Mencicipi MBG Tanpa Keracunan
Siapa sih di Indonesia yang bisa menolak gorengan? Hampir mustahil. Dari warung pinggir jalan sampai kantin sekolah, dari kampus sampai kantor, gorengan selalu hadir sebagai pengganjal lapar sekaligus penghibur hati.
Tempe mendoan, tahu isi pedas, bakwan renyah, cireng yang kenyal, hingga pisang goreng tanduk yang manis legit. Semuanya punya cara sendiri untuk menggoda kita. Bahkan ada yang bilang, “Kalau belum makan gorengan, rasanya seperti ada yang kurang dalam hidup ini.”
Tapi, tunggu dulu. Ada satu sisi lain yang sering kita lupakan: gorengan bisa bikin kita tepar. Dari sakit perut ringan, mencret berkepanjangan, hingga keracunan serius yang mengharuskan kita absen kerja atau sekolah.
Nah, pertanyaannya: mungkinkah kita tetap bisa mencicipi MBG (Makanan Berbasis Gorengan) tanpa harus takut keracunan?
---
Pengalaman Kapok Gara-Gara Gorengan
Izinkan Omjay cerita sedikit.
Suatu sore sepulang mengajar, teman guru mengajak mampir ke tukang gorengan depan sekolah. Laparnya luar biasa, jadi tanpa pikir panjang, Omjay ikut antre. Minyak di wajan memang sudah pekat, tapi apa daya, aroma tahu isi dan bakwan bikin lidah bergetar.
“Pak, bakwannya dua, tahu isinya tiga, sama pisang goreng satu ya!”
Waktu itu rasanya nikmat tiada tara. Digigit kriuknya, pedas cabainya, lalu ditutup manisnya pisang goreng tanduk—wah, seakan semua masalah hidup hilang.
Sayangnya, malam itu juga Omjay harus membayar mahal. Perut mulai melilit, kepala pening, dan bolak-balik ke kamar mandi. Baru sadar, gorengan tadi sepertinya tidak higienis. Minyaknya jelas sudah dipakai berkali-kali, mungkin ada bahan yang kurang segar.
Besok paginya, bukannya siap mengajar dengan penuh semangat, malah terkapar lemas di rumah. Sejak saat itu, Omjay benar-benar belajar: kenikmatan gorengan memang sekejap, tapi penderitaannya bisa panjang.
---
Mengapa Gorengan Bisa Bikin Keracunan?
Sebenarnya, tidak semua gorengan berbahaya. Kalau dibuat dengan bahan segar dan minyak baru, gorengan aman-aman saja. Masalahnya muncul ketika:
1. Minyak jelantah dipakai berkali-kali
Minyak hitam pekat menghasilkan zat berbahaya yang bisa merusak organ tubuh.
2. Bahan sudah tidak segar
Ada pedagang nakal yang tetap memakai tahu basi atau tempe kedaluwarsa demi menghemat biaya.
3. Lingkungan kotor
Gorengan di pinggir jalan sering terpapar debu, asap kendaraan, bahkan lalat yang beterbangan.
4. Kebersihan tangan penjual
Kadang pedagang langsung memegang gorengan setelah memegang uang. Nah, bisa kebayang, kan?
Inilah yang membuat gorengan kadang jadi sumber masalah kesehatan.
---
Tips Mencicipi MBG Tanpa Keracunan
Berbekal pengalaman pribadi, ditambah obrolan dengan ahli gizi, ada beberapa cara agar tetap bisa menikmati gorengan tanpa harus takut sakit perut.
1. Pilih Penjual yang Terpercaya
Cari penjual langganan yang menjaga kualitas. Minyaknya tidak hitam, lapaknya bersih, dan cara menggorengnya rapi. Jangan tergiur hanya karena murah.
2. Perhatikan Warna dan Aroma
Kalau gorengan terlalu cokelat kehitaman, tandanya minyak sudah jelantah. Aroma tengik juga jadi alarm bahaya. Pilih yang berwarna keemasan dan beraroma segar.
3. Jangan Berlebihan
Namanya mencicipi, cukup satu-dua potong. Jangan sampai kalap, apalagi kalau ada cabai rawit pedas menggoda. Ingat kata Omjay: “Segala sesuatu kalau berlebihan pasti tak baik, termasuk gorengan.”
4. Cuci Tangan Sebelum Makan
Sering kali kita lupa. Jajan di jalan, tangan penuh debu, lalu langsung pegang gorengan. Bakteri pun masuk dengan mudah. Biasakan cuci tangan atau minimal pakai hand sanitizer.
5. Sediakan Minuman Hangat
Air putih hangat, teh tawar, atau wedang jahe bisa membantu melarutkan minyak di tenggorokan dan lambung.
6. Jangan Disimpan Terlalu Lama
Gorengan paling enak dimakan saat baru matang. Kalau sudah dingin, selain keras, risiko bakteri juga meningkat.
7. Buat Sendiri di Rumah
Kalau mau benar-benar aman, bikin sendiri. Dengan minyak baru, tepung segar, dan bahan pilihan, gorengan rumahan jauh lebih sehat.
---
Alternatif Sehat: Gorengan Masa Kini
Sekarang banyak orang kreatif yang bikin gorengan sehat. Misalnya:
Menggoreng pakai air fryer supaya lebih sedikit minyak.
Memakai tepung beras campur tepung terigu supaya tidak terlalu menyerap minyak.
Membuat isi gorengan dari sayuran segar, jamur, atau ayam tanpa lemak.
Dengan sedikit usaha, gorengan bisa tetap nikmat tanpa bikin perut bermasalah.
---
Gorengan dan Budaya Kita
Sejujurnya, gorengan bukan sekadar makanan. Ia sudah jadi bagian budaya bangsa.
Coba perhatikan: setiap rapat RT, pengajian, arisan, sampai acara keluarga—gorengan selalu hadir. Seolah tidak lengkap kalau tanpa tempe goreng, bakwan, atau pisang goreng.
Namun, budaya ini sering membuat kita lupa bahwa kesehatan lebih penting. Banyak orang baru menyesal ketika jatuh sakit gara-gara gorengan sembarangan.
Omjay sering bilang: “Hidup sehat itu pilihan. Kalau kita bisa mengendalikan diri, gorengan tetap bisa dinikmati tanpa jadi musuh kesehatan.”
---
Penutup: Nikmati, Jangan Jadi Korban
Mencicipi MBG tanpa keracunan itu bukan mustahil. Kuncinya sederhana: pilih tempat yang bersih, makan secukupnya, dan selalu jaga kebersihan.
Gorengan memang murah dan lezat, tapi jangan sampai membuat kita mahal biaya berobat. Nikmatilah gorengan dengan bijak, supaya tetap bisa tersenyum bahagia tanpa harus meringis di kamar mandi.
Karena pada akhirnya, makanan hanyalah sarana. Yang lebih penting adalah tubuh sehat agar kita bisa terus berkarya, berbagi, dan tentu saja… tetap bisa menulis cerita-cerita inspiratif sambil sesekali menikmati gorengan kesayangan.
---
📌 Artikel versi ini sudah saya buat lebih cair ala melintas, dengan gaya populer, silahkan dibagikan kepada orang lain.
Salam blogger persahabatan
Wijaya Kusumah - omjay
Guru blogger Indonesia
Blog https://wijayalabs.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar pada blog ini, dan mohon untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan yang benar.