Selamat Datang di Blog Wijaya Kusumah

Untuk Pelayanan Informasi yang Lebih Baik, maka Isi Blog Wijaya Kusumah juga tersedia di blog baru di http://wijayalabs.com

Rabu, 30 Desember 2009

saya Kehilangan Gusdur

Baru saja saya mendengar berita bahwa mantan Presiden Indonesia, Gusdur baru saja wafat hari ini, pukul 18.45 WIB di RSCM Jakarta. Tentu berita ini sangat mengagetkan saya secara pribadi karena saya tak pernah menduga Allah memanggil beliau secepat itu. Inna Lillallaahi Wa inna Ilaihi Rojiun.

Saya dan keluarga turut berduka cita sedalam-dalamnya dan memohon kepada Allah SWT agar memgampuni dosa-dosa beliau dan menerima amal-amal beliau yang telah banyak manfaatnya untuk bangsa ini. Mengharumkan nama bangsa dan tak pernah kenal lelah agar bangsa ini menjadi cerdas.

Gusdur memang tokoh yang kontroversi. Bila Gusdur sudah bicara, akan terjadi pro dan kontra. Terkadang sulit bagi kita apa yang ada dalam alam pikirannya karena beliau adalah orang yang cerdas dan dimiliki oleh bangsa ini. Tokoh yang disegani bukan hanya dari teman-teman Nahdatul Ulama (NU), saja tetapi juga oleh semua kalangan. Baik Muslim maupun non muslim.

Terus terang saya kehilangan Gusdur. Kehilangan yang begitu mendalam, dan sayapun menangis sesunggukan mendengar kepergiannya. Merasa amat sangat kehilangan, karena jarang sekali kita temui seorang tokoh bangsa seperti beliau. Berani berkata tidak, pada saat orang lain berkata ya,

Gusdur memang unik. keunikannya terlihat dari karakternya yang berbeda dari tokoh kebanyakan. Gusdur kadang dipuji, tetapi juga sering dicaci karena statementnya yang terkadang membuat kuping orang yang mendengarnya serasa panas.

Gusdur adalah juga orang yang pantang mengeluh. Ini terlihat ketika orang-orang yang dulu dekat dengannya, satu persatu meninggalkannya. Dia tetap konsisten dengan perjuangannya. Selalu komitmen dengan janjinya, dan terkadang sulit dicerna oleh orang kebanyakan.

Salah satu keputusan beliau yang kontrovesial adalah ketika beliau menjabat sebagai presiden, ada dua departemen yang dibubarkan beliau yaitu departemen penerangan dan departemen sosial. Namun, ada departeman yang beliau buka yaitu departemen kelautan dan perikanan yang sampai saat ini masih terus dipertahankan oleh presiden SBY.

Akhirnya saya kehilangan Gusdur. Tokoh bangsa yang memiliki karakter unik. idola saya ketika mahasiswa. Beliau sanggup membuat ribuan mahasiswa dan dosen pada saat itu tertawa terbahak-bahak mendengarkan guyonan beliau. Tak terkecuali rektor IKIP Jakarta waktu itu, Prof. DR. Conny R. Semiawan. Waktu itu tahun 1990, beliau belum menjadi presiden, tetapi nama beliau sudah terkenal kemana-mana. Diam-diam saya kagum padanya pada saat itu. Itulah pertama kali saya bertemu dengan beliau. Bercium tangan dengan beliau. Orang yang selalu berpikir ke depan, dan pikirannya sulit untuk diterka oleh orang-orang seperti saya. Tak salah bila bangsa ini pernah memilihnya menjadi presiden Indonesia.

Indonesia memerlukan orang-orang seperti Gusdur, yang berani berbuat, berani bertanggungjawab.

Selamat jalan Gusdur, saya kehilangan figur bangsa seperti engkau. Meskipun engkau telah tiada saya tak akan pernah lupa apa yang pernah engkau sampaikan pada kami di IKIP Jakarta. Jadilah guru harapan bangsa, bukan menjadi guru yang hanya untuk dirinya sendiri. Menjadi panutan agar bangsa ini pintar dan mau berbagi pengetahuan dengan penuh keikhlasan kepada generasi penerus bangsa.

Selamat jalan pahlawanku. Kelak, aku akan menyusulmu.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

Selasa, 29 Desember 2009

Finalis Lomba keberhasilan Guru dalam pembelajaran 2009

Buat teman-teman guru yang ingin mengetahui siapa saja yang terpilih menjadi finalis lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran dapat melihat link di bawah ini

http://www.ditpropen.net/pdf/Finalis%20LKG%202009.pdf

salam
Omjay

Minggu, 20 Desember 2009

Apa Yang Sulit Dari Menulis?

Mari Mulai Menulis
Mari Mulai Menulis

Banyak teman yang merasa kesulitan untuk menulis. Mereka sering bertanya kepada saya, mengapa menulis itu sulit. Lalu mereka juga sering mengatakan bahwa menulis itu sangat sulit, dan menulis itu merupakan bakat. Lantas saya pun bertanya dalam hati, apa yang sulit dari menulis?

Saya akan menjawab pertanyaan di atas dengan sebuah analogi. Ketika anda belajar bersepeda, apa yang sulit? Anda pasti akan kesulitan di dalam menyeimbangkan badan anda agar sepeda bisa berjalan kencang tanpa anda terjatuh. Rasanya sulit untuk memulainya, tetapi anda memulai dan terus mencoba, maka pada akhirnya karena anda terus mencoba, anda bisa mengendarai sepeda itu. Luar Biasa! Anda pun bangga bisa mengendarai sepeda.

Begitupun dengan menulis. Sesuatu yang sulit dari menulis adalah MEMULAI. Proses memulai itu yang sangat sulit. Kita sering kesulitan untuk mulai. Kita bingung mau menuliskan apa, padahal ada banyak hal yang bisa kita tuliskan. Rasanya sangat sulit mensinergikan antara jemari tangan dengan pikiran yang ada di dalam otak kita. Sering akhirnya kita menyerah kalah sebelum memulai.

Memulai menulis adalah bagian sulit dalam menulis. Ketika anda sudah bisa melaluinya, maka anda seperti membuka pintu air yang sudah dibendung oleh pikiran anda sendiri. Ketika anda memulai, pintu air itu terbuka sedikit demi sedikit dan lama-lama air mengalir deras ke arah yang lebih rendah. Begitu pula dengan menulis. Anda akan merasakan kemudahan ketika anda sudah melakukan sebuah proses yang bernama MEMULAI.

Berdasarkan pengalaman teman saya RAHMADSYAH. Menulis itu sangatlah mudah. Ya semudah menggerakkan jari jemari. Bahkan, sebenarnya tidak ada syarat apapun untuk bisa menulis. Saya serius mengatakannya. Mungkin selama ini kita mengira, agar bisa menulis, syaratnya : harus ada Ide, bacaan, bakat, dan sebagainya.

Banyak orang yang tak mampu untuk menulis dan merasakan amat sangat sulit menulis karena tak melakukan proses memulai itu dengan baik. Ketika proses memulai dilakukan dengan baik, maka anda akan merasakan sendiri kemudahan dalam menulis. Sebab tak ada yang lebih ampuh agar kita terampil menulis selain kita berlatih menulis. Menulis terus setiap hari dengan topik yang dikuasai dan disukai. Menulis dengan hati dan dengan maksud untuk berbagi. Berbagi pengalaman dan pengetahuan.

Ingatlah, ketika anda menulis, akan ada orang yang akan tertarik membaca tulisan anda. Oleh karenanya jangan ragu untuk memulai menulis. Semua akan berproses alamiah dan anda akan menemukan gaya anda sendiri dalam menulis. Di sanalah anda akan menjadi diri anda sendiri. Jangan biasakan copy paste tulisan orang lain, terkecuali bila ada hal penting yang perlu anda sharingkan dan tambahkan dengan pola pemikiran anda. Jangan lupa untuk mencantumkan sumbernya, bila anda terpaksa mengutip agar anda tak dituduh plagiat.

Semua hal di atas akan terasakan manfaatnya ketika anda telah banyak menulis dan mendapatkan tanggapan dari pembaca setia tulisan anda. Karenanya jangan lupa untuk membaca tulisan orang lain dan belajarlah dari mereka. Menulis selalu diiringi oleh membaca. Tak ada penulis hebat yang tak suka membaca. Penulis yang baik, adalah pembaca yang baik pula.

Sebaiknya, agar tulisan anda banyak dibaca oleh orang lain gunakan media blog di internet sebagai media anda dalam memulai menulis. Blog adalah guru yang tak pernah marah. Dengan menulis di blog, apa yang anda tuliskan terekam dengan baik. Di sinilah jejak rekam pemikian anda disimpan, dan suatu ketika anda akan memerlukannya lagi. Bila tulisan anda telah cukup banyak, mungkin anda tak akan pernah menduga kalau anda bisa menuliskan buah pikiran hebat anda sebanyak itu.

Sebaiknya, gunakan blog komunitas untuk membuat anda menjadi mahir dalam menulis seperti blog kompasiana ini. Di sini banyak bergabung penulis hebat yang anda akan lihat kepiawaian mereka dalam menulis. Kompasiana adalah rumah sehat yang akan membantu anda dalam memulai menulis.

Oleh karenanya, Yuk kita menulis dan hilangkan kesulitan menulis dengan cara MEMULAI.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

Jumat, 04 Desember 2009

Konferensi Nasional Penelitian Tindakan di UT

Suasana Konferensi Nasional Collaborative Action Research
Suasana Konferensi Nasional Collaborative Action Research

Hari ini, Jum'at 4 Desember 2009 saya ditugaskan oleh Prof. Dr. Yusufhadi Miarso untuk mengikuti konferensi Nasional Collaborative Action Research in Education di gedung UTCC Universitas Terbuka (UT) Pondok Cabe, Tangerang.

Konferensi Nasional Collaborative Action Research
Konferensi Nasional Collaborative Action Research

Acara ini dibuka oleh ibu Rektor Universitas Terbuka, Prof. Ir. Tian Belawati, Pd.D. Kegiatan diselengarakan atas kerjasama UT, DBE2 (Decentralized Basic Education)2, USAID from the American People dan Florida State University.

Konferensi ini dilaksnakan dalam rangka berbagi pengalaman penyelenggaraan dan hasil collaborative action research yang bekerjasama dengan berbagai perguruan tinggi, di antaranya UNSYAH (Universitas Syiah Kuala Banda Aceh), IAIN Ar-Raniry (Institut Agama Islam Negeri Banda Aceh), Universitas Muhammadiyah Aceh, IAIN Sumatera Utara, UNIMED, (Universitas Negeri Medan) UNTIRTA (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa), UNJ (Universitas Negeri Jakarta), dan Universitas Terbuka (UT).

Dari Kegiatan ini diharapkan para peserta dapat merancang, melaksanakan, dan berbagi temuan dalam serangkaian Action Research dalam pendidikan yang dilakukan di empat propinsi di Indonesia. Keempat propinsi itu adalah Aceh, Medan, Banten, dan Jakarta.

Para pembicara yang diundang dalam kegiatan ini adalah Betsy Jane Becker, Marcy P. Dricoll, Carolyn Herrington, dan John Mayo dari Folrida State University.

Konferensi Nasional Collaborative Action Research in Education ini dilaksanakan selama 2 hari (4-5 Desember 2009). Untuk informasi kegiatan secara lengkap dapat menghubungi Zaza (shazar@edc.org) atau erika (erika@mail.ut.ac.id) di no telp. (021) 515 0454 pes. 132.


Kamis, 03 Desember 2009

Kantin Rasamala


Hari ini, Kamis 3 Desember 2009 saya berkunjung ke rumah salah satu kompasianer, H. Umar Hapsoro. Sudah lama sebenarnya ingin bermain ke rumah beliau, namun jadwal waktu yang padat membuat saya sulit mencari waktu untuk menjambangi rumahnya.

Alhamdulillah, hari ini ada waktu untuk bersilahturahmi dengan beliau yang ternyata memiliki kantin (rumah makan) yang unik dan sangat jarang ditemui di daerah Jakarta. Rumah makan sih banyak, tapi kantin yang seperti ini,……jarang sekali bisa ditemui.

Kantin itu bernama kantin Rasamala, yang berada di jl. Rasamala Raya no. 43 Menteng Dalam, Jaksel- DKI Jakarta. Berlama-lama berada di kantin ini membuat saya merasakan kenyamanan kantin yang mungil, mungkin sekitar 20-25 orang bisa makan di sini. Banyak menu yang bisa dipilih dan banyak makanan yang bila disantap akan membuat rasa lapar anda hilang seketika. Pelayanan yang ramah dan dilengkapi hotspot (free) service membuat kantin Rasamala ini ramai dikunjungi orang pada saat-saat jam istirahat kantor.

mas umar, tukang nasi

mas umar, tukang nasi

Di kantin Rasamala inilah saya bertemu dengan sahabat maya saya di kompasiana, H. Umar Hapsoro, yang biasa saya menyebutnya mas umar si tukang nasi. Begitu beliau ingin disebut.

Mengobrol dan berbincang hangat tentang tulisan teman-teman di kompasiana dan diselingi dengan canda tawa membuat saya terlupa bahwa waktu sholat dhuhur telah tiba. Di kantin, ada musholla mungil tersedia buat mereka yang mau sholat.

Rasanya waktu begitu cepat berlalu, baru satu mangkok soto betawi saya habiskan, heeem enak sekali. Menurut mas Umar, soto betawi ini dibuat tidak memakai santan. Soto dibuat dengan menggunakan susu full cream serta dagingnya benar-benar diambil dari kualitas terbaik.

Harganya pun cukup murah dengan kualitas mewah. Makan-makanan di sini tak kalah enak dengan makan di hotel bidakara yang ada di sebelahnya. Dengan kocek di kantong yang tak terlalu besar, anda bisa menikmati berbagai hidangan masakan yang khas dan tak anda temukan di kantin lainnya.

Omjay menyantap Soto Betawi, Heem Nikmat!

Omjay menyantap Soto Betawi, Heem Nikmat!

Kantin Rasamala memang memiliki keunikan tersendiri. Pantas saja mbak Linda (Madam Kompasiana) pernah mengajak saya untuk mampir ke kantin ini. Menikmati masakannya yang lezat.

Setidaknya hari ini, selain bisa bersilahturahmi dengan mas umar si tukang nasi, saya bisa menikmati soto betawi asli yang penuh gizi, dan mendapatkan senyum ramah dari pemilik kantin ini. Mendengarkan cerita beliau bagaimana memulai sebuah usaha dengan pahit getirnya, dan bercerita pula kalau kantin ini sudah berusia 5 tahun. Cukup lama juga yah! Saya pun merasakan perjuangan hebat dari mas umar yang telah bergabung dalam pengusaha muslim.com.

Bila anda dari luar kota jakarta dan mau main ke kota Jakarta, mainlah ke tempat ini yang berada dalam kawasan Bidakara Menteng Dalam Jakarta Selatan. Jangan lupa ya mampir ke kantin ini!.

Soto Betawi Asli yang Sedang Dinikmati Omjay

Soto Betawi Asli yang Sedang Dinikmati Omjay

Rasakan kenikmatan masakannya dan jangan lupa nyalakan laptop anda lalu sebarkan aroma masakan itu melalui jaringan internet. Enak dan nikmat. rasanya saya ingin menyantap makanan lainnya, ada cumi goreng, nasi goreng gila, dan lain-lain yang membuat perut saya semakin membesar saja. Kalau ada orang yang mau cari presenter kuliner atau berbagai masakan yang ingin diujicobakan, Omjay siap jadi penikmat awalnya dan siap jadi presenternya. Menikmati banyak masakan dan membuat penonton terasakan menikmatinya.

Tapi, kalau mau jujur masakan kantin Rasamala tak kalah dengan masakan khas Indonesia lainnya. Mau mampir ke kantin ini? Hubungi mas Umar si Tukang Nasi.

Salam Blogger Kompasiana

Omjay

Minggu, 29 November 2009

Penghargaan Tak Terlupakan di Hari Guru

Omjay Mendapatkan Penghargaan dari Kepala Pusat Bahasa Depdiknas
Omjay Mendapatkan Penghargaan dari Kepala Pusat Bahasa Depdiknas

Rabu, 25 November 2009, bertempat di pusat bahasa depdiknas Rawamangun Jakarta Timur, saya mendapatkan penghargaan yang tak terlupakan di hari guru. Hari itu saya diminta hadir oleh panitia lomba blog balai bahasa bandung, kang syarif untuk menerima hadiah dan piala serta sertifikat sebagai pemenang pertama lomba blog tingkat nasional. Bahagia rasanya hati ini, bukan karena mendapatkan hadiah uang sebesar Rp. 4.000.000,-, tetapi penyerahan itu diberikan bertepatan dengan peringatan hari guru yang jatuh pada setiap tanggal 25 November.

Penghargaan ini adalah penghargaan yang tak terlupakan seumur hidup saya sebagai guru. Sebab saya tak pernah menduga sebelumnya bahwa hasil saya nge-blog setiap hari ternyata bukanlah pekerjaan sia-sia. Padahal kalau saya mau jujur, ngeblog itu pada awalnya bagi saya hanya sekedar iseng karena ingin berbagi kepada teman-teman guru di dunia maya. Tak pernah terpikirkan untuk mendapatkan hadiah dari hasil nge-blog.

Saya merasakan bahwa akses internet sangat bermanfaat bagi guru untuk bisa saling berbagi dan melengkapi. Apalagi saya merasakan bahwa ketersediaan sumber bacaan seperti buku di daerah sangat sulit diperoleh, dan saya berusaha apa yang saya baca, saya sharingkan kepada teman-teman guru, mahsiswa, dan juga khalayak ramai yang peduli dengan dunia pendidikan.

Kalau anda melihat blog saya di http://wijayalabs.wordpress.com, rasanya tak ada yang istimewa dari blog ini. Saya sendiri agak sedikit bingung mengapa dewan juri memilih blog saya itu sebagai pemenang pertama dari hampir 900 peserta yang mendaftarkan blognya di balai bahasa Bandung dari seluruh Indonesia. Bahkan kalau mau jujur, menurut saya banyak blog yang sangat bagus dan interaktif tetapi tak terpilih menjadi pemenang.

Lomba blog di balai bahasa ini adalah lomba blog tahun kedua yang saya ikuti. Tahun pertama, saya ikut mendaftarkan diri, tetapi belum berhasil terpilih sebagai pemenang, dan alhamdulilah baru tahun ini blog saya terpilih menjadi pemenang pertamanya.

Di sekolah, saya pandangi piala yang saya dapatkan di depan anak-anak, dan saya sampaikan kepada para peserta didik saya bahwa Omjay baru saja mendapatkan penghargaan lomba blog untuk memotivasi mereka. Mengabarkan pada mereka bahwa menulis di blog bukanlah pekerjaan sia-sia. Anak-anak pun memberikan ucapan selamat dan seraya berkata, " Wah enak juga ya jadi blogger!".

Para pembaca yang saya hormati dan banggakan,

Tanpa saya sadari, setelah kang pepih (admin kompasiana) memberikan kesempatan pada saya untuk terus menulis di blog, baik di kompasiana maupun di blog pribadi membuat saya menjadi terbiasa dalam menulis. Blog bukan saja membuat saya menjadi terampil menulis cepat, tetapi juga membuat saya lebih kreatif dalam menulis. Kreativitas menulis membuat saya menulis terus setiap hari dan membuat saya menjadi kompasianers teraktif bersama-sama dengan Pak Pray, Pak CH, Mas Wisnu, dan Kang pepih sendiri tentunya.

Saya tak mengira sama sekali keajaiban blog telah menggiring saya mendapatkan hadiah berupa uang secara beruntun di bulan November ini. Keberuntungan Pertama yang saya dapatkan adalah ketika buku yuk kita ngeblog! yang saya susun mendapatkan juara pertama sayembara penulisan naskah buku pengayaan 2009. Sebagai pemenang pertama bidang keterampilan tingkat SMP, saya mendapatkan hadiah uang sebesar Rp. 20.000.000,-. Jumlah yang sangat besar bagi seorang guru seperti saya. Kini, di hari guru saya mendapatkan hadiah uang sebesar Rp. 4.000.000,- sebagai juara pertama lomba blog dari balai bahasa bandung. Dengan jumlah uang Rp. 24.000.000,- itu saya serasa menjadi jutawan kaya baru yang alhamdulillah uang itu bisa saya manfaatkan untuk merenovasi rumah kami di Jatibening bekasi yang selalu terkena banjir.

Rasa syukur tak terhingga saya ucapkan kepada Allah SWT, kalau bukan skenario Engkau tidaklah mungkin seorang guru seperti saya mendapatkan hadiah sebesar itu. Mohon dijauhkan dari sifat sombong dan ria. Karena Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri. Apa yang saya tuliskan di sini sekedar ingin memotivasi bahwa menulis di blog memiliki keajaiban.

Kepada teman-teman pembaca semua, saya ucapkan banyak terima kasih, karena apa yang saya tuliskan di blog mendapatkan tangapan dan sambutan. Peran anda tak akan pernah saya lupakan. Penulis tanpa pembaca seperti sayur tanpa garam. Garing dan sunyi dari pengunjung. Karena itu biasakanlah menulis, dan juga memberikan komentar di blog orang lain. Di sanalah terlihat semangat berbagi terasakan.

Kepada pembaca saya pesankan, menulislah terus setiap hari, dan buktikan apa yang terjadi. Keajaiban-keajaiban akan menyertai anda, bila anda komitmen dan konsisten. Seperti keajaiban yang telah juga menimpa teman saya mas dwiki Setiyawan, salah satu kompsianaers yang baru saja memenangkan lomba blog dengan hadiah Rp. 4.000.000,-.

Tak ada hal yang sia-sia, bila semua itu kita niatkan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman serta menjadi ladang amal bagi kita sebelum ajal menjemput. Jasad kita boleh saja hilang diteman bumi, tetapi tulisan-tulisan kita akan terkenang selalu sepanjang masa oleh generasi kita berikutnya. Seperti tulisan almarhum buya hamka, dan ws rendra serta penulis-penulis tenar lainnya. Percayalah!

salam blogger persahabatan

Omjay

Rabu, 18 November 2009

SBY, Keajaiban Blog, dan Tangisan Istri

Omjay Mengucapkan Terima Kasih
Omjay Mengucapkan Terima Kasih

Membaca Kompas cetak hari ini, Selasa 17 November 2009, tentang disfungsi presiden, presiden harus konsekuen, dan Pak SBY bicaralah yang dituliskan oleh para penulis hebat membuat saya tersulut untuk menuliskan pendapat bahwa saatnya pak SBY untuk bicara setelah mendapatkan rekomendasi dari tim delapan.

Apalagi kini kita telah sama-sama tahu bahwa kasus bibit-chamzah sangat lemah di mata hukum dan merupakan rekayasa dari para pejabat yang berkuasa agar KPK lumpuh. Tentu ini sebuah dilema bangsa yang harus membuat kita berpikir bahwa kejujuran saat ini sangat mahal harganya. Orang akan dengan sangat mudahnya bersumpah di muka pengadilan dan merasa dirinya paling benar.

Kalau saya menjadi pak SBY, saya akan bertindak hati-hati dan hal ini bisa menjadi senjata makan tuan. Apalagi teknologi informasi dan komunikasi saat ini sangat terbuka, dimana orang bisa saja cuap-cuap melalui blog dan jejaring sosialnya. Bagi saya pribadi, kekuatan para blogger dan facebooker tidak bisa dianggap enteng. Apalagi blog memiliki keajaiban yang dapat mengangkat pemiliknya menjadi seorang blogger yang dapat bermanfaat untuk orang banyak. Dikenal dan terkenal.

Itulah yang saya rasakan malam ini. Ada rasa haru dan bangga, karena baru saja diumumkan oleh dewan juri bahwa naskah buku saya yang berjudul yuk kita ngeblog! mendapatkan juara pertama tingkat SMP.

Blog memang ajaib. Media ini bukan hanya mengangkat saya menjadi pemenang pertama sayembara penulisan naskah buku pengayaan 2009, Juga blog telah membuat saya menjadi terampil menulis. Bahkan kini blog telah membuat saya menjadi kreatif menulis. Rasanya belum bisa tidur, kalau belum memposting satu tulisan untuk teman-teman di dunia maya. Teman-teman pasti menunggu tulisan-tulisan saya. Meski terkadang tulisan itu mungkin kurang bermanfaat buat orang banyak.

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Ilahi Rabbi, dalam waktu yang hampir bersamaan saya telah memenangkan dua lomba sekaligus, sebagai juara pertama nasional lomba blog balai bahasa bandung, dan juara pertama buku pengayaan 2009. Tentu ini semua bukan pekerjaan yang langsung selesai, tetapi merupakan sebuah proses perjuangan yang membutuhkan perjuangan.

Pada tengah malam sekitar jam 00.00, saya kabari istriku di rumah, dan saya katakan bahwa saya mendapatkan juara pertama. Mendengar kabar itu, sontak istriku menangis bahagia. Meskipun hanya melalui HP, kudengar isak tangisan itu begitu membahagiakan dan mengharukan. Sungguh berita yang tiada disangka, termasuk diriku sendiri. Betapa bahagianya kami. Malam itu, tanpa kami sadari, kami sama-sama menangis bahagia. Musibah yang kami alami telah diubah Allah menjadi anugerah tak ternilai. Robohnya rumah kami karena dimakan rayap yang memaksa kami juga harus mengontrak rumah petak untuk sebulan ini benar-benar membawa perasaan kami lebih berkeinginan untuk mendekat-Nya. Insya Allah, rumah rusak itu akan menjelma menjadi rumah indah yang penuh barokah karena dibangun dari isi otak karena kemurahan-Nya. Allah telah menganugerahkan limpahan rezeki kepada kami dengan jalan yang tiada terduga. Terima kasih ya Allah, karena Engkaulah kami dapat berubah dan mengubah keadaan ini. Engkau telah menunjukkan kami jalan rezeki melalui blog yang telah dikunjungi pembaca untuk berkenan berbagi. Kiranya Engkau tetap berkenan untuk meridloi blog ini agar tetap eksis di hati kami dan pembaca. Tentu kami berharap agar blog ini bermanfaat bagi kemajuan bangsa, khususnya dunia pendidikan yang sedang mulai bangun.

Melalui blog ini, dengan segala ketulusan dan keikhlasan, kami menyampaikan terima kasih tak terhingga kepada pembaca. Tanpa pembaca dan motivasi Anda, kami bukanlah apa-apa. Pembaca, sedikit yang dapat kami sampaikan ini semoga menjadi sebuah pencerahan. Selain kepada pembaca, kami pun tak lupa dan melupakan jasa dan doa keluarga tercinta. Istriku, anak-anakku, ayahandamu hanya dapat mengucapkan terima kasih. Kalian adalah motivator ayahmu. Tanpamu, ayahmu bukanlah apa-apa. Jikalau ayahmu pergi, itu tidaklah bermaksud untuk menghindari kewajiban mendidikmu. Justru ayahmu pergi untuk kewajiban yang lebih besar, yakni mendidik bangsa ini agar mengenal karakter terdidik sehingga terbentuk generasi yang santun dan berprestasi. Kini doa dan dukungan kalian, sebagian telah dikabulkan Allah. Maka, ikhlaskanlah ayahandamu pergi untuk berbagi. Yakinlah, bahwa Allah itu mboten sare (tidak tidur), begitu saya meminjam istilah bahasa Jawa dari teman sekamarku, Johan Wahyudi dari Sragen Jateng, yang juga menjadi juara 1 untuk tingkat SMA.

Salam Blogger persahabatan

Omjay

http://wijayalabs.com


Kamis, 05 November 2009

Belajar dan Berbagi Ilmu PTK di SMPN 230 Jak-Tim

MGMP Guru-Guru Bahasa Indonesia di SMPN 230 jaktim

Guru-Guru Bahasa Indonesia di SMPN 230 jaktim

Hari ini saya mendapatkan undangan untuk memberikan materi Penelitian tindakan kelas (PTK) di Musywarah Guru Mata pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia di SMPN 230 Cipayung Jakarta Timur. Saya diundang oleh ibu Dra. Hj. Saida Edib Hanum, M.Pd, Ketua MGMP Bahasa Indonesia Jakarta Timur.

Senang sekali bisa bertemu di sini, belajar dan berbagi ilmu PTK dengan teman-teman guru Bahasa Indonesia. Sebagai orang yang senang mempelajari bahasa Indonesia, merupakan sebuah kebahagian tersendiri bisa berbagi dengan teman-teman yang memperjuangkan bahasa Indonesia agar menjadi bahasa yang benar-benar disukai oleh para anak didik kita. Ada 4 keterampilan berbahasa yang harus dikuasai peserta didik yaitu Mendengar, Berbicara, Membaca, dan Menulis.

Dari keempat keterampilan berbahasa itulah diharapkan anak didik mampu mengembangkan dirinya menjadi orang yang mampu mengembangkan keterampilan berbahasa itu seperti menjadi reporter, editor, penulis, penyair, dan lain-lain.

Ada juga keterampilan bersastra yang perlu dikembangkan dalam pelajaran bahasa Indonesia. Seperti mereka bisa membuat puisi, pantun, dan prosa. Dari penerbit Erlangga, mereka mempresentasikan buku-buku pelajaran Bahasa Indonesia yang sesuai dengan Standar Isi KTSP 2006 dan mengacu kepada SK dan KD yang telah ditetapkan oleh pusat kurikulum. Sangat menarik dan membuat para guru yang hadir untuk bisa juga membuat buku.

Dalam kesempatan ini, saya ingin menggugah teman-teman guru bahasa Indonesia untuk mampu menulis dan mengembangkan karya tulisnya di bidang bahasa yang bermanfaat untuk mengembangkan keempat keterampilan berbahasa itu. Mengembangkan Potensi unik siswa melalui PTK.

Kalau para peserta didik menguasai keempat keterampilan itu, maka akan hebatlah para peserta didik karena mampu menguasai keterampilan ini dengan baik, dan mereka akan menjadi orang-orang yang dicari secara profesional karena kemampuannya di bidang bahasa. Bahasa Persatuan yang menjadi Bahasa Resmi bangsa Indonesia.

Ada puisi yang dibacakan oleh mas Erwan yang merupakan guru kesusastraan di beberapa sekolah yang membuat saya tertarik dan memaknainya. Dengan judulnya, Impian 3 hari 3 malam. Sunguh sangat mempesona puisinya dan mengingatkan saya pada puisi-puisi karya WS Rendra almarhum.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

Selasa, 03 November 2009

Kolaborasi guru dan Dosen Dalam penelitian

Omjay dalam Lomaba Keberhasilan Guru dalam pembelajaran Tingkat Nasional 2008

Omjay dalam Lomaba Keberhasilan Guru dalam pembelajaran Tingkat Nasional 2008

Guru adalah orang yang mengajar di sekolah sedangkan dosen adalah orang yang mengajar di perguruan tinggi. Begitulah biasanya orang membedakan antara guru dan dosen secara sederhana. Tetapi sebenarnya guru dan dosen sama-sama orang yang menyampaikan ilmu yang dikuasainya untuk para peserta didik. Bila di sekolah peserta didik disebut siswa dan bila di perguruan tinggi peserta didik biasanya disebut mahasiswa.

Guru dan dosen adalah pekerjaan yang sangat mulia. Mereka berusaha membimbing para peserta didiknya agar mampu menguasai kompetensi yang diharapkan. Dengan begitu sangat penting peran mereka dalam dunia pendidikan kita, khususnya dalam keberhasilan guru dalam pembelajaran di sekolah. Namun, sangat disayangkan peran dan fungsi mereka seolah-olah terlihat berjalan sendiri-sendiri. Tak terjadi kolaborasi antara guru dan dosen. Padahal banyak yang akan dihasilkan dalam bidang pendidikan bila guru dan dosen berkolaborasi. Begitu banyak khasanah ilmu pendidikan yang belum ditemukan.

Setiap kali melakukan penelitian di sekolah, saya selalu mengajak teman-teman dosen untuk bergabung dalam penelitian saya di sekolah. Sebab bagi saya keilmuan mereka sangat penting dan dosen memiliki tri darma perguruan tinggi yang salah satunya adalah kemampuan meneliti. Dengan bergabungnya antara guru dan dosen akan menjadi jembatan antara dunia perguruan tinggi dan dunia persekolahan kita.

Contohnya, setiap kali saya membuat proposal penelitian di bidang pendidikan, baik proposal berbentuk Penelitian tindakan kelas atau lainnya, saya selalu berusaha berkonsultasi dengan mantan dosen saya di IKIP Jakarta/UNJ. Dari merekalah saya mendapatkan banyak masukan, khususnya dalam kerangka teoritis dan metodologi penelitiannya. Sebagai orang yang sehari-harinya mengamati proses yang terjadi di sekolah, dibutuhkan orang luar untuk mengamati pula apa yang telah kita lakukan di sekolah. Apakah telah sesuai dengan harapan perguruan tinggi atau justru malah sebaliknya. Melalui cara-cara kolaborasi seperti itulah, maka setiap kali melaporkan hasil penelitian saya dan kemudian saya ikutkan dalam lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran di departemen pendidikan nasional, membuahkan hasil dengan terpilihnya saya menjadi finalis dalam lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran tingkat nasional tahun 2008.

Guru dan dosen sebenarnya masing-masing saling membutuhkan. Guru memerlukan dosen sebagai tempat konsultasinya dan dosenpun memerlukan guru sebagai tempat menguji hipotesanya di bidang pendidikan. Apalagi bila dosen tersebut sedang mengambil program doktor kependidikan yang harus menuliskan desertasi di bidang pendidikan. Alhasil, bila dua kepentingan ini bertemu, maka akan melahirkan sebuah kolaborasi yang hebat dan akan menghasilkan hasil penelitian yang bisa diterima oleh dunia persekolahan dan dunia perguruan tinggi. Kerja keras mereka menggema kencang karena bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Di sinilah pentingnya sebuah penelitian kolaborasi antara guru dan dosen yang saling bekerjasama menyelesaikan masalah di bidang pendidikan atau mampu mengembangkan model-model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Sebab kita masih melihat bahwa masih banyak guru yang hanya menggunakan satu model pembelajaran dan tidak menemukan potensi unik yang dimiliki anak didiknya.

Guru dan dosen harus saling bertegur sapa dalam dunia penelitian kita. Mereka adalah masyarakat ilmiah yang menjadi garda terdepan dalam melahirkan paradigma baru di bidang pendidikan. Bila mereka berjalan sendiri-sendiri, maka yang terjadi adalah apa yang dikerjakan guru tak terpublikasikan ke dalam dunia perguruan tinggi, dan apa yang diteliti dosen di perguruan tinggi tak sampai ke dalam dunia persekolahan. Kolaborasi guru dan dosen yang bergerak di bidang pendidikan tentu sangat dibutuhkan karena akan menimbulkan saling sinergi. Mereka harus saling bekerjasama dan saling melengkapi kekurangan-kekurangan yang terjadi dan harus saling asah, asih, dan asuh dalam meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian.

Omjay bersama pemenang LKDP 2008

Omjay bersama pemenang LKDP 2008 di TVRI

Sebagai seorang guru yang telah merasakan benar pentingnya kolaborasi antara guru dan dosen membuat saya ingin mensharingkan kepada teman-teman guru untuk tidak malu bertanya kepada teman-teman yang berprofesi sebagai dosen. Saya merasakan benar, setiap kali penelitian yang saya lakukan bersama dosen, mencapai hasil sesuai yang saya harapkan dalam penelitian. Hasil penelitian itupun terekspos sampai ke tingkat nasional, dengan terpilihnya saya mengikuti lomba karya tulis ilmiah di departemen pendidikan nasional. Bagi saya, berkonsultasi dengan teman-teman dosen sangat menyenangkan, bukan saja saya mendapatkan ilmu tambahan, tetapi saya merasakan ada orang lain yang mengamati kinerja saya secara cermat dan teliti melalui tulisan ilmiah yang saya laporkan. Di sinilah letak kekritisan seorang dosen yang mampu berpikir secara ilmiah dan runut tentang metodologi penelitian.

Ketika penelitian telah sampai kepada pelaporan, maka guru dan dosen benar-benar merasakan apa yang terjadi di sekolah benar-benar telah terpecahkan dengan baik. Guru yang kurang terbiasa meneliti akan terbantu dengan adanya dosen yang mau berkolaborasi. Ingatlah selalu, kolaborasi selalu menghasilkan prestasi tinggi!. Itulah yang saya dengar dari beberapa guru besar yang mau turun gunung ke sekolah-sekolah mengecek langsung apa yang mereka teliti. Mereka tidak diam dalam menara gading dan menunggu laporan saja. Mereka turut aktif mengamati, dan membantu guru melakukan refleksi diri untuk memperbaiki kinerjanya sebagi guru. Bila tri darma perguruan tinggi benar-benar berjalan, maka setiap ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi akan benar-terasakan manfaatnya bagi sekolah.

Kolaborasi guru dan dosen harus terus digalakkan agar penelitian yang dilakukan oleh para guru menjadi lebih berarti bagi sekolah dan dunia perguruan tinggi, sehingga terjadi proses saling membutuhkan antara guru dan dosen yang sama-sama menjadi seorang peneliti.

Bila guru dan dosen tak meneliti dan tidak saling berkolaborasi dalam mengambangkan penelitiannya, maka akan semakin mundurlah dunia pendidikan kita. Percayalah!.

Salam blogger persahabatan

Omjay

Sabtu, 31 Oktober 2009

Surat Pemanggilan Calon Pemenang Buku Pengayaan 2009

Omjay Mohon Doa agar Buku Yuk Kita Nge-Blog Menang!

Omjay Mohon Doa agar Buku Yuk Kita Nge-Blog Menang!

Kemarin, saya mendapatkan surat kilat khusus dari pak pos. Begitu saya buka, isinya adalah pemanggilan calon pemenang sayembara penulisan buku Pengayaan tahun 2009, dari pusat perbukaan RI, isinya sebagai berikut:

Yth. Saudara Wijaya Kusumah

Guru Labschool Jakarta

Kami beritahukan bahwa panitia sayembara penulisan naskah buku pengayaan tahun 2009 telah menerima 818 naskah dari 26 propinsi. Berdasarkan hasil penelitian dewan juri, naskah saudara dengan judul Yuk Kita Nge-Blog! dinyatakan sebagai calon pemenang sayembara penulisan naskah buku pengayaan tahun 2009. Untuk itu kami capkan Selamat!.

Kami mengundang saudara untuk hadir pada acara pengumuman dan pemberian hadiah yang akan diselenggarakan di jakarta dari 16 s.d. 19 November 2009. Semua calon pemenag akan ditempatkan di hotel mega anggrek jl. Arjuna selatan no. 4 Palmerah Jakbar telp. 021. 5363044

Saudara diminta melapor ke sekretariat panita sayembara pada:

Hari/ Tanggal: Senin, 16 November 2009

Waktu : Pukul 10.00 s.d.12.00 wib

Tempat: Lobby Hotel Mega Anggrek

Membaca surat itu, hati saya sangat senang dan bahagia sekali sebab tak menyangka buku yang saya susun itu masuk nominasi sayembara penulisan naskah buku pengayaan tahun 2009. Mohon doa dari teman-teman blogger, semoga bisa terpilih menjadi pemenangnya tahun ini.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

Selasa, 27 Oktober 2009

Selamat hari Blogger Indonesia!


Hari ini, Selasa, 27 Oktober adalah hari dimana kita merayakan hari blogger indonesia. Hari dimana para blogger bersuka cita. Hari dimana diresmikannya para blogger untuk lebih kreatif menyebarkan jurnalisme warga dengan penuh rasa tanggungjawab. Waktu itu Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Mohammad Nuh tanpa basa-basi mendeklarasikan tanggal 27 Oktober sebagai Hari Blogger Nasional. Momentumnya dibuat seiring Pesta Blogger 2007. Hal itu dicetuskannya saat memberikan sambutan dalam Pesta Blogger 2007 (PB2007), sebuah acara gathering blogger nasional yang diadakan di Blitz Megaplex, Jakarta, Sabtu (27/10/2007). “Hari ini saya nyatakan sebagai Hari Blogger Nasional!” tukasnya disambut tepuk tangan meriah para penulis blog.


Senin, 26 Oktober 2009

Terancamnya bahasa daerah


Menjelang hari sumpah pemuda ini, ada hal yang selalu kita pikirkan yaitu tentang bersatunya berbagai suku di Indonesia dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Para leluhur kita tentu sangat bangga menggunakan bahasa Indonesia. Namun, sebagai putera daerah yang dilahirkan dari suku sunda, tentu saya harus bisa menguasai bahasa daerah priyangan ini. Selain menggunakan bahasa Indonesia yang telah menjadi bahasa nasional dan wajib di negara kita.

Ternyata, dibalik kebanggaan memiliki bahasa persatuan, saya agak terusik juga ketika istri saya bilang bahwa saya adalah orang sunda yang tidak bisa berbahasa sunda. Saya malu juga disentil oleh istri, apalagi bila saya ikut mudik ke kampung istri di Bandung, Saya hanya diam seribu bahasa mendengarkan kakak ipar dan mertua saya bicara. Bahasa daerah ini benar-benar belum saya kuasai, sehingga sering saya bertanya kepada istri atau kakak ipar apa maksud yang dikatakannya. Apalagi bahasa urang Bandung yang terkenal halus pisan euy! Salah-salah saya bisa dipelototin mertua karena saya dalam berucap.

Apa yang saya alami mungkin juga anda alami. Anda berasal dari suku tertentu di Indonesia, tetapi anda tak mengenal bahasa ibu anda. Anda menjadi orang asing di daerah anda sendiri. Anda boleh hebat berbicara dalam bahasa Inggris, dan juga lancar dalam berbahasa Indonesia, tetapi ketika anda ditanya dari suku mana anda berasal, dan anda diajak berbicara bahasa itu, lalu anda tidak mengerti, tentu betapa malunya anda.

Bahasa daerah kini terancam kepunahan. Saya jadi teringat orasi ilmiah Prof. Dr. Arief Rachman., M.Pd. Di hadapan sidang senat Guru Besar dan ratusan undangan yang hadir dalam acara pengukuhan guru besar, Prof. Dr. Arief Rachman, M.Pd. membacakan orasi ilmiah yang berjudul “Kehadiran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris Memusnakan Bahasa daerah Serta Upaya Penyelamatannya”. Beliau dikukuhkan menjadi guru besar bidang Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris pada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta.

Orasi yang diselingi dengan penggunaan bahasa daerah oleh pak arief, yang ditegaskan kembali oleh beliau kini semakin punah, memberikan kesadaran dan pemahaman kepada undangan dan sidang senat untuk tetap melestarikan bahasa daerahnya walaupun dunia global tetap mewajibkan bahasa inggris harus di kuasai sebagai bahasa internasional dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

Dari orasi ilmiah pak Arief itulah saya tersulut untuk mempelajari bahasa dimana orang tua saya berasal. Oleh karena itu, kepada kedua orang anak saya, intan dan berlian, saya ajarkan sedikit demi sedikit bahasa daerah. Saya ingatkan istri saya, apabila di rumah supaya lebih sering menggunakan bahasa sunda selain bahasa Indonesia. Biar mereka terbiasa mempraktikkannya. Sebab bahasa harus sering dipakai karena merupakan alat komunikasi.

Memang agak lucu juga yah! Ketika saya melihat raport kedua anak saya yang masih di SD. Mereka mendapatkan nilai bagus dalam bahasa Inggris, lalu kemudian bahasa Indonesianya. Tetapi ketika masuk kepada nilai bahasa daerah, nilai raport pelajaran ini lebih kecil daripada nilai pelajaran bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Ketika saya tanyakan kenapa bisa begitu kepada kedua putri saya, mereka hanya mengatakan bahwa bahasa daerah yang disampaikan oleh guru di sekolah kurang bisa dipahami dengan mudah. Kata mereka, justru guru yang menyampaikan itu kurang bisa menguasai materinya dengan baik sehingga membuat mereka menjadi kurang tertarik.

Saya terkejut juga dengan ucapan anak-anak saya itu, tetapi setelah saya komparasi dengan teman-teman anak saya, ternyata mereka pun merasakan hal yang sama. Saya menjadi cukup prihatin dengan keadaan ini. Bahasa daerah menjadi terancam, bahkan mungkin sudah punah. Hal ini telah kita saksikan dimana-mana bahwa bahasa daerah mengalami kepunahan.

Dari website kantor berita antara saya pernah membaca beberapa bahasa daerah seperti di Papua dan Maluku telah punah dan terdapat kekhawatiran bahwa 746 bahasa daerah di Indonesia akan terus berkurang. Bahasa yang mengalami kepunahan itu penyebabnya adalah tidak lagi digunakan masyarakat pendukungnya, baik sebagai sarana pengungkap maupun komunikasi seperti apa yang pernah disampaikan Kepala Pusat Bahasa Jakarta, Dendy Sugono di bandar lampung pada bulan Mei 2008. Menurut prediksi para peneliti bahasa, dalam kurun waktu 100 tahun ke depan jumlah bahasa-bahasa di dunia hanya tersisa 50 persen. Lainnya akan punah akibat kuatnya pengaruh bahasa-bahasa utama dalam kehidupan global.

Melihat kenyataan itu, solusi yang harus kita siapkan adalah memperbanyak guru-guru yang mengajarkan bahasa daerah. Mentraining mereka sehingga apa yang mereka sampaikan kepada peserta didik menjadi menarik. Bukan hanya menguasai materi, tetapi mereka juga mampu menguasai metode dan strategi pembelajaran.

Terancamnya bahasa daerah membuat kita harus waspada bahwa dinamika perkembangan bahasa internasional dan nasional jangan sampai menggusur bahasa daerah. Oleh karena itu, pendidikan muatan lokal harus menjadi tambahan pelajaran di setiap daerah di Indonesia. Berbagai keragaman bahasa yang ada di Indonesia harus kita lestarikan seiring dengan tetap eksisnya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Tetap menguasai bahasa internasional agar kita tak terkucil dalam dunia global.

Penguasaan bahasa daerah harus tetap ada dalam diri setiap anak negeri. Mereka harus menyadari dari mana asal-usul mereka dan menguasai bahasa daerahnya, sehingga ketika ada orang yang sekampung atau serumpun, kita bisa saling berbicara dengan bahasa daerahnya masing-masing. Seperti apa yang pernah saya alami ketika berada di Istambul Turki. Saya bertemu dengan orang Bandung yang sudah lama menetap di Istambul,dan mereka langsung berbicara dengan bahasa sunda, “Kumaha damang?” Lalu jawab saya, “Abdi pangestu”.

Salam Blogger persahabatan

omjay

Penguasaan Materi Guru Kurang

Penguasaan Materi Guru Kurang
Ilustrasi: Sugimun, Guru Matematika SMPN I Lumbis, Kabupaten Nunukan, punya cara jitu agar siswanya tertarik dan mudah mengerti pelajaran matematikanya. Salah satunya, Sugimun mengajak siswa bermain gaple atau lebih akrab disebut domino.
Senin, 26 Oktober 2009 | 20:17 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketidaklayakan menjadi guru profesional pada banyak pendidik saat ini bukan hanya karena kualifikasi pendidikan yang umumnya belum sarjana. Kondisi guru saat ini masih banyak yang kurang menguasai materi bidang yang diajarnya serta kemampuan mengajar yang lemah.

Berdasarkan pengujian yang pernah dilakukan Departemen Pendidikan Nasional tahun 2004 guna mengetahui tingkat kelayakan dan kompetensi guru, penguasaan materi guru di tingkat pendidikan dasar dan menengah maupun untuk bidang studi sangat rendah. Kemampuan guru untuk menjawab soal-soal penguasaan materi secara umum maupun sesuai bidang studi rata-rata di bawah 50 persen.

Hasil tes umum untuk guru TK/SD rata-rata 34,26, sedangkan tes serupa untuk guru lainnya rata-rata 40,15. Nilai untuk penguasaan materi Matematika dan Sains sangat rendah rata-rata berkisar 13,24 hingga 22,33.

Ketua Umum Klub Guru Indonesia, Satria Dharma di Jakarta, Senin (26/10), mengatakan persoalan yang dihadapi guru cukup kompleks. Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang memproduksi guru belum memiliki kualitas yang memuaskan untuk menghasilkan guru yang dibutuhkan masyarakat. "Kondisi itu diperparah dengan tidak adanya pelatihan dan pendidikan untuk meng-update pengetahuan para guru secara keilmuan maupun metode pembelajaran dari sekolah dan pemerintah. Apalagi di lapangan, banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya," kata Satria.

Menurut Satria, para guru banyak yang terjebak pada metode pembelajaran konvensional. Padahal, kemajuan teknologi seperti internet bisa jadi sumber belajar yang menolong guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. "Kita mesti dorong guru-guru untuk bisa memacu dirinya untuk maju. Jika selalu mengharapkan pemerintah memang sulit. Sebab, pemerintah sendiri sering bersikap top-down dalam pendidikan guru, yang akhirnya tidak sesuai dengan kebutuhan guru yang sebenarnya," ujar Satria.

Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, mengatakan ketidaksesuaian keilmuan guru dengan bidang yang mesti diajarnya menyebabkan banyak kompetensi profesional guru dipertanyakan. Kenyataan itu banyak terjadi pada guru di berbagai sekolah dan daerah.

"Untuk guru-guru yang mismatch itu, bisa saja difokuskan lagi penguasaan materi untuk bidang yang diajarnya. Bisa saja LPTK membantu dengan membuat program paket yang dibutuhkan guru itu, sesuai kondisinya saat ini," kata Rochmat.


ELN

Editor: made

Sabtu, 24 Oktober 2009

Mutu Pendidik Harus Tidak mengecewakan

Diklat PLPG di FT UNJ
Diklat PLPG di FT UNJ tahun 2008

Hari ini, sabtu 24 Oktober 2009, saya membeli koran kompas cetak sambil menunggu dijemput oleh panitia pelatihan PTK di Tol Jatibening. Ketika membaca kolom opini halaman 6 ada sebuah judul yang menarik. Judulnya, Mutu pendidik yang mengecewakan. Tulisan itu ditulis oleh bapak Ali Khomsan, guru besar fakultas Ekologi Manusia IPB yang dapat anda baca secara lengkap di sini. (http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/24/05203623/mutu.pendidik.yang.mengecewakan)

Dalam tulisannya beliau menuliskan bahwa Kinerja guru tampak meningkat saat mengurus sertifikasi guru. Namun, setelah itu, mereka kembali bertugas seperti semula, tak ada perbaikan performans. Karena itu, guru yang baik, yang telah maupun belum mendapatkan sertifikasi, perlu terus mendapatkan pelatihan, aktif mengikuti seminar atau lokarya untuk mendapatkan wawasan tambahan guna memperbaiki kinerjanya di sekolah.

Di halaman lain, dikolom humaniora dituliskan banyak guru tak pantas jadi guru. Anda bisa melihatnya di http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/24/04173953/banyak.guru.tak.pantas.jadi.guru.

Terus terang, setelah membaca kedua tulisan di atas, sebagai seorang guru yang berprofesi sebagai pendidik membuat saya terpacu untuk menjadi guru yang tidak mengecewakan civitas akademika. Mengecewakan peserta didik, orang tua dan sekolah. Oleh karena itu, saya harus selalu meng-upgrade kemampuan yang saya miliki agar dapat dikatakan sebagai guru profesional. Guru yang mampu melayani peserta didiknya dengan baik. Mutu pendidik harus menjadi tidak mengecewakan.

Agar mutu pendidik tidak mengecewakan, maka guru yang bersangkutan harus bisa meneliti, menulis sendiri Rencana program pembelajarannya dan menyiapkan segala perangkat pembelajaran. Sebab biar bagaimanapun, sistem penilailan kinerja guru sampai saat ini masih menggunakan sistem portofolio, dimana guru dituntut untuk mengumpulkan berkas portofolionya sebanyak-banyaknya. Memenuhi persayaratan jumlah point 850 point agar bisa lulus sertifikasi guru dalam jabatan.

Memang sungguh menyedihkan, apa yang telah dicanangkan oleh pemerintah agar guru sejahtera dan bermartabat melalui sertifikasi guru belum berjalan lancar. Apalagi bila kita melihat prosesnya masih amburadul dan menuai kritik. Tidak jelas dana itu sebenarnya ada dimana, di pemerintah pusata atau sudah di daerah, sebab pencairannya terkesan diperlambat. Mungkin bisa juga ditabungkan agar bunganya bisa masuk ke kantong pejabat. Saya tidak tahu, tapi Allah maha tahu. Sebab ketika saya tanya langsung kepada kedua belah pihak, yang dari pusat mengatakan bahwa dana itu sudah turun ke daerah, sedangkan dari daerah mengatakan dana dari pusat belum cair. Mana yang benar saya tidak tahu. Mungkin terjadi mis manajemen, mungkin juga administrasinya yang tidak profesional, seperti apa yang saya alami dan juga banyak teman guru yang mengalaminya. Berkas portofolio saya hilang.

Saya sendiri mengalami, bagaimana sulitnya menemukan berkas portofolio saya yang hilang itu, dan entah kemana keselipnya. Saya sudah menyusur mulai dari dinas pendidikan setempat sampai direktorat jenderal peningkatan mutu pendidik dan tenaga pendidikan (PMPTK) tingakat pusat di depdiknas Senayan. Untunglah saya masih bisa diikutsertakan dalam PLPG, dan pada akhirnya saya mendapatkan sertifikat pendidik sebagai guru profesional di bidang TIK SMP.

Sertifikasi guru memang sungguh melelahkan. Sangatlah wajar apabila pada saat penilaian sertifikasi guru, banyak kinerja guru yang naik dan terkesan meningkat. Hal ini berkaitan dengan jumah point yang harus mereka penuhi. Bila tak mencapai itu maka mereka dinyatakan tak lulus sertifikasi guru. jadilah para guru menjadi seorang pemburu dan bukan pendidik. Mereka tanpa sadar telah menjadi pemburu sertifikat, mengikuti seminar dan workshop ini dan itu agar bisa lulus sertifikasi guru.

Proses sertifikasi guru memang tak semudah sertifikasi dosen, guru benar-benar diminta menyerahkan arsip portofolionya dari apa yang telah dilakukannya selama ini sebagai guru. Sebagai guru yang ingin lulus sertifikasi guru dalam jabatan tentu saya ingin lulus murni. Tidak mengurangi atau menambah jam mengajar yang diminta agar sampai 24jam sesuai dengan ketentuan dari pemerintah. Oleh karena itu saya melengkapinya dengan tambahan karya tulis saya yang telah beberapa kali masuk final di tingkat nasional.

Namun apa mau di kata, untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak, saya di telpon oleh panitia dari pemda jaktim agar segera mengirimkan berkas kembali dan mengikuti PLPG diFT UNJ. Awalnya saya bersedih hati karena tak lulus murni dalam sertifikasi guru, namun mendengar teman saya yang pernah menjadi guru berprestasi tingkat nasional juga harus ikut PLPG, membuat saya kembali bersemangat. Batin saya mengatakan, guru yang sudah salaman sama pak SBY saja dinyatakan tidak lulus dan harus mengikuti PLPG. apalagi saya, yang belum bersalaman sama pak SBY, hehehehe.

Ternyata, setelah mengikuti PLPG, saya justru bersyukur kepada Allah, karena banyak ilmu yang saya dapat, banyak teman baru yang saya kenal, dan ada tambahan uang saku dari panitia. Di dalam PLPG itu kami diberikan pelatihan bagaimana mengelola pembelajaran yang baik, memanfaatkan media pembelajaran, membuat RPP yang benar dan tidak sekedar copy and paste serta dibimbing bagaimana melaksanakan PTK dan lesson study. Terus terang saya sangat bersyukur sekali mendapatkan pelatihan ini. Membuat saya semakin refresh dan saya pun menjadi tahu kelemahan saya dalam menyampaikan materi pelajaran, karena di Pelatihan PLPG ini kita diberikan masukan tentang gaya mengajar kita oleh para asesor yang baik hatinya. Ada juga dari mereka yang dulunya adalah dosen saya sewaktu S1.

Saya justru megusulkan kepada pemerintah. Mereka-mereka yang sudah lulus sertifikasi ini dikumpulkan dan diberikan tambahan pengetahuan tentang ilmu pembelajaran yang saat ini telah berkembang pesat. Tapi agaknya, rencaa ini sulit dilakukan karena minimnya anggaran pemeritah. Untuk sertifikasi guru saja, pemerintah masih menganggarkan alokasi dana yang tidak sedikit, apalagi harus mengumpulkan kembali mereka-mereka yang sudah lulus sertifikasi guru.

Oleh karenanya agar mutu pendidik tidak mengecewakan, maka harus ada kesadaran dari para penddik itu, baik guru maupun dosen untuk senantiasa belajar sepanjang hayat. Memperbaiki kualitas pembelajarannya melalui penelitian tindakan kelas (PTK) dan melaporkannya dalam bentuk laporan karya tulis ilmiah (KTI). Bukankah banyak guru yang masih belum mampu membuat KTI?

Bila budaya atau tradisi meneliti dan menulis KTI telah menjadi budaya sekolah dan selalu dilaksanakan oleh para guru, maka mutu pendidik kita tak akan pernah mengecewakan. Sebab mereka selalu melakukan instropeksi diri dengan melakukan PTK yang benar, dimana mereka dapat memisahkan antara tindakan dengan penelitian. Di dalam PTK itulah para guru menemukan potensi unik siswa dan mengembangkan karakter peserta didik agar menjadi orang yang berbudi luhur dan bertakwa. Bukan orang pintar yang licik, tetapi orang pintar yang bijaksana, mampu merendahkan dirinya seperti ilmu padi kian berisi kian merunduk.

Akhirnya, guru-guru di sekolah kita harus pantas menjadi guru dan tidak mengecewakan stake holder yang ada di dalamnya. Menjalankan profesinya dengan penuh tanggungjawab dan sanggup menjadi agen pembelajaran. Guru harus menjadi orang pintar yang beruntung bukan orang bodoh yang beruntung seperti apa yang dituliskan oleh gde prama di http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/24/05180036/orang.bodoh.yang.beruntung. Mari kita terus bekerja, belajar, dan berdoa agar kita menjadi orang yang bijaksana dan tidak mengecewakan orang lain.

Salam blogger Kompasiana

Omjay

http://wijayalabs.wordpress.com

Belajar dan berbagi Ilmu PTK di Al Bayan islamic school tangerang

Foto Bersama dengan Peserta PTK Putri di Al Bayan
Foto Bersama dengan Peserta PTK Putri di Al Bayan

Sabtu, 24 Oktober 2009 saya diminta oleh Kepala Divisi Pengembangan Mutu Sekolah Al Bayan Islamic School, ibu Diah Alfaningtias, S.Pd untuk memberikan materi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kepada 50 orang guru di sekolah Al Bayan islamic school. Senang sekali bisa berbagi dengan teman-teman guru di sekolah ini. Selain mereka masih muda-muda, mereka pun memiliki minat yang tinggi untuk meneliti. Hal ini terlihat setelah saya selesai memberikan materi, banyak sekali di antara mereka yang telah memiliki judul PTK yang sangat menarik dan bermanfaat untuk memperbaiki kinerja mereka sebagai guru. Mereka nampak bersemangat membuat proposal PTKnya.

Foto Bersama dengan Peserta PTK Putra di Al Bayan
Foto Bersama dengan Peserta PTK Putra di Al Bayan

Sekolah Al-Bayan yang baru berdiri sekitar 5 tahunan ini terdiri dari sekolah Kelompok Bermain (KB), Taman kanak-kanak (TK), dan Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT). Sekolah yang terletak di Jl. Basoka Raya No. 96 Komp. Mesjid At-Tawwab, Larangan Kota Tangerang Banten dengan telp. 021. 7333182 ini, memiliki budaya sekolah yang unggul dan unik.

Terus terang saya merasa nyaman di dalamnya. Selain fasilitas pembelajaran yang lengkap, sekolah ini juga telah memenuhi 8 standar nasional pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Oleh karenanya tidak salah bila banyak masyarakat sekitar yang menyekolahkan anaknya di sekolah ini. Mereka sangat percaya dengan keunggulan yang diberikan Al Bayan Islamic school dalam memberikan pelayanan terbaik terhadap anak didiknya. Wajar saja, bila para orang tua murid berani mengeluarkan 'kocek' yang tidak sedikit jumlahnya, karena sekolah ini terakreditasi dengan baik.

Peserta PTK Putra di Al Bayan sedang Menyimak Materi PTK
Peserta PTK Putra di Al Bayan sedang Menyimak Materi PTK

Mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dalam belajar dan berbagi ilmu PTK di sekolah ini membuat saya terpacu untuk membuat sekolah sendiri kelak. Berusaha mandiri dalam melayani kebutuhan masyarakat di bidang pendidikan. Membangun sekolah unggul dan berkualitas yang keberadaannya sangat dinantikan.

Peserta PTK Putra di Al Bayan sedang Menyimak Materi PTK
Peserta PTK Putra di Al Bayan sedang Menyimak Materi PTK

Dalam memberikan materi pelatihan PTK di sekolah ini saya sungguh senang. Sebab respon peserta pelatihan yang terdiri dari guru KB-TK, dan SD ini sangat luar biasa. Mereka rata-rata memiliki motivasi yang tinggi dalam meneliti. Bahkan ada guru di sini yang telah menjadi guru berprestasi di tingkat nasional, dan juga menjadi finalis lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran (LKGDP) 2008 yang baru lalu. Karya tulis ilmiah mereka sangat menarik, dan mereka mampu melakukan inovasi baru dalam menemukan metode dan model-model pembelajaran di KB-TK, dan SD.

Peserta PTK di Al Bayan Sangat Serius Menyimak Materi PTK
Peserta PTK di Al Bayan Sangat Serius Menyimak Materi PTK

Belajar dan berbagi ilmu PTK di Al Bayan islamic school membuat saya serasa mendapat studi banding gratis yang nantinya bisa saya terapkan di sekolah tempat saya mengabdikan diri. Al Bayan mampu untuk terus menerus memperbaiki kualitas pembelajarannya, dan semua itu telah menjadi program divisi pengembangan Mutu Sekolah Al Bayan islamic school.

Omjay Memberikan tanda tangan pada Buku PTK
Omjay Memberikan tanda tangan pada Buku PTK

Hari ini, saya mendapatkan pengalaman baru yang saya sharingkan dengan teman-teman dunia maya dalam blog ini. Ternyata kolaborasi dan saling membantu diantara sesama guru dapat melahirkan sebuah karya tulis ilmiah yang sangat bermanfaat untuk sekolah, guru, dan murid. Bila itu telah terdengar oleh masyarakat, maka PTK yang dilakukan akan bermanfaat juga untuk masyarakat sekitarnya. Hal ini telah terbukti, sekolah Al bayan yang baru sekitar 5 tahunan berdiri telah mampu membangun pencitraan yang baik di mata masyarakat. Mereka mampu mempertahankannya dengan terus menerus melakukan perbaikan kualitas pembelajaran melalui PTK.

PTK adalah salah satu solusi untuk meningkatkan mutu pendidik agar tidak mengecewakan di mata masyarakat. Guru sekarang harus mampu meneliti, apalagi sertifikasi guru mempersyaratkan itu agar menjadi guru profesional.

Semoga PTK yang dilakukan oleh teman-teman guru dapat membuat teman-teman guru meningkatkan kinerjanya sebagai guru. Selalu tidak puas dengan pelayanan yang diberikan, dan melakukan instropeksi diri dalam proses pembelajarannya melalui PTK di sekolah.

Ingatlah! dengan melakukan PTK, guru dapat meningkatkan mutu pembelajarannya di sekolah. Semua itu dimulai dari perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan Refleksi diri dalam beberapa siklus yang dirasakan sendiri oleh guru yang bersangkutan.Bila guru berhasil melaksanakan dan melaporkan PTK, maka mutu pembelajaran akan meningkat.

Ketika mutu pembelajaran di sekolah meningkat, maka akan banyak prestasi yang dihasilkan dan dicapai oleh para peserta didik. Ketika prestasi peserta didik meningkat, maka sekolah tersebut akan menjadi sekolah favorit dan unggul di masyarakat, seperti sekolah Al Bayan Islamic School ini.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

Jumat, 23 Oktober 2009

Kartu Nama omjay

Membangun School Cultre Melalui Olahraga

Membangun School Culture melalui Olahraga.

Para siswa Berbaris rapi di lapangan
Para siswa Berbaris rapi di lapangan

Setiap hari Jum'at Pagi di sekolah kami selalu diadakan kegiatan olahraga lari pagi. Kegiatan ini telah menjadi budaya sekolah (School Culture) di tempat kami. Sebelum berlari, biasanya kami dikumpulkan dulu dalam sebuah barisan besar di lapangan upacara layaknya apel pagi. Setelah kami berbaris rapi, biasanya kami mendapatkan arahan dari pimpinan sekolah dulu, berdoa, dan baru kemudian berlari.

Sebelum berlari pagi mengelilingi kampus UNJ yang berdekatan dengan sekolah, kami berdoa terlebih dahulu. Berharap kepada Tuhan Yang Maha Esa agar merestui lari pagi dan tidak ada diantara kami yang cedera akibat terjatuh atau kecelakaan pada hari ini. Doa dipimpin oleh salah satu guru, dan setiap guru yang bertugas sebagai wali kelas diwajibkan mendampingi kelasnya masing-masing dalam berlari pagi.

Para Siswa Berdoa Sebelum Lari Pagi
Para Siswa Berdoa Sebelum Lari Pagi

Olahraga lari pagi di SMP labschool Jakarta, adalah kegiatan yang sudah menjadi tradisi sejak 40 tahun lalu. Olahraga ini sangat murah dan nyaris tanpa biaya. Sangat menyehatkan karena siswa berlari mengelilingi kampus UNJ yang asri. Meski kampus UNJ tak- se asri dan se-alami dulu, namun �lari pagi tetap memberikan kebermanfaatan tersendiri buat kami civitas akademika SMP Labschool Jakarta. manfaat yang paling terasa dari olahraga adalah tubuh menjadi sehat dan segar kembali. Itulah yang kita tanamkan kepada anak didik kami di sekolah.

Di hari itulah saatnya kita mengendurkan otak syaraf dari banyaknya mata pelajaran dengan berjoging ria. Mengeluarkan keringat dengan deras setelah berolahraga.� Maklumlah, sekolah kami adalah sekolah yang ber-AC jadi kami jarang berkeringat, terkecuali bila AC itu mati. Di situlah pentingnya kita berolahraga. Menghirup udara segar alami di pagi hari dan bersama-sama mengelilingi kampus UNJ yang masih sepi dan berharap menghirup udara pagi yang masih terasa segar.

Membangun School Culture Melalui Olahraga
Membangun School Culture Melalui Olahraga

Olahraga jum'at pagi telah membuat kami menciptakan budaya sekolah yang tetap eksis dan semakin disempurnakan. Di jum'at itulah para guru biasanya melakukan evaluasi diri dari apa yang telah kami lakukan selama minggu ini. Para guru melakukan refleksi diri dan mensharingkannya kepada para siswa. �Labschool telah berhasil Membangun School Culture melalui Olahraga.

Berlari Mengelilingi Kampus UNJ
Berlari Mengelilingi Kampus UNJ

Salam Blogger Kompasiana

Omjay

Rabu, 14 Oktober 2009

Kenapa Guru di di daerah Sulit Meneliti?


Saya termenung dan pikiran saya menerawang jauh setelah mendapatkan komentar dari teman saya seprofesi, bapak Sigit Mukriyadi di Madiun. Dalam komentarnya beliau menuliskan kenapa guru di daerah sulit untuk melakukan penelitian? Berikut ini komentar beliau yang saya ambil dari blog pribadi saya di sini.

Salam kenal pak wijaya.

Thanks fo sharing sir.

Disini saya hanya mau menyampaikan kondisi realitas sebenarnya yang kemudian saya hadapkan pada statement :

“Untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik, guru yang sudah memperoleh sertifikasi dan tunjangan guru akan tetap dipantau. Pemantauan termasuk juga pemberian pelatihan metode pengajaran, materi pengajaran, dan melakukan penelitian.”

Statement itu sangat baik sekali guna meningkatkan kualitas guru dengan memberikan pelatihan metode pengajaran ataupun dengan melakukan penelitian tindakan kelas dan saya sangat nenyetujui hal itu. akan tetapi alangkah baik lagi jika itu diterapkan pada guru-guru yang telah berstatus PNS dan guru yang berstatus Bersertifikasi karena kebutuhan ekonomi mereka tercukupi saat ini, dan mohon jangan sampai diterapkan pada guru bantu/honorer baik sekolah swasta/negeri .

Dan alangkah senangnya jika pelatihan-pelatihan tersebut gratis dan berlaku untuk semua guru baik guru PNS, guru bersertifikasi, ataupun guru bantu/ honorer agar dapat dinikmati & dirasakan bersama hasil pelatihan-pelatihan itu karena status kita adalah sama-sama berstatus guru, hanya kesejahteraan perekonomian yang berbeda.

Meskipun saya lulusan AKTA IV tetapi saya adalah orang yang selalu bersemangat untuk selalu belajar dalam keadaan apapun, setiap kali saya mengajar selalu menggunakan model-model pembelajaran yang berubah-berubah sesuai kondisi/ keadaan siswa beserta waktu yang cukup tersedia, baik STAD, TGT, problem solving dll yang intinya terus berusaha menciptakan suasana Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif sekaligus Menyenangkan untuk saya pribadi selaku guru maupun anak-anak didik saya, yang kemudian sering pula saya menganalisis dan mengevaluasinya.

intinya, setiap kali mengajar saya selalu merencanakan, menerapkan, menganalisis serta mengevaluasi atas metode & materi yang telah saya implementasikan guna mengetahui sejauh mana keberhasilan dalam membimbing anak didik saya. berarti saya telah melakukan Penelitian Tindakan Kelas setiap kali mengajar, hanya saja tidak dituangkan kedalam tinta hitam diatas putih (dibukukan).

Sebabnya:
Kebetulan sekali saya adalah T.U salah satu SD Negeri di madiun dan merangkap sebagai guru bantu/honorer salahsatu SMP swasta di madiun yang setiap hari kerjanya terbagi 2 waktu.

Gaji guru swasta perbulan yang saya terima kurang dari Rp. 200.ooo perbulan (dua ratus ribu rupiah perbulan) tepatnya Rp. 185.000,-. mari kita kakulasi gaji tersebut untuk menuangkan atas apa yang telah saya terapkan dikelas kemudian peraturan-peraturan baru memaksa untuk menuangkannya kedalam kertas sehingga menjadi sebuah buku berupa PTK.

  1. Kertas 1 Rem merk Sinar Dunia 70gram Rp 45.000,-
  2. Tinta untuk printer merk Rainbow Rp. 30.000 ,-
  3. Jika sewa rental komputer untuk ngetik perjam Rp. 2.500 (3 jam saja tidak cukup untuk mengetik sebuah PTK ), belum lagi ngeprintnya dirental yang perlembernya Rp. 500 (bayangkan jika PTK tebalnya 60 lembar, kalikan saja Rp. 500, sudah Rp. 30.000 tidak termasuk lama jam sewa rentalnya). jika beli komputer + printernya berapa juta tuh -D
  4. Belum lagi Menjilid dan mengcover kemudian menggandakan (silahkan tanyakan harganya ke toko fotocopy).

Usai itu anda hitung total biaya yang harus dikeluarkan untuk sebuah PTK.

Akibatnya:
Naaah gaji Rp. 185.000,- perbulan cukupkah??? Lalu Anak, Istri saya membeli sembako, sabun, perlengkapan mandi dapat uang darimana??? Mau menabung uang darimana jika selalu gaji habis karena hal diatas??? lalu transportasi untuk esok harinya berangkat ke sekolah untuk bertugas membimbing anak-anak didik saya yang jaraknya sekitar 10km dari rumah??? (jalan kaki karena tidak punya uang untuk beli bensin??? -D 10km jalan kaki??? berapa jam tuh tiba disekolah?), kemudian, Pendidikan anak saya harus bayar pakai uang darimana, katanya sekolah sekarang gratiiiisss ada dimana-mana tapi kenyataannya sekolah-sekolah masih memungut biaya dengan cara melakukan mengumpulkan orang tua wali murid kemudian meminta pungutan dengan dalih sumbangan untuk kelengkapan administrasi sekolah dengan hukum sumbangan wajib (sumbangan kok wajib -D jika anda tidak percaya, silahkan anda survey lapangan dengan menyamar (seperti intel polisi) lalu datang kesekolah contohnya disekolah pinggiran kota madiun bukan dikota madiunnya tapi pinggiran kota).

Berarti saya harus kerja sampingan untuk mencukupi kebutuhan keluarga, Naaah waktu lagi khaaan yang berbenturan antara waktu untuk menyusun sebuah PTK dengan mencari uang lewat kerja sampingan, lalu kapan rampungnya sebuah PTK itu jika setiap bulan harus mencukupi kebutuhan keluarga guna mencari tambahan pendapatan dari Rp. 185.000,- perbulan itu.

Bagaimana mau meningkatkan kualitas guru jika gizi guru dan keluarganya tidak tercukupi??? “jika gizi tercukupi maka akan menghasilkan otak yang sehat, apabila otak telah menjadi sehat maka otak akan mampu menerima transfer ilmu”.

Renungkanlah…

Monggo dengan senang hati dan sangat gembira jika peraturan di pendidikan diperkuat guna kemajuan pendidikan agar masyarakat kita tidak tertinggal dengan negara-negara lain, tetapi jangan hanya peraturan saja yang diperkuat , kesejahteraan guru yang belum PNS pun harus diperkuat, jangan asal cekik sana cekik sini.

Setiap kali pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang pendidikan, semua pihak baik negeri maupun swasta mendapatkan dampaknya pula karena sekolah-sekolah swasta yang ada di indonesia bernaung dibawah departemen-departemen pemerintah.

Walau bagaimanapun dan apapun kebijakan pemerintah, saya tetap setia pada negara tercinta ini karena saya orang yang taat pada pemerintah dan saya orang yang takut sekaligus tidak rela apabila dibodohi oleh negara-negara lain.

Mohon dukungan dari rekan-rekan senior dan semoga guru bantu/ honorer tidak diwajibkan untuk menuangkannya kedalam buku kecuali pemerintah mau memberikan tunjangan untuk penelitian dan kesejahteraan yang sesuai terkhusus guru bantu/ honorer. Amin amin yaa rabbal ‘alamin…

Demikianlah komentar panjang yang saya dapatkan dari teman saya bapak Sigit Mukriyadi di Madiun. Saya terharu membacanya. Dengan gaji Rp.185.000,- guru dituntut harus kreatif dalam penelitian dan melaporkan hasil PTKnya. Pertanyaannya adalah apakah penelitian sederhana di kelas harus menggunakan dana? Apakah dana yang minim lalu membuat kita menjadi tidak kreatif? Coba mari kita renungkan!.

Saya jadi teringat dengan teman saya dari Aceh (saya lupa namanya) yang menjadi finalis LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) tingkat nasional bidang IMTAK di tahun 2005. Waktu itu beliau menjadi teman sekamar saya, karena sama-sama menjadi finalis LKTI tingkat nasional di Jakarta. Saya bertanya pada beliau, apa yang menyebabkan karya tulisnya bisa masuk final di tingkat nasional. Motivasi apa yang membuatnya sanggup menulis karya tulisnya? Bukankah Aceh baru saja terkena Tsunami? Beliau lalu bercerita panjang pada saya, semoga menjadi motivasi bagi teman-teman guru lainnya di seluruh Indonesia.

Sambil bercucuran air mata beliau bercerita. Setelah pasca tsunami, sekolahnya hancur porak poranda. Pada saat itu yang tersisa hanyalah satu buah komputer tua pentium 486. Sebagai sekolah yang berstatus swasta dan dengan jumlah siswa yang tidak banyak serta gaji yang minim pula, membuat teman saya itu tak pernah menyerah dengan keadaan. Beliau selalu memperbaiki kualitas pembelajarannya melalui penelitian kecil di kelasnya sendiri. Beliau rajin menuliskan apa-apa yang telah dikerjakannya. Beliau melakukan penelitian sederhana, dan nyaris tanpa biaya. Komputer yang hanya satu-satunya di sekolah itu, beliau pergunakan di sore hari setelah mengajar. Apa yang beliau tuliskan, di catatan kecil kemudan beliau ketik sendiri dengan menggunakan komputer tua itu.

Namun, ketika semua tulisannya jadi, tak ada printer di sekolah itu. Beliau pergi ke kabupaten yang jaraknya sekitar 50 km dari sekolah. Di sewa rental itulah beliau mencetak karya tulisnya. Lalu mengirimkan hasil penelitiannya ke panitia karya tulis di Jakarta. Beliau yakin dan sangat yakin, bila motivasi kita kuat, dan niat kita karena Allah pasti di dalam kesulitan itu ada kemudahan.

Gajinya yang kecil tak membuatnya pasrah dengan keadaan, beliau bekerja keras mencari tambahan penghasilan untuk bisa sewa printer dan biaya pengiriman KTI ke Jakarta.

Beberapa bulan kemudian, ada surat dari panita lomba KTI Jakarta. Karya tulis beliau terpilih masuk dalam final lomba karya tulis ilmiah tingkat nasional. Seluruh biaya transportasi dan akomodasi di tanggung oleh panitia. Beliau bersyukur kepada Allah karena telah diberikan kesempatan mewakili Aceh dan mengalahkan ribuan karya tulis lainnya. Beliau berangkatdari Aceh dengan pesawat terbang, dan baru kali itulah beliau bisa menikmati perjalanan ke jakarta dengan pesawat terbang. Gratis pula!.

Dari cerita teman saya di Aceh itu, saya menjadi termotivasi untuk selalu meneliti di kelas saya sendiri. Persoalan biaya tak pernah saya pikirkan. Sebab yang dibutuhkan guru dalam meneliti adalah semangat untuk memperbaiki diri dan semangat instropeksi diri untuk memperbaiki kualitas pembelajarannya di kelas. Manfaat yang bisa dipetik dari hasil penelitian itu jelas diri guru itu sendiri, dan juga peserta didik yang menjadi asuhannya. Persoalan dana, janganlah jadi kendala. Sebab, bila motivasi kita tinggi, persoalan dana itu pasti bisa kita atasi asalkan kita kreatif dan tidak pernah menyerah serta berputus asa.

Semoga para guru kita mau meneliti di kelasnya sendiri, dan tidak terus menerus mengeluh merenungi nasibnya yang bergaji guru Oemar Bakri. Guru harus menjadi motivator bagi para anak didiknya.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

Kamis, 08 Oktober 2009

Kamis, 01 Oktober 2009

Halal Bi Halal Labschool


Spanduk Halal Bi Halal
Spanduk Halal Bi Halal

Kamis, 1 Oktober 2009 di Masjid Baitul Ilmi Labschool telah dilaksanakan kegiatan halal bi halal keluarga besar Labschool. Tema halal bi halal tahun ini adalah "Kembali ke Fitrah Diri Menuju Muslim Sejati (Rabbaniyiin)".

Rabu, 30 September 2009

Sertifikasi guru antara Anugerah dan Musibah

Kemarin, saya mendapatkan telepon dari teman kuliah di pascasarjana UNJ. Namanya Diah Alfaningtyas. Saya biasa memanggilnya Mbak Poppy. Beliau adalah guru berprestasi tingkat nasional tahun 2007 yang pernah diundang oleh Presiden SBY ke istana. Ada kabar buruk tentang pengelolaan sertifikasi guru. Temannya mbak Popi sudah 2 bulan ini gelisah, karena berkas-berkas sertifikasi gurunya hilang entah kemana. Sementara teman-teman guru lainnya berkasnya sudah masuk. Temannya mbak Popi itu sudah ke sana kemari mencari berkasnya itu, tetapi tetap tidak ditemukan. Beliau sangat cemas karena berkas-berkas itu adalah berkas-berkas yang asli, sebab untuk sertifikasi guru sekarang ini, semua berkas harus asli. Termasuk semua ijasah yang pernah didapatinya di perguruan tinggi atau universitas.

Kabar buruk kedua, sebelum lebaran saya mendapatkan komentar dari ibu Sri Nurhayati, dengan No.peserta sertifikasi 08026108710410, No.sertifikat pendidik 090808702783. Dalam komentarnya beliau menuliskan, Hingga saat ini saya masih dibuai harapan menunggu pencairan TPP, di mana teman2 yg lulus th 2007 mereka sudah bersuka-cita menerima tunjangan yg sudah cair untuk kesekian kalinya, sementara saya dan teman2 seangkatan hingga detik ini tunjangan yg sangat kami harapkan masih dalam bayang2 mimpi. Kami sangat berharap kepada para pejabat terkait dg masalah ini sgr dapat merealisasikan apa yg sudah menjadi hak kami, karena saat ini uang tsb betul2 sangat kami butuhkan demi kelangsungan hidup kami baik secara profesi maupun secara individual. Demikian, semoga para pejabat terkait tergugah hatinya untuk segera mencairkan tunjangan tsb sebelum hari raya Idul Fitri 1430 H. Terimakasih.

Lalu beliau mengirimkan kabar buruk kembali kepada saya,

Yth Bpk Wijaya Kusumah. Kabar terakhir yang saya dengar, kesalahan terletak pada beberapa guru yg sudah dinyatakan lulus, namun masih memiliki kekurangan jam mengajarnya, yakni kurang dari 24 jam. Mengapa kesalahan tersebut baru terdeteksi ketika saya dan teman-teman berada pada puncak harapan akan cairnya tunjangan tsb, seperti yang sudah dinikmati oleh teman-teman saya yg lulus tahun sebelumnya. Apakah alasan ini sengaja dicari untuk menghambat pencairan tunjangan yg sudah menjadi hak kami? Seandainya betul kesalahan hanya terdapat pd beberapa orang guru, lalu di mana letak keadilan? Mengapa kami yg sudah nyata2 lulus dg baik disamaratakan dengan yg lulus dg catatan masih kurang jam mengajarnya? Begitukah karakteristik kaum birokrat di Indonesia? Oh iya, saya guru di sebuah SMP Negeri di Kota Bogor. Terima kasih atas responnya. Kota Bogor memang selalu beberapa langkah ketinggalan dari kota2 dan kabupaten2 mana pun dalam segala hal, lebih2 kalau sudah menyangkut urusan pencairan tunjangan, pembayaran rapel kenaikan gaji dan sejenisnya.

Menganalisis dua kasus di atas, nampaknya ada sesuatu yang harus diperbaiki dalam administrasi pengelolaan sertifikasi guru. Sebab kedua masalah diatas seringkali menimpa para guru. Mereka kebingungan hendak kemana mencari informasi. Ada yang sudah lulus tetapi belum dapat pencairan tunjangan dan ada yang belum dinyatakan lulus lalu berkasnya hilang.

Saya tak mau saling menyalahkan. Saya hanya ingin mencari solusi. Nampaknya memang ada hal-hal yang harus dibenahi. Ada informasi dan komunikasi yang belum nyambung antara pengelola dengan para guru yang mengikuti sertifikasi guru.

Buat mereka yang telah mendapatkan tunjangan profesi (TPP) tentu ini merupakan anugerah, tetapi buat guru yang belum mendapatkan tunjangan dan berkasnya hilang ini merupakan musibah.

Sertifikasi guru memang melelahkan. Saya pun pernah mengalaminya ketika berkas saya hilang tak jelas kemana. Masing-masing pengelola saling menyalahkan. Pihak Pemda menyalahkan UNJ, dan UNJ menyalahkan pihak Pemda. Karena tak menemukan solusi, saya langsung pergi ke dirjen PMPTK depdiknas Senayan. Begitulah yang saya alami. Namun, berkat kerja keras dan pantang menyerah, akhirnya saya bisa juga dinyatakan lulus sertifikasi guru dan sudah menerima TPP. Setelah saya mengikuti PLPG di fakultas Teknik UNJ. Dari semua peserta PLPG itu, belum semua mendapatkan tunjangan sertifikasi guru. Mereka juga masih bingung kemana lagi harus mencari informasi.

Sertifikasi guru nampaknya harus dievaluasi dan dibenahi sistem administrasinya. jangan sampai ada terjadi ketidakadilan. Semoga saja mendiknas yang baru nanti, dapat membenahi kekurangan-kekurangan yang terjadi pada sertifikasi guru. Sertifikasi guru harus menjadi anugerah bagi para guru untuk menjadi guru profesional dan bukan musibah.

Salam Blogger Kompasiana

Omjay