Selamat Datang di Blog Wijaya Kusumah

Untuk Pelayanan Informasi yang Lebih Baik, maka Isi Blog Wijaya Kusumah juga tersedia di blog baru di http://wijayalabs.com

Selasa, 19 Agustus 2025

guru bukan beban negara

Guru Bukan Beban Negara, Tapi Pencetak Generasi Emas Indonesia

Pendahuluan

Di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi, bangsa Indonesia sedang menatap cita-cita besar: mewujudkan Indonesia Emas 2045, tepat pada satu abad kemerdekaan. Namun, cita-cita itu tidak akan mungkin tercapai tanpa peran guru. Guru adalah sosok yang membentuk karakter, menanamkan nilai, dan mengasah keterampilan generasi penerus bangsa.

Sayangnya, masih ada pandangan keliru yang menyebut guru sebagai “beban negara” karena sebagian besar anggaran pendidikan digunakan untuk gaji dan tunjangan mereka. Narasi ini sangat menyesatkan. Guru bukan beban, melainkan investasi terbesar bangsa. Dari tangan merekalah lahir pemimpin, ilmuwan, profesional, dan wirausahawan masa depan.

Guru sebagai Fondasi Peradaban Bangsa

Bangsa yang besar selalu berdiri di atas fondasi pendidikan yang kokoh. Pendidikan yang kokoh hanya bisa terwujud bila gurunya berdaya. Setiap pemimpin dunia, setiap tokoh bangsa, dan setiap orang sukses, pada awalnya dididik oleh seorang guru.

Guru tidak sekadar mengajarkan materi pelajaran, tetapi juga menanamkan nilai kehidupan: kejujuran, kerja keras, disiplin, empati, hingga cinta tanah air. Dalam ruang kelas, guru adalah inspirator. Di masyarakat, guru adalah teladan.

Seperti kata Ki Hajar Dewantara, “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.” Guru berada di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat, dan di belakang memberi dorongan.

Anggaran Pendidikan: Investasi, Bukan Beban

Konstitusi mengamanatkan bahwa 20% APBN dialokasikan untuk pendidikan. Dalam praktiknya, dana ini tidak sepenuhnya untuk gaji guru, melainkan juga mencakup pembangunan sekolah, beasiswa, penyediaan sarana prasarana, pengembangan kurikulum, hingga digitalisasi pendidikan.

Namun, isu yang sering muncul adalah seolah-olah dana pendidikan “habis” untuk membayar gaji guru. Pandangan ini keliru. Justru dengan adanya gaji dan tunjangan, guru dapat bekerja lebih fokus dan profesional dalam mendidik generasi muda.

Bayangkan jika seorang guru harus mencari pekerjaan sampingan karena gajinya tidak cukup. Bagaimana mungkin ia bisa mencurahkan sepenuh hati untuk mendidik? Oleh karena itu, pengeluaran negara untuk guru harus dilihat sebagai modal pembangunan manusia, bukan beban anggaran.

Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd, Ketua Umum PB PGRI, menegaskan:

> “Guru bukanlah beban negara, melainkan penentu masa depan bangsa. Setiap rupiah yang dialokasikan untuk guru adalah investasi jangka panjang yang akan kembali dalam bentuk generasi emas Indonesia yang unggul, berkarakter, dan siap bersaing di dunia global.”

Guru dan Generasi Emas 2045

Indonesia memiliki bonus demografi: jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibanding usia non-produktif. Ini adalah peluang emas yang tidak akan terulang. Namun, peluang ini bisa menjadi bencana jika generasi muda tidak dibekali keterampilan, moral, dan daya saing.

Di sinilah peran guru sangat penting. Guru adalah ujung tombak dalam mencetak generasi emas. Mereka membekali siswa dengan literasi, numerasi, pemahaman teknologi, dan keterampilan abad ke-21: kreativitas, komunikasi, kolaborasi, dan berpikir kritis.

Omjay (Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd), Guru Blogger Indonesia, mengungkapkan pengalaman pribadinya:

> “Saya sudah puluhan tahun menjadi guru, dan saya melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana guru berjuang mendidik anak bangsa. Jangan pernah memandang guru sebagai beban. Justru dari ruang-ruang kelas sederhana itulah lahir para pemimpin masa depan Indonesia. Memuliakan guru berarti memuliakan bangsa.”

Tantangan Nyata yang Dihadapi Guru

Meskipun peran guru sangat vital, kenyataannya masih banyak persoalan yang membelit dunia pendidikan, terutama kesejahteraan dan kualitas guru.

1. Kesejahteraan Belum Merata
Tidak semua guru mendapatkan gaji layak. Guru honorer misalnya, masih banyak yang hanya menerima ratusan ribu rupiah per bulan. Padahal, mereka memikul tanggung jawab yang sama besar dengan guru berstatus PNS.

2. Beban Administrasi yang Berat
Guru sering kali terbebani oleh pekerjaan administratif yang menyita waktu. Alih-alih fokus mengajar dan membimbing siswa, mereka justru disibukkan dengan laporan, dokumen, dan birokrasi.

3. Kesenjangan Kualitas Pendidikan
Guru di kota besar lebih mudah mengakses pelatihan, teknologi, dan sumber belajar. Sebaliknya, guru di daerah terpencil sering berjuang dengan keterbatasan fasilitas, bahkan harus mengajar di ruang kelas darurat.

4. Transformasi Digital
Era digital menuntut guru untuk menguasai teknologi. Namun, tidak semua guru memiliki kesempatan pelatihan yang memadai. Padahal, literasi digital sangat penting untuk mendidik generasi milenial dan generasi Z.

Mengubah Cara Pandang: Guru Adalah Aset Bangsa

Bangsa ini perlu mengubah cara pandang: dari melihat guru sebagai “beban negara” menjadi “aset bangsa”. Seperti perusahaan yang berinvestasi pada riset dan pengembangan, negara harus berinvestasi pada guru.

Beberapa langkah nyata yang bisa dilakukan adalah:

Memberikan gaji dan tunjangan yang layak, terutama bagi guru honorer.

Meringankan beban administrasi agar guru lebih fokus mengajar.

Menyediakan pelatihan berkelanjutan, terutama dalam literasi digital dan pedagogi modern.

Memberikan penghargaan sosial yang tinggi, sehingga profesi guru kembali menjadi pekerjaan yang dihormati.

Penutup: Muliakan Guru, Majukan Bangsa

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati gurunya. Guru bukan beban, melainkan cahaya peradaban.

Jika kita ingin Indonesia maju pada tahun 2045, maka tidak ada pilihan lain selain memuliakan guru. Mengabaikan guru sama saja dengan mengabaikan masa depan bangsa.

Seperti pepatah bijak mengatakan: “Satu pena guru dapat melahirkan ribuan pemimpin masa depan.”

Maka mari kita tegaskan bersama-sama:
Guru bukan beban negara, melainkan pencetak generasi emas Indonesia.

---

Salam blogger persahabatan 
Wijaya Kusumah - omjay 
Guru blogger Indonesia 
Blog https://wijayalabs.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar pada blog ini, dan mohon untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan yang benar.