Cahaya Perjalanan dari Dosen Hebat IKIP Jakarta
Setiap guru memiliki kisah perjalanan yang berbeda. Ada yang menapaki jalan pendidikan dengan mulus, ada pula yang harus menempuh liku-liku penuh perjuangan. Namun, di balik semua itu, ada satu benang merah yang selalu menyatukan: ketulusan hati dan semangat untuk terus belajar.
Saya, Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd atau akrab dipanggil Omjay, termasuk salah satu yang merasakan bahwa jalan seorang guru adalah jalan panjang yang penuh cerita. Ketika mengingat kembali perjalanan sejak masa kuliah hingga hari ini, hati saya selalu dipenuhi rasa syukur.
---
Awal Perjalanan: Menjadi Mahasiswa IKIP Jakarta
Masuk ke IKIP Jakarta (yang kini bernama Universitas Negeri Jakarta – UNJ) adalah pintu besar dalam hidup saya. Tidak semua orang mendapatkan kesempatan kuliah di perguruan tinggi negeri, apalagi di kampus yang dikenal sebagai pencetak guru-guru hebat.
Saat pertama kali menginjakkan kaki di kampus itu, saya merasakan suasana akademik yang begitu kuat. Para dosen tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral, keteladanan, dan semangat mengabdi. Saya belajar bahwa menjadi guru bukan sekadar profesi, melainkan panggilan jiwa.
Di bangku kuliah, saya harus berjuang keras membagi waktu antara belajar, berorganisasi, dan mengembangkan minat menulis. Dari sinilah muncul kecintaan saya terhadap dunia literasi. Saya mulai menulis catatan harian, artikel kecil, hingga akhirnya terbiasa membagikan pengalaman melalui blog dan media sosial.
---
Lika-Liku Perjalanan Guru
Lulus dari IKIP Jakarta bukan berarti perjalanan menjadi mudah. Saya harus melewati banyak tantangan dalam meniti karier sebagai guru. Terkadang, dunia pendidikan tidak seindah yang dibayangkan. Gaji yang kecil, fasilitas terbatas, bahkan sering kali profesi guru dianggap sebelah mata.
Namun, di balik semua keterbatasan itu, ada kekuatan besar yang membuat saya terus bertahan: rasa cinta kepada murid-murid saya. Melihat mereka berkembang, lulus, dan sukses adalah kebahagiaan yang tak bisa dibeli dengan apa pun.
Saya belajar bahwa mengajar bukan hanya soal menyampaikan materi, tetapi juga membentuk karakter, menumbuhkan rasa percaya diri, dan menyalakan harapan di hati anak-anak bangsa.
---
Doa dan Dukungan Sahabat
Dalam perjalanan panjang ini, saya tidak pernah sendiri. Banyak sahabat yang selalu memberi semangat. Salah satunya adalah Pak Edi Siswanto, seorang guru hebat yang menuliskan pesan menyentuh hati untuk saya:
> “Masya Allah, semangat selalu Omjay… lika-liku perjuangan seorang guru dengan tetap selalu bersyukur sekarang ini. Semoga Omjay bisa meraih guru besar yang diimpikan. Semoga kita semua diberikan kemudahan, kelancaran, kesuksesan, dan kesehatan dalam meraih mimpi dan harapan. Selalu berkarya dan berkiprah sesuai posisinya. Amiin ya Allah…”
Pesan ini bukan sekadar doa, melainkan pengingat bahwa setiap langkah kecil dalam perjalanan guru adalah bagian dari perjuangan besar mencerdaskan bangsa.
Pak Edi juga menambahkan refleksi yang membuat saya semakin merenung:
> “Omjay masih lebih bagus perjalanan awalnya… karena bisa masuk PTN IKIP Jakarta, itu sudah luar biasa. Saya sendiri waktu S1 kuliah di swasta sambil kerja 😄. Baru setelah itu lanjut S2 dan S3 di PTN. Dari awal meniti karier guru sejak S1, hingga kini menjadi guru PNS di SMK negeri. Penuh liku juga, tapi harapan setelah S3 adalah untuk lebih berarti lagi… syukur bila bisa melimpah ke dosen menjadi guru besar.”
Kisah beliau mengajarkan bahwa jalan pendidikan setiap orang berbeda. Ada yang langsung masuk PTN, ada pula yang harus memulai dari PTS. Namun, yang paling penting bukanlah di mana kita memulai, melainkan bagaimana kita berproses dan terus melangkah maju.
---
Pesan dari Prof. Atwi Suparman
Selain doa sahabat, saya juga mendapatkan motivasi berharga dari Prof. Dr. Atwi Suparman, mantan Rektor Universitas Terbuka. Beliau berkata:
> “Teruslah menulis dan berbagi ilmu, Omjay. Seorang pendidik akan hidup abadi melalui karya-karya yang diwariskannya. Jangan pernah lelah berkarya, karena dari tangan seorang guru lahir generasi penerus bangsa.”
Kata-kata Prof. Atwi adalah pengingat bahwa guru bukan hanya hadir di ruang kelas, tetapi juga dalam setiap tulisan, buku, dan karya yang bisa diwariskan lintas generasi. Menulis bukan sekadar aktivitas hobi, melainkan bagian dari pengabdian ilmiah seorang pendidik.
---
Mimpi Menjadi Guru Besar
Sebagai seorang guru, tentu saya memiliki mimpi. Salah satunya adalah meraih jabatan akademik sebagai guru besar. Bukan karena gelarnya semata, tetapi karena tanggung jawab moral yang lebih besar untuk terus berkontribusi dalam dunia pendidikan.
Doa sahabat seperti Pak Edi dan nasihat Prof. Atwi menjadi bahan bakar semangat saya. Saya tahu jalan menuju guru besar tidak mudah, penuh dengan persyaratan akademik, karya ilmiah, dan pengabdian yang nyata. Tetapi saya yakin, selama saya terus menulis, mengajar, dan berkarya, pintu itu akan terbuka dengan sendirinya.
---
Refleksi: Setiap Guru Adalah Cahaya
Mengajar bukanlah pekerjaan yang menjanjikan kekayaan materi, tetapi ia memberikan kekayaan batin yang luar biasa. Seorang guru adalah cahaya yang menuntun murid-muridnya keluar dari kegelapan menuju jalan pengetahuan.
Saya teringat pesan lama yang sering saya dengar di kampus:
> “Guru itu ibarat lilin. Ia rela terbakar demi memberi terang.”
Kini, saya lebih paham makna pesan itu. Lilin memang habis, tetapi cahayanya mampu menyalakan cahaya lain. Demikian pula guru, meski mungkin jasadnya tiada, karyanya akan terus hidup dalam diri murid-muridnya.
---
Penutup
Perjalanan dari IKIP Jakarta hingga hari ini adalah cerita panjang yang penuh rasa syukur. Saya belajar dari dosen-dosen hebat, ditempa oleh tantangan, dikuatkan oleh doa sahabat, dan dimotivasi oleh tokoh pendidikan nasional.
Hari ini, saya masih melangkah dengan keyakinan bahwa setiap tulisan, setiap kelas, dan setiap interaksi dengan murid adalah bagian dari jejak pengabdian yang akan abadi.
Semoga doa sahabat, nasihat para guru besar, dan semangat yang tak pernah padam bisa mengantar saya – dan kita semua – menuju mimpi yang diimpikan.
Karena pada akhirnya, menjadi guru bukan hanya tentang mengajar, tetapi juga tentang menghidupi harapan.
---
✍️ Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd (Omjay)
Guru Blogger Indonesia | Alumni IKIP Jakarta – Universitas Negeri Jakarta
Salam blogger persahabatan
Wijaya Kusumah - omjay
Guru blogger Indonesia
Blog https://wijayalabs.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar pada blog ini, dan mohon untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan yang benar.