Selamat Datang di Blog Wijaya Kusumah

Untuk Pelayanan Informasi yang Lebih Baik, maka Isi Blog Wijaya Kusumah juga tersedia di blog baru di http://wijayalabs.com

Selasa, 26 Agustus 2025

Pena Jannah Omjay Yang Memotivasi

Kisah Omjay:

Pena Janahku yang Memotivasi

Ada satu benda sederhana yang selalu menemaniku dalam perjalanan hidup, sesuatu yang mungkin terlihat sepele di mata orang lain, tetapi justru menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang penuh liku-liku. Benda itu adalah pena. Namun, bukan sembarang pena. Aku menyebutnya Pena Janahku—pena yang bukan hanya menorehkan tinta di atas kertas, melainkan juga mengguratkan semangat, menuliskan mimpi, dan menyulam doa di antara lembar-lembar kehidupan.

Awal Mula: Pena yang Mengubah Hidup

Sejak kecil, aku sudah terbiasa menulis. Kertas dan pena adalah mainan yang lebih aku sukai daripada mobil-mobilan atau gawai canggih. Saat teman-teman lain asyik bermain di luar rumah, aku justru lebih bahagia ketika duduk sendiri di meja belajar, menulis cerita khayalan, mencatat pengalaman sehari-hari, atau sekadar menggambar huruf-huruf yang belum sempurna bentuknya.

Namun, semua berubah ketika aku menemukan sebuah pena istimewa. Pena itu sederhana, tak ada hiasan emas atau teknologi canggih. Tetapi, ada rasa berbeda setiap kali aku menggunakannya. Seolah-olah, pena itu memiliki ruh. Tinta yang mengalir darinya bukan hanya sekadar tinta, melainkan energi yang menggerakkan hati dan pikiran. Dari situlah lahir istilah Pena Janahku. Janah, bagiku, berarti sayap—sayap yang membawaku terbang ke dunia penuh ide, imajinasi, dan inspirasi.

Pena yang Menyimpan Cerita

Setiap goresan Pena Janahku menyimpan cerita. Ada cerita tentang kegagalan, ketika aku menulis diari dengan air mata menetes membasahi halaman. Ada pula cerita tentang kemenangan kecil, saat pena itu menuliskan namaku di lembar sertifikat lomba menulis pertama yang aku menangkan.

Tak jarang, pena ini menjadi tempat curhat yang paling setia. Ia tak pernah menertawakan kelemahanku, tak pernah menghakimi kesalahanku, dan tak pernah bosan mendengarkan kisah-kisahku yang berulang-ulang. Pena ini adalah sahabat yang selalu ada, bahkan ketika manusia di sekitarku sibuk dengan urusan masing-masing.

Menulis untuk Menguatkan Diri

Ada masa ketika aku merasa jatuh, begitu dalam hingga hampir tak mampu bangkit. Dunia terasa gelap, langkah-langkah terasa berat, dan harapan seakan memudar. Pada saat-saat itulah, aku kembali menggenggam Pena Janahku.

Menulis menjadi obat yang menenangkan. Setiap kata yang kutulis seperti terapi jiwa. Aku belajar menuangkan kegelisahan menjadi doa, mengubah rasa sakit menjadi pelajaran, dan menjadikan luka sebagai cerita yang suatu hari nanti akan memberi motivasi bagi orang lain. Pena ini menolongku untuk tidak menyerah. Pena ini membisikkan bahwa dalam setiap kesulitan pasti ada jalan keluar, asal kita mau terus berusaha.

Pena Sebagai Alat Motivasi

Pena Janahku bukan hanya memotivasi diriku sendiri, tetapi juga orang lain. Dari tulisan-tulisan sederhana, aku mulai membagikannya kepada teman-teman. Awalnya mereka hanya tersenyum, lalu mulai bertanya: “Bagaimana caranya menulis dengan sepenuh hati seperti itu?”

Aku pun sadar, tulisan yang keluar dari hati, akan sampai ke hati. Motivasi yang kutulis bukanlah teori kosong, melainkan pengalaman nyata yang kujalani. Orang lain bisa merasakan kejujuran dalam setiap kalimat, merasakan semangat dalam setiap paragraf, dan menemukan harapan dalam setiap cerita.

Pena ini membuatku percaya bahwa kata-kata memiliki kekuatan. Ia bisa menghidupkan semangat, bisa menguatkan jiwa, bahkan bisa mengubah arah hidup seseorang. Kata-kata adalah senjata yang lebih tajam daripada pedang, lebih ampuh daripada teriakan, dan lebih abadi daripada harta benda.

Pena Janahku: Sayap untuk Terbang

Setiap orang memiliki sayap untuk terbang, hanya saja bentuknya berbeda-beda. Ada yang terbang dengan musik, ada yang dengan olahraga, ada pula yang dengan doa. Aku terbang dengan pena.

Pena Janahku membawaku melintasi batas ruang dan waktu. Dengan menulis, aku bisa kembali ke masa kecil, bisa hadir di masa depan, bahkan bisa menjelajahi dunia tanpa harus meninggalkan kursi tempatku duduk. Pena ini juga yang membawaku bertemu dengan banyak orang hebat, membuka pintu kesempatan, dan memperluas cakrawala pikiranku.

Jika aku tak pernah menulis dengan pena ini, mungkin hidupku tak akan pernah berubah sejauh ini. Aku belajar bahwa menulis bukan hanya tentang menghasilkan karya, tetapi juga tentang menemukan diriku sendiri.

Warisan Pena untuk Generasi Selanjutnya

Aku bermimpi, suatu hari nanti Pena Janahku tidak hanya menjadi milikku, tetapi juga menjadi warisan bagi generasi setelahku. Aku ingin anak-anak muda menyadari bahwa menulis adalah kekuatan. Mereka mungkin tumbuh di era digital, tetapi esensi menulis tidak akan pernah hilang. Pena, meski sederhana, tetap menjadi alat paling sakti untuk melahirkan perubahan.

Bayangkan, satu kalimat motivasi yang kita tulis hari ini bisa menyelamatkan seseorang dari keputusasaan. Satu cerita yang kita goreskan bisa membuka mata orang lain untuk melihat dunia dengan cara yang lebih indah. Satu catatan kecil bisa menjadi sejarah besar yang dikenang hingga puluhan tahun ke depan.

Pena dan Kehidupan yang Mengalir

Hidup ini seperti pena yang menorehkan tinta di atas kertas. Kita tidak bisa menghapus begitu saja apa yang sudah tertulis, tetapi kita bisa menambahkan halaman-halaman baru yang lebih indah. Kadang tinta menetes terlalu deras, kadang macet dan tak keluar sama sekali. Begitu pula dengan hidup, ada masa ketika segalanya mengalir lancar, ada pula masa ketika kita merasa buntu.

Namun, yang terpenting adalah bagaimana kita terus menulis. Jangan biarkan kertas kehidupan kosong tanpa makna. Jangan biarkan pena berhenti hanya karena kita takut salah menulis. Toh, dari kesalahan itulah kita belajar. Dari coretan yang tak sempurna itulah kita menemukan gaya menulis kita sendiri.

Penutup: Pena Janahku, Semangatku

Kini, setiap kali aku menggenggam Pena Janahku, aku selalu berbisik dalam hati: “Tulislah sesuatu yang bermanfaat. Tulislah yang menguatkan, bukan yang melemahkan. Tulislah yang menginspirasi, bukan yang mencemooh. Tulislah dengan hati, karena hati tidak pernah bohong.”

Pena ini adalah cermin jiwaku. Ia menunjukkan siapa aku sebenarnya, apa yang aku rasakan, dan ke mana aku ingin melangkah. Pena ini pula yang selalu memotivasiku untuk tidak menyerah, meski badai kehidupan datang silih berganti.

Pena Janahku mungkin hanyalah sebuah alat kecil, tetapi dampaknya luar biasa. Ia adalah sayap yang membawaku terbang, cahaya yang menuntunku dalam gelap, dan teman setia yang tak pernah meninggalkan aku sendirian.

Dan untuk setiap orang yang membaca tulisan ini, izinkan aku menitipkan pesan: carilah Pena Janahmu sendiri. Temukan hal yang membuatmu semangat, yang memotivasimu, yang menjadikan hidupmu penuh makna. Mungkin bukan pena, mungkin musik, seni, olahraga, atau bahkan doa. Apa pun itu, jadikanlah sebagai sayapmu untuk terbang lebih tinggi, lebih jauh, dan lebih indah.

Sebab hidup bukan hanya tentang berjalan, tetapi juga tentang terbang dengan sayap-sayap yang kita miliki. Dan bagiku, sayap itu bernama Pena Janahku.

Salam blogger persahabatan 
Wijaya Kusumah - omjay 
Guru blogger Indonesia 
Blog https://wijayalabs.com


Klik https://wijayalabs.com/about



Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar pada blog ini, dan mohon untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan yang benar.