guru, dan sekaligus orang tua siswa. Besok Senin, 22 April 2013 anak pertama saya akan mengikuti ujian nasional. Tentu sebagai orang tua saya memotivasinya agar rajin belajar sehingga prestasinya bagus. Saya masukkan anak saya ke dalam bimbingan belajar dan juga pendalaman materi di sekolah. Harapannya cuma satu, lulus dari SMP dengan nilai terbaik sehingga mudah masuk SMA yang kelak akan dipilihnya nanti.

Kami sempat stress juga sebagai orang tua, ketika anak kami jatuh sakit. Belajar terlalu keras juga tak baik buat kesehatan. Pelajaran itulah yang saya dapatkan dari anak sendiri. Kesehatan harus dijaga agar mampu mengerjakan soal ujian nasonal dengan baik.

Begitipun saya sebagai seorang guru. Hari jumat kemarin saya ditugaskan untuk mengikuti pengarahan pengawas un di salah satu sekolah negeri di jakarta timur. Intinya, kami sebagai pengawas, diminta untuk menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.

Bapak Boediono yang saya sayangi dan kagumi. Sebenarnya ujian nasional ini untuk siapa? Mengapa pemerintah begitu ngototnya melaksanakan un dengan cara sentralisasi. Semua soal dikerjakan di pusat. Bukankah akan lebih baik bila soal dikerjakan di setiap daerah? Bukankah dengan cara desentralisasi soal menjadi lebih mudah sampai ke daerah-daerah? Nampaknya pemerintah belum terlalu percaya dengan pemerintah daerah, dan menganggap soal un harus diambil oleh pusat. Kalau begini cara kerjanya, kejadian un SMA yang tertunda di beberapa propinsi menjadi pembelajaran yang sangat berharga.

Saran saya secara pribadi, bila pemerintah masih ngotot un harus dilaksanakan juga setiap tahunnya, maka lakukanlah evaluasi secara menyeluruh dan terima masukan dengan cara bijaksana. Usul saya un sebaiknya tak menjadi salah satu alat kelulusan, un sebaiknya berfungsi sebagai pemetaan saja. Mungkin ini akan mempermudah kerja pemerintah dan melalukan proses evaluasi dari berbagai daerah.

Pak wakil presiden Boediono yang saya banggakan. Saya yakin bapak adalah orang yang mau mendengar derita kami para guru. Sudah lama para guru belum merdeka. Sebab alat evaluasi siswa tidak sepenuhnya di tangan guru. Masihkan bapak tidak percaya kepada kami? Sedangkan kami sangat percaya kepada pemerintah bahwa mutu pendidikan memang menjadi tugas kita bersama. Pendidikan menjadi kunci pembangunan seperti apa yang bapak tuliskan di koran kompas beberapa waktu lalu.

Pertanyaannya sekarang, haruskah masih ada ujian nasional? Sementara kami melihat sarana dan prasarana sekolah belum merata dan sdm guru yang masih sangat kurang di berbagai daerah. Pemerintah sebaiknya fokus kepada pelatihan guru dan perbaikan sarana dan prasarana.

Semoga kita bisa saling berdiskusi dengan cara kekeluargaan karena tujuan kita sebenarnya sama. Hanya saja cara yang kita lakukan sangatlah berbeda. Semoga ada angin surga yang membuat bapak mendengar lubuk hati kami yang terdalam. Un sebaiknya direposisi keberadaannya atau dihapuskan saja dengan mendapatkan masukan yang terbaik dari para pakar dan praktisi pendidikan. Jangan korbankan anak bangsa demi arogansi kekuasaan.

Mohon doa dari bapak agar anak kami cepat sembuh dan bisa mengikuti ujian nasional dengan baik di sekolahnya. Mohon maaf bila saya mengganggu waktu bapak untuk membaca surat ini. Terima kasih atas perhatian pak wapres Boediono. Salam sayang dari kami sekeluarga dan semoga bapak sehat selalu. 



Salam blogger persahabatan
Omjay
http://wijayalabs.com

Kamis, 11 April 2013

Surat dari Guru untuk Presiden SBY

sby\
Yth. Bapak Presiden SBY.

Semoga bapak presiden selalu dalam keadaan sehat. Semoga pula pintu kesuksesan senantiasa mengiringi hari-hari bapak dalam mengurusi rakyat indonesia. Bapak senantiasa diberi kesabaran dan kebijaksanaan dalam menghadapinya.

Bapak presiden sby yang saya hormati, dan banggakan. Perkenalkan saya adalah seorang guru yang sudah mengabdikan diri selama 23 tahun di dalam dunia pendidikan. Terus terang saya sungguh bergembira dengan akan diberlakukannya kurikulum baru. Kurikulum ini diberinama oleh kemdikbud kurikulum 2013. Kurikulum yang saya harapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

Namun sayang, setelah beberapa kali saya mengikuti proses sosialisasi kurikulum 2013, saya menemukan kekecewaan. Kurikulum 2013 ini ternyata belum siap pakai untuk digunakan atau diterapkan di seluruh sekolah di Indonesia. Masih banyak hal yang harus diperbaiki dan disempurnakan. Terutama tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar yang banyak dikritisi oleh para pakar dan praktisi pendidikan.

Kami sudah banyak memberikan masukan dan kritik yang membangun kepada tim pengembang kurikulum. Tetapi selalu saja mentok dan tak didengar. Mereka terlalu percaya bahwa kurikulum 2013 sangat tepat diterapkan di tahun ini. Mereka seolah tuli, dan merasa benar sendiri. Kami dianggap tidak memahami kurikulum yang sedang disosialisasikan.

Berdasarkan pengalaman saya menjadi guru selama 23 tahun, kurikulum 2013 ini yang banyak mengundang kontroversi. Bahkan staf khusus menteri di DPR ada yang mengatakan bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan atau ktsp 2006 melanggar undang-undang. Tentu tidaklah bijak mengatakan seperti itu tanpa kajian ilmiah dan terbuka. Kita akui Ktsp 2006 memang bermasalah. Namun kami ingin tahu dulu dimana letak masalah besarnya dari proses evaluasi yang cermat dan teliti. Pusat kurikulum dan perbukuan harus memberikan data yang jelas kepada publik.

Bapak presiden yang saya hormati dan banggakan. Baru-baru ini kami para guru berdemo ke DPR, dan didukung oleh berbagai kalangan yang mengkritisi kebijakan kemdikbud. Tujuan kemdikbud mengganti kurikulum sangat kami apresiasi, tapi nampaknya timing atau waktunya kurang tepat. Kurikulum 2013 lebih tepat disebut kurikulum ujicoba yang bisa kita teliti kelebihan dan kekurangannya, setelah diujicobakan. Barulah kita tahu apakah kurikulum ini layak diterapkan di seluruh indonesia ataukah tidak. Kita bisa mendiskusikannya melalui kajian ilmiah yang jelas. Bukan dengan pendekatan kekuasaan atau politik.

Bapak presiden SBYyang baik hatinya. Kami percaya bapak bisa melihat ini secara jernih. Kurikulum 2013 belum bisa diterapkan di tahun ajaran ini. Jangan korbankan peserta didik karena ketidaksiapan para guru menghadapi kurikulum baru. Alangkah baiknya jajaran kemdikbud melakukan terlebih dahulu pelatihan guru dari hasil uji kompetensi guru (UKG) yang sudah dilakukan. Di sana akan terlihat jelas masih rendahnya kualitas guru di negeri ini. Kitapun bisa melihat masih rendah pula kualitas kepala sekolah dan pengawas dari hasil UKG. Solusi yang terbaik adalah perbaiki kualitas guru dengan berbagai pelatihan yang efektif dan bukan direkayasa pelaksanaannya dari 5 hari menjadi 3 hari. Kejujuran dalam pelaksanaannya harus diperhatikan dan diawasi. Cara mengajar guru harus diperbaiki dan ditingkatkan.

Bapak presiden SBY yang saya hormati dan banggakan. Usul saya, lakukan debat publik agar rakyat indonesia tahu apa yang sesungguhnya terjadi tentang kurikulum 2013. Kemdikbud dan jajarannya nampaknya sulit sekali menerima kritik dan terus jalan sendiri tanpa memperhatikan usulan para pakar dan praktisi di bidang pendidikan. Tentu kita ingin pendidikan Indonesia menjadi lebih maju ketika dialog terus dikembangkan, dan inilah kehidupan demokrasi yang sebenarnya. Bukan melalui pendekatan kekuasaan dimana para guru diminta untuk tidak kritis dan menerima begitu saja kurikulum 2013 yang masih banyak kekuarangannya. Terutama dalam implementasinya di lapangan yang terkesan tergesa-gesa. Kami tak yakin akan berhasil, sebab negara kita adalah negara kepulauan yang lebih dari 13.000 pulau di dalamnya. Banyak masalah yang nanti akan ditemui ketika kebijakan ini diterapkan.

Akhirnya, saya harus mengakhiri surat saya ini dengan sebuah pesan kepada bapak bahwa guru adalah pemain inti dalam kurikulum. Apapun kurikulumnya, guru profesionallah yang akan membuat kurikulum itu mencapai tujuannya. Guru profesional adalah guru tangguh berhati cahaya yang mampu menghantarkan peserta didiknya ke pintu gerbang kesuksesan di dunia dan akhirat.


Salam blogger persahabatan
Omjay
http://wijayalabs.com