Cepat Pulih Garudaku
Burung Garuda telah lama menjadi lambang kebesaran bangsa Indonesia. Dengan sayap yang terbentang lebar, ia melambangkan kekuatan, keberanian, dan semangat pantang menyerah. Namun dalam perjalanan panjang bangsa ini, sang Garuda kerap kali mengalami luka, goresan, bahkan terpeleset dalam badai. Saat Garuda sakit, seluruh anak bangsa merasakan duka. Dan di saat inilah kita ingin berteriak bersama: cepat pulih, Garudaku!
Garuda yang Terluka
Garuda bukan sekadar simbol negara. Ia adalah cerminan kondisi bangsa kita. Saat korupsi merajalela, saat pendidikan belum merata, saat rakyat kecil terpinggirkan, itulah saat sayap Garuda melemah. Ia tetap berusaha terbang, tetapi terkadang sayapnya patah oleh ulah sebagian anak bangsa yang lupa pada cita-cita kemerdekaan.
Kita baru saja melewati pandemi, bencana yang tak hanya menguji kesehatan jasmani, tetapi juga mental, ekonomi, dan sosial bangsa. Garuda kita tertatih-tatih. Perekonomian sempat jatuh, pendidikan anak-anak terganggu, bahkan banyak saudara kita kehilangan nyawa. Luka itu masih terasa hingga kini.
Belum lagi disusul oleh berbagai masalah lain: konflik politik yang menguras energi, bencana alam yang datang silih berganti, dan ketimpangan sosial yang masih menjadi pekerjaan rumah besar. Semua ini ibarat batu-batu tajam yang melukai tubuh Garuda.
Namun, sebagai bangsa pejuang, kita tak boleh membiarkannya jatuh. Kita harus bersama-sama merawat luka itu. Kita ingin Garuda kembali gagah, terbang tinggi di angkasa, menunjukkan pada dunia bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa besar yang mampu bangkit dari keterpurukan.
Semangat Persatuan
Dalam sejarah, Garuda selalu pulih ketika seluruh rakyat bersatu. Saat penjajahan melilit negeri, bangsa ini bangkit karena bersatu melawan. Proklamasi 17 Agustus 1945 menjadi bukti nyata bahwa persatuan adalah kekuatan terbesar kita.
Begitu pula hari ini. Jika kita masih terpecah belah oleh perbedaan pandangan politik, perbedaan agama, suku, dan kepentingan, maka Garuda akan semakin sulit terbang. Tetapi jika kita kembali merajut persatuan, maka luka-luka itu akan cepat sembuh.
Kita perlu mengingat pesan pendiri bangsa: Bhinneka Tunggal Ika. Perbedaan bukan alasan untuk bertikai, melainkan kekuatan untuk saling melengkapi. Layaknya sayap kiri dan kanan Garuda, yang berbeda arah tetapi tetap bergerak bersama agar ia bisa terbang tinggi.
Peran Guru dan Pendidikan
Salah satu cara terbaik menyembuhkan Garuda adalah melalui pendidikan. Guru adalah ujung tombak yang menanamkan nilai-nilai kebangsaan, moral, dan ilmu pengetahuan pada generasi penerus.
Omjay, salah seorang guru blogger Indonesia, sering mengatakan bahwa guru tidak boleh lelah menanamkan semangat menulis, berpikir kritis, dan berbuat baik pada murid-muridnya. Meski kadang profesi guru dianggap sebagai beban negara, sejatinya gurulah pencetak generasi emas Indonesia.
Ketika guru disejahterakan dan pendidikan diperhatikan, maka anak-anak bangsa akan tumbuh menjadi generasi yang cerdas, berkarakter, dan siap mengibarkan bendera Garuda lebih tinggi. Maka, salah satu doa kita untuk pemulihan bangsa adalah kesejahteraan para pendidik.
Harapan untuk Ekonomi dan Rakyat Kecil
Selain pendidikan, kesejahteraan ekonomi juga menjadi kunci. Rakyat kecil seringkali paling merasakan sakitnya ketika Garuda terluka. Mereka kehilangan pekerjaan, daya beli menurun, dan kesulitan mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang layak.
Program-program pemerintah harus benar-benar berpihak kepada rakyat kecil, bukan hanya menjadi jargon. Keadilan sosial harus nyata terasa. Karena sejatinya Garuda bukan hanya milik segelintir orang di pucuk kekuasaan, tetapi milik seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Rote.
Doa dan Optimisme
Setiap tanggal 17 Agustus, kita selalu menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan penuh semangat. Ada getaran haru ketika bendera Merah Putih dikibarkan. Saat itulah kita sadar, betapa berharganya persatuan, betapa mahalnya kemerdekaan.
Hari ini, kita kembali berdoa:
“Ya Allah, ya Tuhan yang Maha Kuasa, pulihkanlah Garuda kami. Sembuhkanlah luka-lukanya. Kuatkanlah sayap-sayapnya agar kembali bisa terbang tinggi. Jauhkanlah bangsa kami dari perpecahan, dari sifat serakah, dan dari segala bencana yang bisa melemahkan kami.”
Doa ini bukan hanya ucapan. Ia harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Setiap anak bangsa bisa berkontribusi sesuai perannya: guru dengan mengajar, petani dengan menanam, dokter dengan merawat, pengusaha dengan jujur, pejabat dengan amanah, dan rakyat dengan menjaga persatuan.
Penutup: Garuda Akan Terbang Lagi
Bangsa ini pernah terjatuh, tapi selalu bangkit kembali. Itulah jati diri Indonesia: bangsa pejuang yang tak pernah menyerah. Luka Garuda hari ini adalah ujian, bukan akhir dari segalanya.
Mari kita rawat Garuda dengan cinta, doa, dan kerja nyata. Jangan biarkan ia tertatih sendirian. Kita harus menjadi sayap-sayapnya, menjadi kekuatan yang menopang agar ia bisa pulih.
Dan kelak, ketika Garuda kembali terbang tinggi di langit biru, kita akan berkata dengan bangga:
“Kami pernah jatuh, tetapi kami bangkit lebih kuat. Cepat pulih, Garudaku. Terbanglah tinggi, bawalah bangsa ini Menuju Kejayaan Indonesia.
Salam blogger persahabatan
Wijaya Kusumah - omjay
Guru blogger Indonesia
Blog https://wijayalabs.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar pada blog ini, dan mohon untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan yang benar.