Selamat Datang di Blog Wijaya Kusumah

Untuk Pelayanan Informasi yang Lebih Baik, maka Isi Blog Wijaya Kusumah juga tersedia di blog baru di http://wijayalabs.com

Rabu, 28 November 2007

Menciptakan Budaya Sekolah yang Tetap Eksis (Suatu Upaya untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan)

I. PENDAHULUAN

Tahun ajaran baru belum lagi mulai, tetapi sekolah kami sudah membuka pendaftaran siswa baru. Setiap kali dibuka, respon masyarakat terhadap sekolah kami kian meningkat. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya jumlah orang tua yang mendaftarkan putra-putrinya untuk mengikuti tes ujian masuk yang setiap tahunnya mengalami grafik kenaikan. Respon yang begitu besar itu membuat kami harus bersyukur dan merenung, karena sebagai sekolah swasta umum kami harus bersaing dengan sekolah-sekolah yang ada di sekitarnya yang jumlahnya sudah puluhan.

Dari sekian banyak sekolah yang ada, sekolah kami, SMP Labschool Jakarta menjadi pilihan favorit dari para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya. Mengapa sekolah kami yang dipilih dan tidak yang lain? Apa nilai unggulnya? Dan mengapa mereka begitu antusias, padahal untuk bisa bersekolah di tempat kami membutuhkan biaya yang tidak sedikit, bahkan sampai puluhan juta rupiah? Keunggulan apa yang dimiliki oleh sekolah kami? Prestasi dalam Ujian Nasional? Tidak juga, walaupun kami sempat peringkat kedua tingkat nasional tahun 2003 untuk kelas Akselerasi. Apa sih yang unggul dan menarik? Apakah sistem pendidikannya? Ataukah proses pembelajarannya? Lalu ada apa dengan Labschool?

Dari hasil wawancara dengan para orang tua dan juga para siswa, ternyata jawabannya selain memiliki budaya organisasi dan budaya kerja, SMP labschool Jakarta memiliki budaya sekolah yang tetap eksis. Mempunyai misi dan visi sekolah yang bermartabat dengan didukung pendidik dan tenaga kependidikan yang berkualitas dalam mempersiapkan calon pemimpin yang bertakwa, berintegritas tinggi, mempunyai daya juang yang kuat, mempunyai kepribadian yang utuh, berbudi pekerti luhur, mandiri serta mempunyai kemampuan intektual yang tinggi.

Salah satu keunikan dan keunggulan Labschool yang tidak dimiliki oleh sekolah lainnya adalah budaya sekolah (school culture) yang kokoh, dan tetap eksis. Perpaduan semua unsur (three in one) baik siswa, guru, dan orang tua yang bekerjasama dalam menciptakan komunitas yang lebih baik melalui pendidikan yang berkualitas, serta bertanggung jawab dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, menjadikan sekolah Labschool unggul dan favorit di masyarakat. Keberadaannya sudah menjadi ’buah bibir’. Para orang tua akan berusaha menyekolahkan anaknya ke tempat kami. Namun, antusias yang begitu besar itu tidak dapat dipenuhi karena terbatasnya ruang kelas dan tempat yang ada di sekolah.

II. PEMBAHASAN

Menurut Deal dan Peterson (1999), budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas.
SMP Labschool Jakarta mempunyai misi menciptakan budaya sekolah yang menantang dan menyenangkan, adil, kreatif, terintegratif, dan dedikatif terhadap pencapaian visi, menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi dalam perkembangan intelektualnya dan mempunyai karakter takwa, jujur, kreatif, mampu menjadi teladan, bekerja keras, toleran dan cakap dalam memimpin, serta menjawab tantangan akan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia yang dapat berperan dalam perkembangan iptek dan berlandaskan imtak.

Budaya sekolah yang telah diciptakan dan tetap eksis di SMP Labschool Jakarta selama 15 tahun berdiri adalah : budaya salam, dimana setiap kali bertemu (guru, siswa dan orang tua) saling mengucapkan salam dan berjabat tangan dengan sapaan sopan dan senyuman menawan; upacara bendera yang rutin dilaksanakan setiap minggu kedua dan keempat; Penasehat akademis atau pertemuan wali kelas dengan para siswanya setiap Senin pagi untuk berbagi informasi; Tadarus dan kebaktian setiap Senin dan Kamis pagi sebelum pelajaran dimulai; Seragam sekolah yang berbeda dengan sekolah lain; Sholat Dzuhur berjamaah di masjid sekolah pada saat jam istirahat; Olah raga Jumat pagi dengan mengelilingi kampus UNJ; Lima hari belajar (Senin-Jumat) dari pukul 06.55 s.d. 14.30; Majalah sekolah yang dibuat oleh siswa untuk melatih bakat jurnalistiknya; Dialog interaktif dengan para pakar di bidangnya, mulai dari masalah seks sampai teknologi terbaru; Lintas juang untuk mendidik siswa menjadi calon pengurus OSIS; Studi Kepemimpinan Siswa untuk melatih kepemimpinan siswa menjalankan organisasi; Studi Amaliah Ramadhan mendidik siswa dalam kegiatan pesantren ramadhan; Pelepasan siswa yaitu melepas siswa kelas sembilan yang telah lulus dari sekolah; Buku tahunan adalah buku yang merekam kegiatan siswa dari mulai masuk sampai lulus sekolah; POMG (Persatuan Orang tua Murid dan Guru) adalah kegiatan orang tua siswa yang menunjang kegiatan sekolah dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan; budaya bersih adalah kegiatan kebersihan sekolah dan kebersihan diri sendiri; Kegiatan praktek ibadah adalah kegiatan keagamaan siswa yang dinilai oleh guru agama masing-masing; PHBI dan Nasional adalah kegiatan hari besar keagamaan dan nasional; melakukan Doa sebelum/sesudah belajar dipimpin oleh wali kelas atau guru pengajar jam pertama dan terakhir; Labs channel yaitu kegiatan siswa di jam istirahat dengan menjadi penyiar radio sekolah; Labs TV yaitu kegiatan siswa dalam meliput beberapa kegiatan sekolah dan menayangkannya dalam televisi sekolah; Budaya disiplin dimana siswa tidak diperkenankan masuk kelas pada jam pertama, bila terlambat dan atau melakukan pelanggaran tata tertib sekolah; budaya kerja keras, cerdas dan ikhlas yaitu siswa dilatih menyelesaikan tugas-tugasnya dengan cepat, tepat waktu, dan berharap mendapatkan ridho hanya dari Allah; budaya Kreatif yaitu melatih siswa menciptakan inovasi sesuai bakat dan minatnya; Mandiri & bertanggung jawab yaitu melatih siswa untuk bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain dan bertanggung jawab penuh terhadap tugas yang diberikan guru; Pentas Seni (Pensi) melatih siswa melaksanakan kegiatan bernuansa seni baik kesenian tradisonal maupun kesenian modern atau yang sedang ’ngetren’ saat ini; Kunjungan museum yaitu mengenalkan kepada siswa tentang warisan budaya bangsa yang harus dilestarikan; Kunjungan Industri yaitu mengenalkan siswa tentang kegiatan-kegiatan yang ada di industri atau pabrik yang berkaitan dengan mata pelajaran sains dan ekonomi; SAKSI (Studi dan Apesiasi Kepemimpinan Siswa Indonesia) yaitu kegiatan kesiswaan yang mengundang sekolah lain di Indonesia untuk bersama-sama berlatih kepemimpinan dengan nara sumber dari KOSTRAD TNI AD di Pusdiksarkostrad Sangga Buana Karawang Jawa Barat; Career Day yaitu kegiatan yang mengarahkan siswa untuk menggapai cita-citanya dengan mengundang beberapa tokoh yang sukses dalam meniti karirnya; Ekstrakurikuler adalah kegiatan non akademik yang memberi wadah/kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreatifitasnya sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing (ada sekitar 34 jenis ekskul yang terangkum dalam buku panduan ekskul); Parents Day yaitu kegiatan orang tua siswa di sekolah yang diberi kesempatan mengajar selama satu hari di kelasnya masing-masing, dan Sport and Art yaitu kegiatan seni dan olahraga antar kelas untuk unjuk gigi di hari Jumat.
Dengan motto Iman, Ilmu, Amal, Kreatif dan Berprestasi SMP Labschool Jakarta menjadi sekolah yang unggul dan berkualitas. Banyaknya tamu yang datang berkunjung dari lembaga pendidikan di berbagai daerah di Indonesia ke sekolah kami ( ± 4 lembaga) untuk melakukan studi banding setiap bulannya, membuat kami tersanjung dan bersyukur pada Allah. Kami pun banyak belajar dari mereka.

SMP Labschool Jakarta sebagai sekolah favorit di masyarakat harus melaksanakan aktifitasnya secara profesional dan bertanggungjawab. Profesional memiliki pengertian bahwa sekolah melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan proses belajar mengajar dan manajemen yang baik. Bertanggungjawab memiliki pengertian bahwa sekolah melaksanakan pendidikan secara akuntabilitas kinerja/ dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan pemerintah.

Tuntutan sekolah yang profesional membutuhkan pengelolaan yang tepat melalui pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Sebab dengan MBS, lembaga dapat menginventarisir kekuatan-kekuatan dan kebutuhan-kebutuhannya, kelemahan, peluang, hambatan, dan tantangan yang mungkin ada. Pendekatan ini sering disebut dengan analisa SWOT. Dari analisis tersebut akan tampak perbedaan karakteristik sebuah sekolah dengan sekolah lainnya. Karenanya, dalam konteks penerapan MBS, Sergiovanni (2005) menyarankan agar para pengambil kebijakan, para penilik, dan kepala sekolah menggunakan pendekatan budaya sekolah atau school culture approach. Alasannya: Pertama, pendekatan budaya lebih menitikberatkan faktor manusia di atas faktor-faktor lainnya. Peran manusia amat sentral dalam suatu proses perubahan berencana. Sesuai dengan pepatah man behind the gun, manusia adalah faktor yang menentukan keberhasilan perubahan, bukan struktur atau peraturan legal. Kedua, pendekatan budaya menekankan pentingnya peran nilai dan keyakinan dalam diri manusia. Aspek ini merupakan elemen yang sangat berpengaruh dalam membentuk sikap dan perilaku. Karenanya, pendekatan budaya menomorsatukan transformasi nilai dan keyakinan terlebih dahulu sebelum perubahan yang bersifat legal-formal. Ketiga, pendekatan budaya memberikan penghormatan dan penerimaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada. Sikap menerima dan saling hormat menghormati akan menciptakan rasa saling percaya dan kebersamaan di antara anggota organisasi. Rasa kebersamaan akan memunculkan kerja sama, dan kerja sama akan mewujudkan sikap profesionalisme yang membawa perubahan sehingga mengubah nilai-nilai lama yang menghambat dengan nilai baru yang mendukung MBS.
Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, dengan kurikulum baru KTSP 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) membuat guru lebih aktif, kreatif, kompetitif, inspiratif, inisiatif, independen dan inovatif dalam menemukan dan mengembangkan kurikulum baru. Sekolah diberi kebebasan dalam membuat program kerja oleh pemerintah melalui Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang merupakan salah satu dari delapan standar nasional pendidikan sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permen) No.23 Tahun 2006.

Labschool telah memiliki sistem pengembangan budaya sekolah yang terintegrasi dan terimplementasi dalam proses pembelajaran. Sekolah juga telah melakukan inovasi-inovasi kegiatan budaya sekolah dan terinventarisasikannya budaya sekolah Labschool yang sesuai dengan nilai-nilai lokal, nasional, dan internasional. Semuanya itu telah menyatu ke dalam kegiatan akademik dan kegiatan kesiswaan melalui kegiatan yang bersifat intrakurikuler dan ekstrakurikuler sehingga nantinya SMP Labschool Jakarta akan menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dengan membuka kelas billingual yang telah berjalan beberapa tahun belakangan ini.

Pengelola sekolah membangun sebuah sistem yang di dalamnya mengutamakan kerjasama atau team work. Kesuksesan dibangun atas dasar kebersamaan dan bukan kerja satu orang kepala sekolah atau one man show. Kepala sekolah setiap periode akan berganti, tetapi sistem akan terus berjalan mendampingi siapapun pemimpinnya. Melalui budaya organisasi, Labschool terus menata kembali status kelembagaan, struktur organisasi, komitmen civitas akademika, aturan kepegawaian dan kesejahteraan, merencanakan penggunaan teknologi dengan menempatkan ’Access Point’ di tiap sudut sekolah, sistem pemeliharaan fasilitas, pengembangan program dan layanan pendidikan, dan sumber keuangan sekolah.

Setiap sekolah harus dapat menciptakan budaya sekolahnya sendiri sebagai identitas diri, dan juga sebagai rasa kebanggaan akan sekolahnya. Kegiatan tidak hanya terfokus pada intrakurikuler, tetapi juga ekstrakurikuler yang dapat mengembangkan otak kiri dan kanan secara seimbang sehingga melahirkan kreativitas, bakat dan minat siswa. Selain itu, dalam menciptakan budaya sekolah yang kokoh, kita hendaknya juga berpedoman pada misi dan visi sekolah yang tidak hanya mencerdaskan otak saja, tetapi juga watak siswa yang selalu disampaikan oleh tokoh pendidikan Indonesia Bapak Prof. Dr. H. Arief Rachman, serta mengacu pada 4 tingkatan kecerdasan yaitu : kecerdasan intektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan rohani (SQ) dan kecerdasan sosial.

Budaya sekolah akan subur dan tetap eksis bila orang tua siswa dilibatkan dalam menunjang kegiatan kesiswaan. Melalui kegiatan Indonesian Parenting Forum, orang tua diberi kesempatan melakukan kegiatan Seminar Nasional. Karena kegiatan inilah Mendiknas, Bambang Sudibyo mau meluangkan waktunya membuka Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh POMG SMP Labschool Jakarta pada 12 Mei 2007 di Shangrila Hotel Jakarta. Kegiatan POMG telah menjadi budaya sekolah yang kental dan didukung penuh oleh pimpinan sekolah. Hasilnya, POMG dapat mengumrohkan para guru ke tanah suci Mekah, Rekreasi guru dan keluarga, dan lain-lain yang sangat menunjang untuk kegiatan siswa dan kesejahteraan para guru. Namun demikian, kegiatan POMG tetap berjalan dalam koridor tidak ’mengobok-obok’ kurikulum sekolah yang telah dibuat oleh sekolah dan Badan Pengelola Sekolah (BPS) Yayasan Pembina Universitas Negeri Jakarta.

Keterlibatan orang tua dalam menunjang kegiatan sekolah, keteladan guru (mendidik dengan benar, memahami bakat, minat dan kebutuhan belajar anak, menciptakan lingkungan dan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan serta memfasilitasi kebutuhan belajar anak), dan prestasi siswa yang membanggakan adalah tiga hal yang menyuburkan budaya sekolah. Kegiatan-kegiatan itu menjadi gengsi tersendiri dalam suatu sistem yang utuh (komprehensif) melalui indikator yang jelas, sehingga karakter atau watak siswa dapat terpotret secara optimal melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sekolah. Kegiatan itu telah menjadi budaya dan berpengaruh dalam perkembangan siswa selama bersekolah di Labschool.

Karena budaya sekolah Labschool itulah yang tertanam di hati para siswa. Hampir bisa dikatakan sekolah kami bebas dari narkoba, rokok, minuman keras, tawuran antar pelajar, dan ’penyakit’ kenakalan pelajar lainnya. Siswa terbaik yang lulus, akan terukir namanya dalam batu prasasti. Alumni SMP labschool Jakarta tersebar ke sekolah-sekolah SMA favorit ’papan atas’ baik di tingkat propinsi maupun nasional dan menjadi ’leader’ di sekolahnya masing-masing.

III. PENUTUP

Lingkungan pendidikan yang harmonis dalam suasana kekeluargaan merupakan faktor yang mendukung terselenggaranya KBM yang baik. Sebab dengan lingkungan yang aman dan nyaman serta bersahabat siswa akan tenang dalam belajar. Salah satu usaha menciptakan keharmonisan tersebut adalah dengan budaya salam yang kental tanpa membedakan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) sehingga terbangun tata krama yang sistematik dan dapat membangun akhlaqul karimah yang dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW.
Budaya sekolah yang harus diciptakan selain hal-hal tersebut di atas adalah budaya unggul dan mampu bersaing di dunia global. Memiliki daya juang yang tinggi, tanpa kehilangan jati diri suatu bangsa, dan tak mengenal kata ’putus asa’. Sekolah harus dapat melestarikan budaya lokal dengan tetap mengikuti tren budaya global yang berkembang, misalnya bahasa daerah, gamelan, dan tarian tradisional perlu dilestarikan sebagai warisan budaya bangsa. Tetapi tidak dapat kita pungkiri pula bahwa penguasaan bahasa asing, band, dan modern dance harus juga dipelajari sebagai budaya global yang disukai remaja saat ini.

Karena itu, nuansa religius di sekolah dengan pelaksanaan tadarus dan kebaktian sebelum pembelajaran yang dilaksanakan harus dijadikan aktivitas rutin. Membudayakan salam dan saling menegur dengan bahasa yang ramah harus menjadi fenomena yang biasa. Budaya keteladanan, kedisiplinan, dan kerja sama, baik orang tua, guru, dan siswa harus terus dikembangkan dan memiliki tanggung jawab untuk memajukan sekolah. Melalui kegiatan POMG atau komite sekolah, para orang tua harus berperan aktif membantu program-program yang dibuat oleh sekolah sehingga dapat membawa nama baik sekolah di masyarakat. Rendahnya mutu pendidikan kita saat ini disebabkan oleh lemahnya komitmen warga sekolah dalam mewujudkan budaya sekolah dan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pendidikan sehingga akan berdampak pada rendahnya peran serta dan partisipasi masyarakat terhadap pendidikan baik secara moril maupun materiil.

Kredibilitas sekolah di mata masyarakat, akuntabilitas kinerja sekolah, dan sigma kepuasan orang tua siswa harus sudah terbentuk, sehingga membawa sekolah memiliki budaya sekolah yang tetap eksis. Guru, orang tua, dan siswa harus dapat bekerja sama menciptakan budaya sekolah yang tetap eksis di tengah era derasnya globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Budaya sekolah terbentuk dari eratnya kegiatan akademik dan kesiswaan, seperti dua sisi mata uang logam yang tak dapat dipisahkan. Melalui kegiatan ekstrakurikuler yang beragam dalam bidang keilmuan, keolahragaan, dan kesenian membuat siswa dapat menyalurkan minat dan bakatnya masing-masing. Budaya sekolah dapat dimulai dari hal kecil seperti tempat duduk siswa yang berpusat pada guru harus diubah menjadi tempat duduk yang mendorong interaksi antar siswa. Hasil karya siswa yang berupa gambar, karangan, puisi, dan kerajinan harus dipasang di tempat terbuka di sekolah untuk mendorong kebanggaan berprestasi. Foto-foto ilmuwan juga perlu dipajang guna merangsang motivasi belajar siswa.

Sekarang ini, keunggulan suatu sekolah tidak ditentukan oleh besar kecilnya dana yang tersedia, tetapi lebih pada komitmen dan dedikasi para guru juga peran serta orang tua dalam memajukan sekolah dan dapat menciptakan budaya sekolah yang tetap eksis dengan terus membangun kredibilitas dan akuntabilitas kinerja, sehingga melahirkan sigma kepuasan di kalangan masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

DAFTAR ACUAN
· http://www.depdiknas.go.id/
· http://www.kompas.co.id/
· http://www.republika.co.id/
· http://www.mediaindonesia.co.id/
· Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi. 3-
cetakan.1. – Jakarta : Balai Pustaka 2001
· Rachman, Arief. 2007. Makalah Seminar Nasional : Peran Orang tua dalam
Mempersiapkan Remaja Menuju Masa depan Sukses. Jakarta, 12 Mei 2007
· Tim SMP Labschool Jakarta, Panduan Kegiatan Ekskul SMP Labschool Jakarta, 2006.
· Tim SMP Labschool Jakarta, Pedoman kegiatan Kesiswaan SMP Labschool Jakarta, 2007.
· Tim SMP Labschool Jakarta, Program Kerja SMP Labschool Jakarta, 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar pada blog ini, dan mohon untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan yang benar.