Selamat Datang di Blog Wijaya Kusumah

Untuk Pelayanan Informasi yang Lebih Baik, maka Isi Blog Wijaya Kusumah juga tersedia di blog baru di http://wijayalabs.com

Minggu, 24 Agustus 2025

AI Tak Bisa Gantikan Guru

AI Tak Bisa Gantikan Peran Guru

Di sebuah kelas SMP, seorang murid dengan penuh percaya diri bertanya:

Murid:
“Pak, kalau ada AI, buat apa ada guru? Tinggal tanya ChatGPT, langsung keluar jawabannya.”

Guru:
“Hmm… jadi kamu pikir guru itu kayak printer yang tugasnya cuma nyetak jawaban?”

AI (ikut nimbrung, karena dipanggil lewat HP):
“Halo, saya ChatGPT. Benar, saya bisa menjawab pertanyaan dengan cepat dan akurat.”

Murid:
“Tuh, kan pak! AI lebih pintar dari bapak.”

Guru:
(sambil melotot dengan tatapan laser)
“Coba sini HP kamu!”

AI:
“Mohon maaf, saya tidak bisa menahan tatapan guru. Sistem saya tidak mendukung mode ‘ketakutan’.”

Seluruh kelas pun ketawa ngakak.

---

1. Guru Punya Jurus Tatapan, AI Tidak

Murid:
“AI bisa kasih jawaban soal matematika, Pak!”

Guru:
“Tapi AI tidak bisa kasih tatapan maut kalau kamu salah kerjakan soal.”

AI:
“Benar, saya hanya bisa memberikan pesan: ‘Jawaban Anda salah, silakan coba lagi.’”

Murid:
“Nah, kalau salah berkali-kali gimana?”

Guru:
“Saya bisa kasih nilai nol plus hukuman menyalin 50 kali. AI bisa begitu?”

AI:
“Mohon maaf, saya tidak bisa menghukum. Saya hanya bisa memberi saran motivasi.”

---

2. AI Tak Bisa Sindir Halus

Murid (ketiduran di kelas):
(Zzzz…)

AI:
“Tidur sangat penting untuk kesehatan. Namun, sebaiknya dilakukan di rumah.”

Guru:
(sambil tersenyum sinis)
“Wah, pemandangan indah sekali. Yang di belakang kayak bayi tidur. Mau saya bawakan guling sekalian?”

Seluruh kelas langsung meledak ketawa.

---

3. AI Gagal Jadi Tempat Curhat

Murid:
“Pak, saya putus cinta.”

AI:
“Saran saya: meditasi, olahraga, dan minum air putih.”

Guru:
“Minum air putih sih bagus. Tapi saya juga bisa kasih wejangan: jangan galau terus, fokus belajar, nanti jodohmu datang sendiri. Kalau perlu, saya carikan calonnya dari tetangga sebelah.”

Murid:
“Waduh, jangan pak! Nanti saya belum siap.”

---

4. AI Tak Bisa Marah ala Guru

Murid (berisik di kelas):
“Pak, ribut dikit aja marah. Kalau AI pasti sabar.”

AI:
“Benar, saya selalu sabar menghadapi pengguna.”

Guru (teriak):
“Diam semua! Kalau mau ngobrol, pindah ke kantin sekalian!”

Murid (komat-kamit):
“Iya Pak…”

AI:
“Wah, suara guru ternyata lebih efektif daripada 1000 notifikasi error.”

---

5. Humor Guru Tak Bisa Ditandingi

Murid:
“AI bisa bikin lelucon juga, Pak!”

AI:
“Kenapa komputer suka ngopi? Karena takut ngantuk-ware.”

(Sunyi. Hanya ada jangkrik.)

Guru:
“Kalau kalian tidak belajar, masa depan kalian suram… kayak sinyal WiFi sekolah ini.”

(Satu kelas langsung ketawa terpingkal-pingkal.)

---

Kesimpulan

AI boleh pintar, cepat, dan sopan. Tapi AI tidak bisa menatap, menyindir, bercanda, marah, atau memberi pelukan hangat seperti guru.

Kelas tanpa guru ibarat nasi goreng tanpa kecap—tetap bisa dimakan, tapi hambar.
Jadi, jangan pernah berpikir guru bisa digantikan AI. Karena bagi murid, guru bukan hanya sumber ilmu, tapi juga sumber ketawa, sindiran, tatapan maut, sekaligus teman curhat.

Salam blogger persahabatan 
Wijaya Kusumah - omjay 
Guru blogger Indonesia 
Blog https://wijayalabs.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar pada blog ini, dan mohon untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan yang benar.